Widget HTML #1

Proses Penuaan Dan Perubahan Fisiologi Lansia

Penuaan adalah proses alami dalam siklus hidup manusia yang disertai dengan perubahan biopsikososial yang unik. Pada lansia terjadi perubahan fungsi tubuh, penampilan fisik, kemampuan kognitif, struktur keluarga, dan lingkungan sosial. 

Gerontology adalah disiplin ilmu yang mempelajari proses penuaan dari perspektif biologis, psikologis, dan sosiologis. Ilmu ini mengeksplorasi proses dinamis perubahan fisik yang kompleks, penyesuaian fungsi psikologis, dan perubahan identitas sosial.

Proses Penuaan
Image by. OpenStax Anatomy and Physiology

Asumsi umum adalah bahwa bertambahnya usia pasti disertai dengan penyakit, kecacatan, dan penurunan fungsi secara keseluruhan. Namun, asumsi ini tidak sepenuhnya tepat, karena tubuh yang menua dapat mencapai sebagian besar fungsi masa mudanya walaupun perbedaannya adalah bahwa pada lansia membutuhkan waktu lebih lama dan motivasi yang lebih tinggi. 

Proses Penuaan (Aging Process)

Penuaan adalah proses perubahan alami yang terjadi secara bertahap dan berkelanjutan yang dimulai pada masa dewasa. Begitu mencapai usia paruh baya awal, berbagai fungsi tubuh mulai menurun secara bertahap.

Secara umum, patokan umur lansia yang banyak digunakan adalah usia 65 tahun. Tapi alasannya didasarkan pada usia secara kronologis, bukan usia secara biologis.

Bertahun-tahun yang lalu, usia 65 tahun dipilih sebagai usia pensiun di Jerman, negara pertama yang menetapkan program pensiun. Pada tahun 1965 di Amerika Serikat usia 65 ditetapkan sebagai usia kelayakan untuk asuransi Medicare. 

Usia kronologis hanya didasarkan pada berlalunya waktu. Dalam perspektif ini yang digunakan adalah usia seseorang dalam beberapa tahun. Usia kronologis memiliki signifikansi terbatas dalam hal kesehatan. 

Meskipun demikian, kemungkinan berkembangnya masalah kesehatan meningkat seiring bertambahnya usia. Masalah kesehatan inilah yang merupakan penyebab utama hilangnya fungsi selama usia tua. Karena usia kronologis membantu memprediksi banyak masalah kesehatan, usia memiliki beberapa kegunaan legal dan finansial.

Usia biologis mengacu pada perubahan dalam tubuh yang umumnya terjadi seiring bertambahnya usia. Karena perubahan ini mempengaruhi beberapa orang lebih cepat daripada yang lain. Beberapa orang secara biologis berusia 65 tahun, sedangkan orang lain tidak sampai satu dekade atau lebih. 

Perbedaan usia biologis yang paling terlihat adalah di antara orang-orang dengan usia kronologis yang sama, namun memiliki kondisi biologis berbeda yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan, dan efek dari penyakit daripada perbedaan akibat penuaan yang sebenarnya.

Usia psikologis didasarkan pada bagaimana orang bertindak dan merasakan. Misalnya, seorang berusia 80 tahun yang bekerja, merencanakan, dan berpartisipasi dalam banyak aktivitas dianggap lebih muda secara psikologis.

Lansia adalah konsumen pelayanan kesehatan yang terbesar. Pada tahun 1997, lebih dari separuh penduduk dilaporkan memiliki satu atau lebih masalah kesehatan. Sepertiga memiliki setidaknya satu penyakit parah dan sekitar seperenam mengalami kesulitan pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL). Hampir setengah dari semua tempat tidur rumah sakit dewasa diisi dengan pasien berusia 65 tahun ke atas

Teori Penuaan

Berbagai teori telah mencoba menjelaskan biologi penuaan melalui berbagai pengamatan ilmiah pada tingkat molekuler, seluler, organ, dan sistem. Secara umum, teori-teori ini dapat dibagi menjadi teori intrinsik (perkembangan-genetik) atau ekstrinsik (stokastik). 

Teori perkembangan genetik mengusulkan bahwa perubahan yang terjadi dengan penuaan diprogram secara genetik, sedangkan teori stokastik mempertahankan bahwa perubahan dihasilkan dari akumulasi kejadian acak atau kerusakan dari agen atau pengaruh lingkungan.

Pada kenyataannya, bukti menunjukkan bahwa proses penuaan dan umur panjang memiliki banyak segi, dimana faktor genetika dan lingkungan berperan. Dalam penelitian pada hewan, genetika menyumbang kurang dari 35% dari efek penuaan, sedangkan pengaruh lingkungan menyumbang lebih dari 65%. 

Teori Genetika

Teori perkembangan genetik berfokus pada pengaruh genetik yang menentukan kondisi fisik, terjadinya penyakit, usia kematian, penyebab kematian, dan faktor lain yang berkontribusi terhadap umur panjang.

Pada tingkat sel, Hayflick dan Moorhead mengamati lebih dari 40 tahun yang lalu bahwa kultur fibroblas manusia memiliki kemampuan terbatas untuk bereplikasi kira-kira 50 penggandaan dan kemudian mati.

Sebelum mencapai maksimum, sel-sel tersebut memperlambat kecepatan pembelahannya dan memanifestasikan perubahan morfologis yang dapat diidentifikasi dan diprediksi yang menjadi karakteristik sel-sel tua. 

Penjelasan lain tentang penuaan sel terletak pada enzim yang disebut telomerase yang diyakini mengatur penuaan kromosom melalui aksinya pada telomer ujung terluar lengan kromosom. 

Pada setiap pembelahan sel, segmen kecil asam deoksiribonukleat (DNA) telomerik hilang, kecuali sel memiliki pasokan telomerase yang konstan. Dengan tidak adanya telomerase, telomer memendek dan menghasilkan ekspresi gen terkait penuaan dan penghambatan replikasi sel. 

Diperkirakan bahwa pada sel tertentu, seperti sel kanker, telomerase mempertahankan panjang telomer, sehingga meningkatkan replikasi sel.

Banyak gen yang diasosiasikan dengan masa hidup manusia bukanlah gen umur panjang. Sebagai contoh, karena mutasi pada gen supresor tumor BRCA1 dan BRCA2 meningkatkan angka kematian yang berhubungan dengan kanker payudara dan ovarium, hal ini jarang terjadi pada wanita berumur panjang. 

Sebaliknya, gen yang mengurangi risiko aterosklerosis mungkin lebih umum pada individu berumur panjang. Studi genetik tentang penuaan biologis telah mengeksplorasi keterlibatan varian alelik dalam gen yang mengkode apolipoprotein, khususnya apolipoprotein E (apoE).

Kehadiran apoE4 dikaitkan dengan peningkatan insiden penyakit kardiovaskular dan penyakit neurodegeneratif, sehingga memperpendek masa hidup melalui proses penyakit tersebut. 

Teori Stokastik

Teori stokastik menjelaskan bahwa penuaan disebabkan oleh kerusakan acak pada molekul vital sel seperti kerusakan DNA, mitokondria, akumulasi radikal bebas, dan ikatan silang DNA). Kerusakan akhirnya terakumulasi ke tingkat yang lebih luas dan mengakibatkan penurunan fisiologis terkait dengan penuaan.

Teori mutasi somatik penuaan menyatakan bahwa umur panjang dan fungsi sel di berbagai jaringan tubuh ditentukan oleh molekul DNA beruntai ganda dan enzim perbaikan spesifiknya. DNA mengalami perubahan terus menerus sebagai respons terhadap agen eksogen dan proses intrinsik.

Penuaan dapat terjadi akibat kondisi yang menghasilkan mutasi DNA atau defisit dalam mekanisme perbaikan DNA. Teori radikal bebas oksidatif adalah ide stokastik lain di mana penuaan dianggap sebagai hasil sebagian dari metabolisme oksidatif dan efek kerusakan radikal bebas. 

Produk sampingan utama dari metabolisme oksidatif meliputi superoksida yang bereaksi dengan DNA, asam ribonukleat, protein, dan lipid, yang menyebabkan kerusakan sel dan penuaan.

Teori kerusakan lainnya yaitu teori keausan, mengemukakan bahwa akumulasi kerusakan pada bagian vital sel menyebabkan penuaan dan kematian. Jika perbaikan DNA yang rusak tidak lengkap atau rusak seperti yang diperkirakan terjadi karena proses penuaan dan penurunan fungsi seluler.

Perubahan Fisiologis Lansia Akibat Proses Penuaan

Perubahan fisiologis yang terlihat pada lansia tidak hanya mencerminkan proses penuaan, tetapi juga efek paparan agen lingkungan selama bertahun-tahun seperti sinar matahari dan asap rokok, dan proses penyakit seperti diabetes mellitus atau artritis.

Secara keseluruhan terdapat penurunan pada struktur dan fungsi tubuh seiring bertambahnya usia. Penurunan tersebut mengakibatkan penurunan kapasitas cadangan dari berbagai sistem organ yang akibatnya menghasilkan penurunan kemampuan dalam menjaga homeostatis dan membuat lansia lebih rentan terhadap stresor seperti penyakit, trauma, pembedahan, obat-obatan, dan perubahan lingkungan.

Namun, sebisa mungkin penting untuk membedakan perubahan yang terjadi pada tubuh akibat penuaan alami dari perubahan yang terjadi karena penyakit. Perbedaan ini memungkinkan diagnosis dan pengobatan kondisi penyakit yang lebih akurat dan membantu menghindari diagnosis perubahan penuaan yang tidak tepat.

Perubahan Fisiologi Lansia Akibat Proses Penuaan

Terlepas dari kesulitan dalam mendefinisikan penuaan normal yang berkaitan dengan berbagai sistem organ, terdapat pola penurunan bertahap yang terjadi. Proses ini dimulai pada masa dewasa, tetapi karena cadangan fisiologis dari sebagian besar sistem organ, penurunan tersebut tidak menjadi signifikan secara fungsional sampai kehilangan tersebut mencapai tingkat tertentu. 

Beberapa perubahan seperti pada kulit dan postur lebih terlihat, sedangkan perubahan pada organ dalam seperti ginjal mungkin tidak diketahui sampai individu tersebut merasakan timbulnya keluhan tertentu.

Perubahan Kulit

Seiring bertambahnya usia, kulit menjadi keriput dan kering serta menimbulkan pigmentasi yang tidak merata. Ketebalan dermis berkurang sekitar 20% yang membuat kulit secara keseluruhan menjadi lebih tipis dan transparan. Kondisi Ini terjadi terutama pada area yang terpapar sinar matahari. 

Serat kolagen dermal berkurang mengakibatkan penurunan kekuatan dan elastisitas kulit. Selularitas dan vaskularisasi pada dermis menurun seiring bertambahnya usia dan dapat menyebabkan kerapuhan vaskuler dan menyebabkan purpura (perdarahan kulit) dan memperlambat penyembuhan luka pada kulit.

Fungsi kelenjar sebaceous berkurang seiring bertambahnya usia dan menyebabkan penurunan sekresi sebum. Penurunan ukuran, jumlah, dan aktivitas kelenjar keringat ekrin menyebabkan penurunan kapasitasnya untuk menghasilkan keringat. Kuku jari tangan dan kaki menjadi kusam, rapuh, dan tebal. Sebagian besar akibat penurunan vaskularisasi bantalan kuku.

Perubahan pada rambut juga terjadi seiring bertambahnya usia. Penurunan produksi melanin oleh folikel rambut, kira-kira setengah dari populasi yang berusia lebih dari 50 tahun memiliki setidaknya 50% uban, terlepas dari jenis kelamin atau warna rambut aslinya.

Perubahan pertumbuhan dan distribusi rambut juga terjadi. Rambut di kulit kepala, aksila, dan pubis menjadi lebih jarang, dan rambut di telinga dan lubang hidung menjadi kasar.

Penyakit kulit umum terjadi pada populasi lansia antara lain kanker kulit, keratosis (lesi kutil), xerosis (kering), dermatitis, dan pruritus.

Perubahan Postur dan Fungsi Muskuloskeletal

Proses penuaan disertai dengan penurunan tinggi badan yang progresif, terutama di kalangan lansia wanita. Penurunan tinggi badan ini terutama disebabkan oleh kompresi kolom tulang belakang. Posisi com tubuh juga berubah, jumlah lemak meningkat, dan penurunan total cairan tubuh total seiring bertambahnya usia.

Pada proses penuaan terjadi pengurangan ukuran dan kekuatan otot yang berhubungan dengan hilangnya serat otot dan pengurangan ukuran serat yang ada. Meski penurunan kekuatan yang terjadi seiring proses penuaan tidak bisa dihentikan, progresifitasnya dapat diperlambat dengan olahraga.

Terjadi penurunan kinerja kecepatan tinggi dan waktu reaksi karena penurunan serat otot tipe II. Gangguan pada sistem saraf juga dapat menyebabkan gerakan menjadi lambat. Namun, serat otot tipe I memiliki daya tahan lebih baik terkait pertambahan usia. 

Sejumlah penelitian telah melaporkan hilangnya massa tulang akibat penuaan, terlepas dari jenis kelamin, ras, atau ukuran tubuh. Akibat proses penuaan, proses pembentukan tulang baru melambat sehubungan dengan resorpsi tulang, mengakibatkan hilangnya massa tulang dan melemahnya struktur tulang. Kondisi ini terjadi terutama pada wanita pascamenopause. 

Pada usia 65 tahun, sebagian besar wanita telah kehilangan dua pertiga dari massa kerangka mereka karena penurunan produksi estrogen. Pengeroposan tulang dimulai terutama pada tulang trabekular, kepala femora, jari-jari dan vertebral. Menjelang usia 80 tahun, wanita telah kehilangan hampir 43% dari tulang trabekular mereka, dan pria telah kehilangan sekitar 27%.

Pengeroposan tulang ini atau yang dikenal dengan osteoporosis menjadi patologis ketika secara signifikan meningkatkan predisposisi patah tulang dan komplikasi terkait.

Prevalensi penyakit sendi meningkat di kalangan lansia. Pada usia 65 tahun, 80% populasi biasanya memiliki beberapa penyakit pada sistem persendian. Osteoartritis sangat umum di kalangan orang tua sehingga sering salah dianggap sebagai perubahan normal terkait usia daripada sebuah penyakit. 

Sendi sinovial yang dipengaruhi oleh osteoarthritis paling sering adalah sendi tangan, kaki, lutut, pinggul, dan bahu. Kondisi osteoartritis ditandai dengan hilangnya tulang rawan dan pembentukan tulang baru, menyebabkan distorsi dalam artikulasi, rentang gerak yang terbatas, dan ketidakstabilan sendi. 

Usia adalah satu-satunya faktor risiko terbesar untuk perkembangan osteoartritis, sebagian karena dampak mekanis pada sendi dari waktu ke waktu, tetapi juga terkait dengan cedera, perubahan kondisi fisik kartilago artikular, obesitas, kongenital, kelainan bentuk, pengendapan kristal di tulang rawan artikular, dan faktor keturunan. 

Pengobatan pada kasus-kasus diatas ditujukan untuk meminimalkan faktor risiko, penurunan berat badan jika diindikasikan, olahraga untuk meningkatkan kekuatan otot, dan tindakan pereda nyeri.

Fungsi Kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular tetap menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada lansia. Seringkali sulit untuk memisahkan perubahan terkait usia yang sebenarnya dalam sistem kardiovaskular dengan proses penyakit. 

Aorta dan arteri cenderung menjadi lebih kaku dan kurang distensible seiring dengan bertambahnya usia. Jantung menjadi kurang responsif terhadap katekolamin, penurunan denyut jantung latihan maksimal, dan penurunan tingkat relaksasi diastolik ventrikel kiri.

Tekanan darah

Hubungan antara tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan tidak bergantung pada faktor risiko lainnya. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik secara progresif meningkat seiring bertambahnya usia, sedangkan peningkatan tekanan darah diastolik cenderung mendatar dan bahkan menurun setelah usia 50 tahun akibat peningkatan kekakuan arteri.

Peningkatan tekanan darah sistolik disertai dengan tekanan diastolik normotensif menyebabkan peningkatan signifikan pada tekanan nadi. Kondisi ini adalah indikator prognostik yang dikenal untuk kejadian penyakit koroner di masa depan. 

Pengobatan agresif hipertensi sistolik direkomendasikan dan telah terbukti menunjukkan penurunan stroke, gagal jantung, penyakit ginjal, dan komplikasi lainnya. Individu yang normotensi pada usia 55 tahun memiliki risiko sebesar 90% untuk berkembang menjadi hipertensi

Saat ini dianjurkan untuk melakukan intervensi ketika individu mengalami pre hipertensi (tekanan darah sistolik 120 hingga 139 mmHg atau tekanan darah diastolik 80 hingga 89 mmHg) dengan strategi modifikasi gaya hidup untuk mencegah hipertensi.

Hipotensi ortostatik atau penurunan tekanan sistolik yang signifikan pada asumsi posisi tegak, lebih sering terjadi pada lansia. Mekanisme kardiovaskular mobil kompensasi sering tertunda atau tidak mencukupi menyebabkan penurunan tekanan darah karena perubahan posisi atau konsumsi makanan juga sering terjadi. 

Bahkan tanpa adanya hipotensi ortostatik, lansia merespons stres postural dengan berkurangnya perubahan denyut jantung dan tekanan diastolik. Respons yang berubah terhadap stres ortostatik ini diduga akibat dari perubahan fungsi sistem saraf otonom dan fungsi sistem peredaran darah yang tidak memadai, atau keduanya.

Fungsi Jantung

Beberapa faktor menentukan efek penuaan terhadap fungsi jantung pada lansia seperti terjadi peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri, keterlambatan pengisian ventrikel kiri dini, penurunan respon terhadap stimulasi Beta-adrenergik dan sirkulasi katekolamin, penurunan denyut jantung maksimal dan curah jantung maksimal, serta peningkatan resistensi vaskular sistemik dan afterload ventrikel kiri. 

Meskipun ukuran keseluruhan jantung tidak meningkat, ketebalan dinding ventrikel kiri dapat meningkat seiring bertambahnya usia sebagian sebagai respons terhadap peningkatan afterload yang berkembang karena perubahan pembuluh darah. 

Fungsi diastolik maupun sistolik ventrikel kiri dipengaruhi oleh penuaan. Meskipun pengisian diastolik menurun kira-kira 50% antara usia 20 dan 80 tahun, lebih banyak pengisian terjadi pada diastolik akhir, sebagian karena kontraksi atrium yang lebih kuat.

Meskipun terjadi perubahan terkait usia pada pola pengisian diastolik pada lansia, volume akhir diastolik ventrikel kiri pada posisi terlentang tidak jauh berbeda dengan orang yang berusia lebih muda. Namun, kondisi ini berkurang pada lansia dibandingkan orang yang lebih muda selama bergerak dari posisi terlentang ke posisi duduk dan selama latihan berjenjang. 

Fraksi ejeksi maksimal ventrikel kiri yang dapat dicapai selama latihan maksimal menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena penurunan volume akhir sistolik ventrikel kiri yang lebih kecil. Penurunan kontraktilitas miokard yang berkaitan dengan usia dianggap berkontribusi terhadap defek pada regulasi volume sistolik akhir ini.

Denyut jantung istirahat terlentang tetap tidak berubah atau hanya sedikit berkurang seiring bertambahnya usia. Namun, detak jantung maksimum yang dapat dicapai selama latihan maksimal menurun. Penurunan detak jantung adalah alasan mengapa cadangan curah jantung maksimum menurun pada lansia yang sehat.

Meskipun terjadi perubahan penuaan dan penyakit kardiovaskular, secara keseluruhan fungsi kardiovaskular saat istirahat pada sebagian besar lansia yang sehat dianggap memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Curah jantung pada dasarnya dipertahankan pada lansia yang sehat selama latihan meskipun terjadi penurunan respon detak jantung.

Fungsi Neurologis

Pada proses penuaan, terjadi perubahan tingkat struktural, kimiawi, dan fungsional sistem saraf, tetapi secara keseluruhan perubahan tersebut tidak mengganggu aktivitas sehari-hari kecuali jika penyakit saraf tertentu ikut berperan.

Berat otak berkurang seiring bertambahnya usia, terjadi kehilangan neuron di otak dan sumsum tulang belakang. Kehilangan neuron paling menonjol adalah di korteks serebral, terutama di area temporal superior. 

Perubahan tambahan terjadi pada neuron dan sel pendukung. Atrofi dendrit neuron menyebabkan gangguan koneksi sinaptik, berkurangnya reaksi elektrokimia, dan disfungsi saraf. 

Transmisi sinaptik juga dipengaruhi oleh perubahan kimia neurotransmitter dopamin, asetilkolin, dan serotonin. Akibatnya, banyak proses saraf menjadi lambat. Endapan lipofuscin (bahan intraseluler tidak larut) ditemukan dalam jumlah yang lebih besar di otak lansia. 

Perubahan sensorimotor mengakibatkan penurunan kekuatan motorik, memperlambat waktu reaksi, dan berkurangnya refleks terutama pada pergelangan kaki. Perubahan ini dapat menyebabkan masalah keseimbangan dan gerakan yang lebih lambat pada lansia.

Meskipun perubahan di otak berhubungan dengan penuaan, kemampuan kognitif secara keseluruhan tetap utuh. Keterampilan bahasa dan perhatian tidak berubah seiring bertambahnya usia, namun kinerja dan kemampuan tugas konstruksi dapat menurun, seperti memori jangka pendek dan daya ingat jangka pendek. 

Perubahan kepribadian atau defisit kognitif yang signifikan dianggap tidak biasa pada penuaan normal, dan jika terjadi maka evaluasi harus dilakukan. Demensia atau depresi seringkali bisa menjadi penyebabnya.

Fungsi Sensorik Khusus

Fungsi sensorik khusus terkait dengan proses penuaan dapat sangat mempengaruhi tingkat fungsi dan kualitas hidup lansia. Gangguan penglihatan dan pendengaran karena penyakit misalnya, dapat mengganggu komunikasi dan dapat menyebabkan isolasi sosial dan depresi.

Penglihatan

Secara umum, terdapat penurunan dalam ketajaman visual seiring bertambahnya usia, dan hampir semua individu yang berusia lebih dari 55 tahun memerlukan koreksi penglihatan untuk membaca atau pada jarak tertentu. 

Penurunan terjadi sebagai akibat dari diameter pupil yang lebih kecil, hilangnya daya bias lensa, dan peningkatan sebaran cahaya. Masalah visual yang paling umum pada lansia adalah presbiopi atau kesulitan untuk fokus pada objek yang dekat. Kondisi ini terutama disebabkan oleh penurunan elastisitas lensa dan atrofi otot siliaris.

Perubahan cahaya yang silau dan tiba-tiba menimbulkan masalah khusus bagi lansia. Keduanya adalah alasan mengapa orang lanjut usia sering berhenti mengemudi di malam hari dan meningkatkan risiko jatuh serta cedera. 

Perubahan diskriminasi warna juga terjadi seiring bertambahnya usia. Secara khusus, lansia lebih sulit mengidentifikasi warna biru dan hijau. Hal ini dianggap terkait dengan masalah penyaringan cahaya panjang gelombang pendek (ungu, biru, hijau) melalui lensa buram yang menguning.

Sensitivitas kornea juga dapat berkurang seiring bertambahnya usia sehingga mungkin kurang menyadari cedera atau infeksi.

Penyakit dan gangguan mata sering terjadi pada lansia. Katarak, glaukoma, dan degenerasi makula sering terlihat dan dapat sangat mengganggu penglihatan.

Intervensi medis maupun bedah dapat memulihkan atau memperbaiki masalah penglihatan yang terjadi akibat kondisi penyakit mata. Alat bantu penglihatan seperti kaca pembesar khusus dan pencahayaan intensitas tinggi yang meniru sinar matahari dapat membantu mengoptimalkan penglihatan pada masalah mata yang tidak dapat diperbaiki.

Pendengaran

Gangguan pendengaran umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, dan beberapa tingkat gangguan hampir tidak dapat dihindari seiring dengan bertambahnya usia. Telah dilaporkan bahwa 40% dari individu yang berusia lebih dari 65 tahun dan sekitar setengah dari mereka yang berusia lebih dari 85 tahun memiliki gangguan pendengaran.

Presbycusis atau gangguan pendengaran pada usia tua terjadi sebagai akibat penuaan yang dikombinasikan dengan stres pendengaran, trauma, pengaruh lingkungan, dan penyakit otologis, serta faktor genetik. 

Hal ini ditandai dengan onset tuli sensorineural bilateral dan simetris yang bertahap dan progresif dari nada frekuensi tinggi. Defisit pendengaran sering memiliki komponen periferal dan sentral. 

Kemampuan untuk memahami ucapan atau kemampuan untuk membedakan antara kata-kata yang mendekati homonim atau membedakan kata-kata yang diucapkan oleh beberapa pembicara yang berbeda seringkali terganggu.

Saat berbicara dengan orang lanjut usia yang mengalami gangguan pendengaran, akan sangat membantu untuk dilakukan secara berhadapan sehingga mereka dapat mengamati gerakan bibir dan ekspresi wajah. 

Alat bantu dengar dapat efektif untuk berbagai tingkat gangguan pendengaran dan dapat sangat meningkatkan kemampuan mendengar dan berkomunikasi. Implan koklea dapat diindikasikan untuk individu dengan gangguan pendengaran berat yang tidak bisa dibantu oleh alat bantu dengar. 

Impaksi serumen (kotoran telinga) di saluran pendengaran eksternal juga sering terjadi pada lansia dan dapat merusak pendengaran. Kelenjar serumen mengalami atrofi dan menghasilkan serumen yang lebih kering. Kondisi Ini bisa menyebabkan lebih seringnya impaksi serumen pada populasi lansia.

Indra Penciuman dan Pengecapan

Kemampuan penciuman biasanya menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini mungkin merupakan akibat dari atrofi umum dari area penciuman dan berkurangnya neuron penciuman. 

Penciuman adalah mekanisme perlindungan, dan orang yang tidak dapat mencium bau mungkin berisiko terpapar bahaya lingkungan. Misalnya, orang yang tidak bisa mencium bau asap akan menghadapi risiko tertentu jika terjadi kebakaran.

Indera pengecap menurun seiring bertambahnya usia, tetapi diyakini kurang terpengaruh dibandingkan penciuman. Nyatanya, dalam banyak kasus apa yang dianggap sebagai penurunan kemampuan mengecap sebenarnya adalah gangguan penciuman. Karena rasa dan bau diperlukan untuk kenikmatan rasa makanan, lansia mungkin tidak menikmati makan sebanyak di masa mudanya. Obat-obatan dan penyakit juga dapat mempengaruhi rasa makanan.

Perubahan rasa dan bau, bersama dengan faktor lain seperti penurunan kemampuan untuk menyiapkan makanan dapat menyebabkan asupan nutrisi yang buruk pada beberapa lansia. Sebaliknya, kurangnya umpan balik sensorik dapat menyebabkan orang tersebut makan lebih banyak dan beresiko obesitas.

Penurunan kemampuan pengecapan lebih jelas pada lansia dengan penyakit Alzheimer, mungkin karena perubahan neuropatologis di otak.

Fungsi Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan tubuh adalah komponen vital dalam bertahan dari infeksi mikroorganisme dan kerusakan yang disebabkan oleh patogen lain. Perubahan kekebalan tubuh terkait usia dapat menimbulkan peningkatan risiko beberapa infeksi pada orang tua. 

Involusi kelenjar thymus selesai pada usia sekitar 45-50 tahun, meskipun jumlah total sel T tidak berubah, terdapat perubahan fungsi sel T helper yang mengubah respon imun seluler lansia. Terdapat juga bukti peningkatan berbagai autoantibodi misalnya faktor reumatoid seiring bertambahnya usia seseorang dan meningkatkan risiko gangguan autoimun.

Penelitian ekstensif menunjukkan bahwa meskipun perubahan kekebalan terjadi pada proses penuaan, kondisi ini adalah efek gabungan dari penyakit terkait usia dan kondisi eksternal yang menghasilkan keadaan disfungsi kekebalan dan peningkatan risiko serta keparahan infeksi pada lansia.

Hal ini berbeda dengan perubahan yang terkait dengan imunosupresi akibat kondisi tertentu seperti infeksi human immunodeficiency virus (HIV) atau obat imunosupresif yang mengakibatkan infeksi oportunistik. 

Lansia lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, infeksi luka, dan infeksi nosokomial. Angka kematian akibat influenza dan bronkopneumonia meningkat pada populasi lansia. Deteksi dini infeksi lebih sulit pada lansia karena gejala yang khas, seperti demam dan peningkatan jumlah sel darah putih seringkali tidak muncul. 

Telah dilaporkan bahwa frank delirium terjadi pada 50% lansia dengan infeksi. Dengan demikian, infeksi pada lansia sudah memasuki fase lanjut pada saat diagnosis.

Fungsi Gastrointestinal

Saluran pencernaan menunjukkan lebih sedikit perubahan fungsi terkait usia daripada beberapa sistem organ lainnya. Meskipun kehilangan gigi adalah hal yang umum dan sekitar 40- 50% populasi lansia tidak memiliki gigi, hal itu tidak dianggap sebagai bagian dari proses penuaan yang normal. Namun lebih disebabkan oleh kebersihan gigi yang buruk dengan karies terkait dan penyakit periodontal. 

Edentia atau ompong, dapat menyebabkan perubahan pola makan dan dapat dikaitkan dengan malnutrisi. Penggunaan gigi palsu dapat meningkatkan kemampuan mengunyah namun sensasi rasa bisa terhambat. 

Xerostomia atau mulut kering juga umum terjadi tetapi tidak terlalu umum terjadi pada lansia. Kondisi ini biasanya terjadi akibat penurunan sekresi saliva. Penyebab lain dari mulut kering adalah obat-obatan seperti antikolinergik, obat penenang, terapi radiasi, dan penyakit hidung obstruktif yang menginduksi pernafasan mulut.

Soergel dan rekan (1964) menciptakan istilah presbi esofagus untuk menunjukkan perubahan fungsi esofagus seperti penurunan motilitas dan relaksasi yang tidak memadai dari sfingter esofagus bagian bawah, yang terjadi akibat penuaan. 

Atrofi mukosa lambung dan penurunan sekresi lambung dapat terjadi pada lansia. Achlorhydria (penurunan sekresi asam klorida) mungkin terjadi sebagai akibat dari hilangnya sel parietal. Meskipun jarang, achlorhydria lebih sering terjadi pada lansia dan dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat lambung yang membutuhkan lingkungan asam.

Gastritis atrofi dan penurunan sekresi faktor intrinsik lebih sering terjadi pada penuaan dan dapat menyebabkan malabsorbsi vitamin B12. Karena vitamin B12 diperlukan untuk pematangan sel darah merah, kekurangan dapat menyebabkan sejenis anemia makrositik yang disebut anemia pernisiosa. 

Kekurangan vitamin B12 juga dapat menyebabkan kelainan neurologis seperti neuropati perifer, ataksia, bahkan demensia. Pengobatan terdiri dari terapi penggantian vitamin B12 periodik melalui injeksi karena bentuk oral tidak diserap karena kurangnya faktor intrinsik.

Usus halus menunjukkan beberapa perubahan morfologi yang berkaitan dengan usia, seperti atrofi mukosa. Namun penyerapan sebagian besar nutrisi dan fungsi lainnya tampaknya tetap utuh.

Penyerapan kalsium biasanya menurun seiring proses penuaan dan mungkin mencerminkan penurunan penyerapan usus terhadap faktor lain seperti berkurangnya asupan vitamin D dan penurunan pembentukan vitamin D3 oleh kulit.

Diverticula usus besar umum terjadi pada lansia dengan lebih dari 50% individu yang berusia lebih dari 80 tahun menderita penyakit divertikular. Insiden tinggi tampaknya akibat dari diet rendah serat. 

Konstipasi adalah fenomena lain yang sering terjadi. Kondisi ini sering dikaitkan dengan imobilitas dan penurunan aktivitas fisik, diet rendah serat, penurunan asupan cairan, dan obat-obatan. Komplikasi konstipasi dapat berupa impaksi atau obstruksi feses, megakolon, prolaps rektum, hemoroid.

Fungsi Ginjal

Meskipun terjadi perubahan anatomi dan fisiologis yang berkaitan dengan usia, ginjal harusnya tetap mampu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan sangat baik.

Perubahan ginjal akibat proses penuaan meliputi penurunan kapasitas cadangan yang dapat mengubah kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis dalam menghadapi penyakit atau stres. 

Secara keseluruhan terdapat penurunan umum massa ginjal terkait dengan proses penuaan terutama pada bagian korteks ginjal. Jumlah glomerulus fungsional menurun sebesar 30-50%, dengan peningkatan persentase glomerulus sklerotik atau abnormal.

Berbagai penelitian telah mendokumentasikan penurunan aliran darah ginjal total berkaitan dengan pertambahan usia sekitar 10% per dekade setelah usia 20 tahun, sehingga aliran darah ginjal orang berusia 80 tahun rata-rata sekitar 300 mL/menit, atau hanya setengah jika dibandingkan dengan 600 mL/menit pada usia dewasa muda. 

Penurunan besar dalam aliran darah terjadi di area kortikal ginjal, menyebabkan penurunan progresif laju filtrasi glomerulus (GFR). Penurunan GFR yang terjadi dengan penuaan tidak disertai dengan peningkatan kadar kreatinin serum karena produksi kreatinin berkurang seiring dengan penurunan massa otot seiring bertambahnya usia.

Kadar kreatinin serum sering digunakan sebagai indeks fungsi ginjal saat meresepkan dan menghitung dosis obat untuk obat yang dieliminasi melalui ginjal. Hal ini memiliki implikasi penting untuk lansia, karena jika tidak ditangani dengan hati-hati, dosis obat yang tidak tepat dapat menyebabkan akumulasi obat yang beredar berlebihan dan mengakibatkan toksisitas.

Fungsi tubulus ginjal menurun dengan bertambahnya usia, dan kemampuan untuk memekatkan dan mengencerkan urin sebagai respons terhadap perubahan cairan dan elektrolit berkurang. 

Penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasikan urin, penurunan respons terhadap hormon antidiuretik, dan gangguan mekanisme rasa haus dapat menyebabkan predisposisi dehidrasi yang lebih tinggi pada lansia. 

Lansia juga lebih rentan terhadap hiperkalemia dan hipokalemia saat stres daripada individu dengan usia yang lebih muda. Peningkatan kalium serum dapat terjadi akibat penurunan GFR, penurunan kadar renin dan aldosteron, dan perubahan fungsi tubulus. 

Fungsi Genitourinaria

Baik pria maupun wanita mengalami perubahan fungsi genitourinaria akibat proses penuaan. Terjadi perubahan struktur dan fungsi kandung kemih, penurunan hormon seks steroid, dan perubahan struktur genital.

Perubahan struktur kandung kemih yang terjadi karena proses penuaan dapat mengakibatkan penurunan fungsi berkemih. Secara keseluruhan, otot polos dan jaringan elastis pendukung diganti dengan jaringan ikat fibrosa. Hal ini dapat menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap dan berkurangnya kekuatan aliran urin.

Kapasitas kandung kemih juga menurun seiring bertambahnya usia, sedangkan frekuensi buang air kecil meningkat. Saat jaringan elastis dan otot melemah, inkontinensia urin menjadi lebih umum terjadi.

Pada wanita lanjut usia, atrofi struktur perineum dapat menyebabkan meatus uretra menyusut sepanjang dinding vagina. Atrofi organ panggul lainnya terjadi pada wanita lanjut usia karena berkurangnya produksi estrogen setelah menopause, sekresi vagina berkurang, lapisan vagina lebih tipis, kering, kurang elastis, lebih mudah trauma, dan flora normal berubah. Perubahan ini dapat mengakibatkan infeksi, pruritus, dan rasa nyeri saat koitus.

Pada pria lanjut usia, hiperplasia prostat jinak atau BPH sangat umum terjadi. Insiden secara progresif meningkat menjadi sekitar 80% pria pada usia diatas 80 tahun. Kondisi ini sering asimtomatik sampai kira- kira usia 50 tahun. Setelah itu, kejadian dan tingkat keparahan gejala meningkat seiring bertambahnya usia. 

Kadar testosteron serum diketahui menurun seiring bertambahnya usia pria, meskipun definisi dan pengobatan untuk hipogonadisme masih agak kontroversial. Gejala yang terkait dengan defisiensi androgen pada pria lanjut usia dapat berupa berkurangnya kekuatan otot, penurunan stamina dan energi, hilangnya massa otot, libido rendah dengan atau tanpa disfungsi ereksi, suasana hati yang mudah tersinggung, osteoporosis, dan atrofi testis.

Kesimpulan

Penuaan adalah proses alami dalam siklus hidup yang membawa serta perubahan biopsikososial yang unik. Penuaan tidak identik dengan penyakit atau kesehatan yang buruk. 

Tubuh yang menua dapat mencapai sebagian besar atau semua fungsi seperti saat muda meskipun mungkin membutuhkan waktu lebih lama dan membutuhkan motivasi yang lebih besar. 

Populasi lansia biasanya didefinisikan dalam istilah kronologis sebagai individu berusia 65 tahun ke atas. Jumlah orang lanjut usia telah meningkat dan diperkirakan akan terus bertambah di masa depan.

Terdapat dua teori utama yang digunakan untuk menjelaskan perubahan biologis yang terjadi terkait proses penuaan, yaitu teori perkembangan genetik yang menghipotesiskan bahwa perubahan penuaan diprogram secara genetik, dan teori stokastik yang menyatakan bahwa perubahan penuaan dihasilkan dari akumulasi kejadian acak atau kerusakan akibat bahaya lingkungan.

Secara umum terjadi penurunan struktur dan fungsi tubuh seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan ini mengakibatkan penurunan kapasitas cadangan berbagai sistem organ, termasuk integumen, muskuloskeletal, kardiovaskuler, saraf, sistem pengindraan khusus, sistem imun, gastrointestinal, dan genitourinari. 

Hal ini mengakibatkan penurunan kemampuan homeostasis, membuat lansia lebih rentan terhadap stresor seperti penyakit, trauma, pembedahan, pemberian obat, dan perubahan lingkungan.

Sumber:  Port C. M & Matfin G. 2009. Pathophysiology: Concepts of Altered Health States. Lippincott Williams & Wilkins.

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram