Widget HTML #1

Askep Hipertensi SDKI, SLKI, dan SIKI

Hipertensi disederhanakan dengan sebutan tekanan darah tinggi. adalah elavasi persisten dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90 mmHg atau lebih. Pada kesempatan ini Repro Note akan merangkum mengenai konsep Askep Hipertensi SDKI SLKI SIKI atau konsep 3S. Dimana Konsep pendekatan 3S dpakai sebagai  panduan pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan dokumentasinya. 

Tujuan: 

  • Memahami Penyebab, faktor resiko, dan Patofisiologi Hipertensi
  • Memahami penatalaksanaan secara umum pada pasien hipertensi
  • Merumuskan diagnosa keperawatan pada askep Hipertensi dengan pendekatan Sdki
  • Merumuskan Luaran dan kriteria hasil pada askep hipertensi dengan pendekatan Slki
  • Melaksanakan intervensi keperawatan pada askep hipertensi dengan pendekatan Siki

Askep Hipertensi SDKI, SLKI, dan SIKI
Image by Antonio Corigliano from Pixabay

Penyebab

Hipertensi digolongkan dengan jenis, penyebab dan tingkat keparahan. Kebanyakan klien dengan kombinasi elevasi sistolik dan diastolik tekanan darah didiagnosis dengan hipertensi primer, disebut juga dengan esensial atau hipertensi idiopatik. Faktor penyebab yang tidak dapat diidentifikasi, tetapi beberapa yang umumnya terlibat berkaitan dengan homeostatik.

Kondisi tingkat keparahan berhubungan langsung dengan adanya jumlah dan besarnya faktor resiko, lamanya keberadaan faktor-faktor resiko, dan adanya status penyakit yang menyertai.

Faktor Resiko Yang Tidak bisa diubah:

Riwayat Keluarga

Kecenderungan genetis membuat seseorang yang memiliki keluarga dengan hipertensi lebih rentan untuk mengalaminya. Jika memiliki orang tua yang hipertensi, maka anak memiliki resiko yang lebih tinggi.

Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.  Semakin tinggi usia, maka resiko muculnya hipertensi akan semakin besar.

Jenis Kelamin

Resiko hipertensi terkait jenis kelamin bervariasi. Pada usia dibawah 55 tahun resiko lebih besar pada pria. Memasuki usia 55 – 74 tahun tingkat resiko pria dan wanita relatif sama. Namun pada usia lebih dari 74 tahun wanita memiliki resiko yang lebih besar.

Etnis

Berdasarkan data statistik angka kematian terkait hipertensi yaitu 4,7% pada wanita berkulit putih, 6,3% pada pria bekulit putih, 22,5% pada pria berkulit hitam, dan tertinggi pada wanita berkulit hitam di angka 29,3%.

Tingginya prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam tidak sepenuhnya difahami. Namun hal ini diduga terkait dengan kadar renin, sensitifitas terhadap vasopresin, asupan garam, dan stres lingkungan.

Faktor  Resiko bisa diubah :

Diabetes

Berdasarkan hasil penelitian, pasien dengan diabetes melitus memiliki resiko 2 kali lipat untuk mengalami hipertensi karena mempercepat timbulnya aterosklerosis.

Oleh karena itu hipertensi akan menjadi diagnosis yang lazim pada diabetes, meskipun diabetesnya terkontrol dengan baik ketika seorang klien diabetes didiagnosis dengan hipertensi, keputusan pengobatan dan perawatan tindak lanjut harus benar benar individual dan agresif.

Stres

Stres meningkatkan resistensi vaskular perifer dan curah jantung serta menstimulasi aktivasi sistem saraf simpatis.

Berbagai hal yang dapat menimbulkan stress seperti infeksi, peradangan, trauma, respon pada peristiwa yang terjadi, obat-obatan, penyakit, pembedahan, dan peristiwa lainnya dapat memicu stress.

Oleh karena stres  adalah permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stresor dan respon stres.

Obesitas

Peningkatan berat badan yang berlebihan atau obesitas, diikuti oleh faktor-faktor yang lainnya akan meningkatkan resiko munculnya hipertensi.

Nutrisi

Konsumsi natrium adalah faktor penting dalam perkembangan hipertensi esensial. Konsumsi garam yang tinggi menyebabkan, yang mungkin secara tidak langsung meningkatkan tekanan darah.

Baca juga: Makanan Pantangan dan yang dianjurkan untuk hipertensi

Manifestasi klinis

Pada tahap awal, biasanya hipertensi tidak akan menimbulkan gejala. Jika keadaan ini dibiarkan tidak terdiagnosis, tekanan darah akan terus naik, manifestasi klinis akan menjadi jelas, dan klien pada akhirnya akan datang kerumah sakit dan mengeluhkan nyeri kepala menetap, pusing, jantung berdebar, sesak nafas, pandangan kabur, penglihatan ganda, atau mimisan.

Patofisiologi

Hipertensi Primes (Essensial)

Empat sistem kontrol yang memainkan peran utama dalam menjaga tekanan darah adalah sistem baroreseptor dan kemoreseptor arteri,  pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular.

Hipertensi sekunder

Banyak masalah ginjal, vaskular, neurologis, dan obat dan makanan yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh negatif terhadap ginjal  dapat mengakibatkan gangguan serius pada organ tubuh.

Glumerulonefritis dan stenosis arteri renalkronis adalah penyebab yang paling umum dari hipertensi sekunderjuga, kelenjar adrenal dapat mengakibatkan hipertensi sekunder  jika ia memproduksi aldosteron, kortisol, dan katekolamin berlebih.

Pada awal perjalanan perkembangan hipertensi, tidak ada perubahan patologis nyata pada pembuluh dan organ darah yang dapat dilihat selain dari elevasi intermiten tekanan darah (hipertensi labil).

Dengan perlahan, penyebaran perubahan patologis terjadi baik dalam pembuluh darah kecil dan besar dan di jantung, ginjal dan otak. Oleh karena kerusakan berlanjut, pembuluh besar mungkin menjadi tersumbat atau mungkin terjadi perdarahan, yang menyebabkan infark jaringan yang disuplai oleh pembuluh pembuluh yang dengan tiba-tiba telah di ambil suplai darahnya.

Kerusakan pembuluh kecil mengakibatkan perubahan struktur jantung, ginjal, dan otak. Hasil akhir dari perubahan ini adalah penurunan suplai darah ke jaringan jantung, otak, ginjal dan retina, gangguan fungsional progresif  organ-organ ini, dan akhirnya infark jaringan yang disuplai oleh pembuluh ini.

Penatalaksanaan

Tujuan akhir terapi adalah menormalkan tekanan darah dan mengurangi faktor resiko serta mengontrol perkembangan hipertensi.Bagi klien dengan diabetes atau penyakit renal progresif, targetnya adalah <130/80 mmHg ( atau 125/75 mmHg untuk klien dengan penyakit renal dan proteinurina >1 g/24 jam).

a. Modifikasi gaya hidup

Bukti kuat penelitian telah diilustrasikan dengan menyakinkan bahwa modifikasi gaya hidup efektif untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi faktor-faktor risiko kardiovaskuler dengan keseluruhan biaya yang sedikit dan resiko yang minimal. Modifikasi gaya hidup dianjurkan sebagai terapi definitif awal bagi beberapa klien, paling tidak untuk 6 sampai 12 bulan pertama setelah diagnosis awal.

b. Pengurangan berat badan

Kelebihan berat badan, yang ditunjukan oleh indeks masa tubuh (BMI) sangat berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. Bagi banyak  orang dengan hipertensi yang berat badannya 10% lebih  besar dari berat badan ideal , pengurangan berat badan sedikitnya 4,5 kg dapat menurunkan hipertensi sampai 10 mmHg. 

Pengurangan berat badan juda memperbesar keefektifan obat hipertensi. Oleh karena itu, ukur kembali tekanan darah klien setelah berat badan menurun, dan buatlah perubahan-perubahan yang tepat dalam intervensi farmakologis seperti yang diperlukan.

c. Pembatasan natrium

Sebagian besar penderita hipertensi yang sensitif terhadap natrium, menunjukkan setelah mengonsumsi natrium mengalami peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu perlu dilakukan pembatasan konsumsi natrium 2-3 gram untuk menurunkan tekanan darah.

d. Modifikasi diet lemak

Modifikasi diet asupan lemak dengan menurunkan fraksi lemak jenuh dan meningkatkan lemak tak jenuh ganda berpengaruh sedikit terhadap penurunan tekanan darah tetapi bila ada dapat berpengaruh dalam menurunkan kadar kolesterol secara signifikan. Oleh karena dislipedemia merupakan faktor resiko utama dalam perkembangan aterosklerosis, terapi diet yang bertujuan untuk mengurangi lipid merupakan tambahan yang penting bagi keseluruhan regimen diet.

e. Olahraga

Tekananan darah dapat dikurangi dengan intensitas aktifitas fisik yang cukup (serendah 40% sampai 60% dari konsumsi oksigen) seperti jalan cepat (sekitar 2,5 sampai 3 mph) selama 30 sampai 45 menit setiap hari dalam seminggu.

f. Pembatasan alkohol

Kaji asupan alkohol dengan hati-hati . anjurkan klien yang minum alkohol untuk melakukannya dengan jumlah sedang (misalnyatidak lebih dari 1 ons etanol perhari untuk pria dan 0,5 ons untuk wanita)

g. Pembatasan kafein

Pembatasan kafein tidak penting kecuali respons jantung atau sensitifitas berlebihan terhadap kafein ada.

h. Menghentikan kebiasaan merokok

Merokok secara statistik tidak berhubungan dengan perkembangan hipertensi, namun nikotin jelas meningkatkan denyut jantung dan memproduksi vasokontriksi perifer yang memang menigkatkan tekanan darah arteri dalam jangka waktu pendek selama dan setelah merokok. 

Penghentian merokok sangat dianjurkan, untuk mengurangi risiko klien terhadap kanker, penyakit paru dan kardiovaskuler.

Askep pada pasien Hipertensi dengan Pendekatan Metode 3S atau SDKI, SLKI, dan SIKI

Pengkajian

Pengkajian pasien pada pelaksanaan askep pada hipertensi SDKI, SLKI, dan SIKI antara lain:  

Riwayat 

  • Riwayat hipertensi keluarga, DM, penyakit kardiovaskuler, hiperlipidemia, atau penyakit renal:merokok, stres, obesitas; atau gaya hidup yang kurang gerak
  • Dokumentasi tekanan darah tinggi sebelumnya, termasuk usia, onset, tingkat elevasi, dan resep terapi medis saat ini
  • Riwayat seluruh obat yang diresepkan dan obat bebas  serta kepatuhan klien yang sebenarnya dalam meminum obat
  • Riwayat semua penyakit atau trauma pada organ sasaran
  • Hasil dan efek samping dari terapi antihipertensi sebelumnya

Pemeriksaan Fisik

  • Tanda Vital dan Berat Badan
  • Tekanan darah –karena tekanan darah berubah-ubah dan dapat dipebgaruhi oleh banyak faktor, ia harus di ukur sehingga pembacaan mewakili level klien.
  • Pemeriksaan funduskopi untuk penyempitan arteri retinal, hemoragi, eksudat dan papilaedema
  • Pemeriksaan leher untuk distensi vena, bruit karotis, dan pembesaran tiroid
  • Auskultasi jantung untuk meningkatnya denyut jantung , disritmia, murmur, dan suara jantung S3 dan S4
  • Pemeriksaan perut
  • Pemeriksaan ekstremitas untuk menghilangnya atau tidak denyut perifer, edema, dan ketidaksamaan denyut bilateral
  • Evaluasi neurologi untuk tanda-tanda trombosis serebral atau hemoragi

Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan

Berikut Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan pada askep hipertensi SDKI, SLKI dan SIKI:

1. Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0015)

Luaran : perfusi perifer meningkat (L.02011)

  • Nyeri ekstremitas menurun
  • Akral membaik
  • Tekanan darah sistolik membaik
  • Tekanan darah diastolik membaik

Intervensi :

a. Dukungan Berhenti Merokok (l.01001)

  • Identifikasi keinginan berhenti merokok
  • Identifikasi upaya berhenti merokok
  • Diskusikan motivasi penghentian merokok
  • Jelaskan efek langsung berhenti merokok
  • Jelaskan berbagai intervensi dengan farmakoterapi seperti Penggantian nikotin

b. Edukasi Berhenti Merokok (l. 2366)

  • Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
  • Sediakan materi dan media edukasi
  • Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
  • Jelaskan gejala fisik penarikan nikotin
  • Jelaskan gejala berhenti merokok
  • jarkan cara berhenti merokok

c. Edukasi Diet (l.12369)

  • Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
  • Identifikasi kebiasaan pola makan
  • Identifikasi keterbatasan finansial untuk menyediakan makanan
  • Persiapkan materi, media dan alat peraga
  • Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
  • Informasikan makanan yang boleh dan dilarang
  • Rujuk ke ahli gizi dan sertakan kelaurga, jika perlu

e. Edukasi Latihan Fisik (l.12389)

  • Jelaskan manfaat kesehatan olahraga
  • Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
  • Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensitas  latihan
  • Jelaskan latihan pemanasan dan pendiginan yang tepat
  • Ajarkan tehnik menghindari cedera saat berolahraga

2.  Manajemen Kesehatan Tidak Efektif (D.0116)

Luaran: manajemen kesehatan meningkat (L.12104)

  • Melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko meningkat
  • Menerapkan program perawatan meningkat
  • Aktifitas hidup sehari-hari efektif memenuhi tujuan kesehatan meningkat
  • Kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan menurun

Intervensi :

a. Dukungan Tanggung Jawab pada Diri Sendiri (l. 09277)

  • Identifikasi persepsi tentang masalah kesehatan
  • Monitor pelaksanaan tanggung jawab
  • Tingkatkan rasa tanggung jawab atas perilaku sendiri
  • Berikan penguatan dan umpan balik positif jika melaksanakan tanggung jawab atau mengubah perilaku

c. Edukasi Kesehatan (l.12383)

  • Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
  • Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
  • Ajarkan strategi untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat


Referensi :

  1. Muttaqin, Arif. 2013. Buku Ajar Askep Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Salemba Medika. Jakarta
  2. PPNI, 2017.  SDKI edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  3. PPNI, 2018.  SIKI  edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  4. PPNI, 2019.  SLKI  edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
Marthilda Suprayitna, Ners., M.Kep
Marthilda Suprayitna, Ners., M.Kep Praktisi dan Dosen Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram