Widget HTML #1

Mengenal penyakit Diabetes Melitus atau Kencing Manis

Istilah Diabetes Melitus berasal dari bahasa Yunani. Diabetes artinya aliran/pancuran, melitus berarti madu atau manis. Jadi istilah ini menunjukan tentang keadaan tubuh penderita, yaitu adanya cairan  manis yang mengalir terus.

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang ditandai dengan kadar glukosa darah, yang melebihi nilai normal (Hyperglikemia) akibat kekurangan insulin baik absolut  maupun relatif. Penyakit ini bersifat menahun alias kronis. Penderitanya dari semua lapisan umur serta tidak membedakan orang kaya maupun miskin.

Diabetes mellitus adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi terhadap glukosa. Kadar gula selalu tinggi dan berdasarkan pemeriksaan gula puasa didapatkan pada plasma vena lebih dari 140 mg persen, pada darah vena  keseluruhan 120 demikian pula pada pembuluh darah kapiler.


Diabetes Melitus atau Kencing Manis

Jenis Diabetes Melitus (DM)

a. DM tipe I atau Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) 

Jika tubuh sama sekali tidak  dapat memproduksi insulin, gejalanya akan cepat terasa karena tidak ada kontrol gula darah. Peran insulin sangat penting dalam menjaga stabilitas tubuh dengan mencegah penghancuran protein (yang tersimpan dalam otot dan lemak)

Jika insulin tidak ada, produk sampingan  hasil penghancuran lemak dan protein otot akan menumpuk dalam darah dan menghasilkan suatu zat yang disebut keton, Jika hal ini dibiarkan terus meningkat sehingga orang tersebut mengalami apa yang disebut koma ketoasidosis.

b. DM tipe II = Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)

Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif sebagaimana mestinya . Tingkat gula darah naik  lebih lamban. Tidak banyak protein  dan lemak yang dihancurkan, hingga produksi  keton pun tidak banyak, dan resiko terkena ketoasidosis koma juga kecil. Dengan meningkatnya usia hidup manusia secara keseluruhan, diabetes tipe II tampaknya akan banyak ditemukan dimasa datang.

Penyebab Diabetes Melitus (DM)

Ada bukti yang menunjukan bahwa etiologi  diabetes melitus bermacam-macam antara lain infeksi, lingkungan, diabetes sekunder, stress tetapi determinan genetik dalam hal ini memegang peranan penting. Diabetes tergantung insulin (DMTI) adalah penyakit otoimun  yang ditentukan secara genetic dengan gejala-gejala yang pada akhirnya menuju pada proses  bertahap perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin.

Gaya Hidup Menjadi Faktor Predisposisi Terjadinya Diabetes Melitus

a. Pola makan /Pola Diet yang kurang tepat

Di bawah ini akan diuraikan pola makan yang kurang baik yang dapat menimbulkan gemuk bahkan kegemukan, yang mana kegemukan ini memperbesar risiko seseorang   untuk terserang penyakit degeneratif (penyakit yang timbul akibat adanya perubahan atau kerusakan tingkat seluler yang meluas kejaringan yang sama) diantaranya penyakit diabetes mellitus. Adapun beberapa prilaku yang kurang tepat sebagai berikut :

Makan berlebihan 

Mengumbar napsu makan merupakan kebiasaan yang buruk, baik dilakukan dirumah, restoran, pertemuan-pertemuan maupun pesta. Apabila sudah kenyang, jangan sekali-kali menambah porsi makan meskipun makanan yang tersedia makanan favorit.

Makan terburu-buru

Kebiasaan makan secara terburu-buru akan menyebabkan efek kurang menguntungkan bagi pencernaan,selain dapat mengakibatkan cepat merasa lapar kembali.

Menghindari makan pagi

Sebagaimana diketahui, makan pagi merupakan kegiatan yang perlu dilakukan, makan pagi ini akan memberikan energi pada saat bekerja di siang hari. Sayangnya, karena berbagai alasan seperti tergesa-gesa, ingin kurus, malas makan dan lain sebagainya, kegiatan makan pagi  banyak ditinggalkan.

Waktu makan tidak teratur

Kesibukan kerja dan aktifitas keseharian yang sangat padat cenderung seorang tidak mempunyai waktu makan tertentu. Apalagi jarak antara dua waktu makan terlalu panjang. Ada kecenderungan untuk menyantap makanan secara berlebihan.

Salah memilih dan mengolah makanan

Ada berbagai sebab atau karena ketidaktahuan maka seseorang salah memilih makanan hanya karena prestise atau gengsi semata. Makanan cepat saji yang banyak ditawarkan sekarang banyak yang mengandung lemak, kalori dan gula berlebihan. Selain itu juga orang yang menghindari nasi karena takut kegemukan. Namun sayangnya mereka mengkompensasinya dengan memakan makanan yang salah.

b. Kurang Latihan Jasmani / Olah Raga

Sumber tenaga manusia yang utama adalah glukosa, glikogen, dan trigliserida. Timbunan glukosa dalam seluruh tubuh digunakan tidak lebih dari 20 gr, glikogen dalam hati 80 – 120 gr, glikogen otot kira – kira 200 – 300 gr (pada orang dewasa dengan berat badan sekitar 70 kg). Jumlah kalori seluruhnya sekitar 2000 kkal. 

Trigliserida merupakan bentuk lain timbunan karbohidrat, ada yang menamakannya sebagai permen berminyak, merupakan persediaan tenaga yang berlimpah sekitar 15 kg dari berat orang dewasa dengan berat 70 kg. Secara teoritis cadangan tenaga sebesar ini dapat di ubah menjadi tenaga sekitar 135.000 kkal.

Melakukan olahraga secara teratur merupakan aktifitas fisik yang sesuai, aman, dan efektif. Hal ini disebabkan gerakan selama berolah raga berbeda dengan gerakan pada saat menjalankan aktivitas fisik sehari – hari seringkali merupakan gerak anggota badan yang tidak seimbang, misalnya terlalu banyak duduk atau berdiri, atau hanya menggunakan tangan dan lain sebagainya, keadaan itu membuat pembuluh darah menjadi tidak lancar sehingga badan menjadi cepat lelah, lesu, letih dan tidak bugar.

Kurangnya aktifitas fisik dan olahraga, bisa membuat tubuh obesitas dan resisten pada insulin sehingga memicu diabetes tipe 2.

c. Stress

Tekanan atau stress yang dirasakan juga dapat memicu timbulnya DM dalam hal ini DM tipe 2. Hal ini disebabkan karena pada saat stress tubuh akan mengeluarkan hormon kortisol. Paparan kortisol dalam jangka waktu lama di kaitkan dengan penurunan sensitifitas insulin dan memicu diabetes tipe 2.

Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

a. Gejala khas penderita diabetes melitus adalah sebagai berikut :

  1. Rasa haus sehingga banyak minum (polidipsia)
  2. Sering kencing (poliuria) terutama pada malam hari
  3. Berat badan menurun dengan cepat

b. Gejala lain mungkin dikeluhkan pasien antara lain

  1. Kenaikan gula darah > 140 mg/dl, pada lebih dari 1 kali pemeriksaan
  2. Gula darah puasa kurang dari kriteria 2, tetapi terdapat kenaikan kadar gula darah pada pemeriksaan toleransi glukosa secara oral  (lebih dari 1 kali pemeriksaan)
  3. Rasa lemas
  4. Cepat merasa lapar
  5. Gatal-gatal
  6. Kesemutan pada jari tangan dan kaki
  7. Penglihatan menjadi kabur 
  8. Gatal pada kemaluan (pruritus vulvae) bagi penderita wanita
  9. Gairah menurun
  10. Luka sukar sembuh

Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan darah

  1. Glukosa darah puasa (GDP) : diatas 120 mg / dl  
  2. Glukosa darah 2 jam PP  : diatas 200 mg / dl 
  3. Glukosa darah acak ( GDA )         : diatas 200 mg / dl 

b. Pemeriksaan Kencing

Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari di lakukan 30 menit sebelum makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali sebelum makan. Urine reduksi normal warna biru, bila terdapat glukosa dalam urine : 
  1. Warna hijau         : + 
  2. Warna kuning                 : ++
  3. Warna merah                 : +++
  4. Warna merah bata / coklat : ++++
Pemeriksaan dapat digunakan fehling, benedict dan enzimatik  (peper strip) 

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM)

Secara berkala

Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 Jam PP tiap 3 bulan dan setiap tiga tahun dilakukan pemeriksaan fisik, albumin urine, kreatinin, lipid atau sewaktu-waktu bila diperlukan 

Langkah utama dalam pengolahan DM 

1. Penyuluhan ( Education Diabetes ) 

Edukasi Diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, penyesuaian psikologis serta kualitas hidup yang lebih. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan pasien DM  

2. Perancanaan makan / pengaturan diit 

Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak sesuai dengan kebutuhan gizi baik yaitu sebagi berikut : 
  • Karbohidrat : 60 – 70 % 
  • Protein : 10 – 15 % 
  • Lemak : 20 – 25 % 
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal . Untuk penentuan status gizi dipakai Body Mass Indeks ( BMI ) : 
 
BMI normal wanita adalah 18,5 – 23,5 kg /  m2
BMI normal laki-laki adalah 22,5-25 kg /  m2

Untuk Klinik praktis penentuan status gizi menggunakan rumus Broca : 

BB Ideal ( kg ) = { Tinggi badan ( cm ) – 100 } – 100 

Status gizi  : 
BB kurang : dibawah 90 % BB ideal 
BB normal : 90 – 110 % BB ideal 
BB lebih         : 110 – 120 % BB ideal 
Gemuk diatas 120 % BB ideal 

Kebutuhan kalori wanita   : 25 kal / kg BB  
Kebutuhan kalori pria        : 30 kal / kg BB 

Kebutuhan kalori tersebut ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas 10 – 30 %. Untuk koreksi BB (status gizi) jika gemuk di kurangi dan kurus ditambah. Bagi anak dalam masa pertumbuhan serta ibu hamil diperlukan tambahan tersendiri. Makanan tersebut disajikan dibagi menjadi tiga porsi besar untuk makan pagi 20 %, makan  siang 30 %, dan makan sore 25 % serta 2–3 porsi makanan ringan 10-15 % diantaranya.

3. Latihan jasmani 

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu selama 30 menit yang sifatnya CRIFET (Continuous, Rytmical, Interval, Progresif, Endurance, training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran   75 – 85 % denyut nadi maksimal di sesuaikan dengan umur dan kondisi. 

Olahraga ringan : Berjalan kaki biasa 30 menit
Olah raga sedang : Berjalan cepat selama 20 menit 
Olah raga berat : Joging 

4. Obat 

Bila telah melaksanakan pengaturan makan dan latihan jasmani namun kadar glukosa belum mencapai sasaran, harus dipertimbangkan pemakaian Obat – obatan 

Pencegahan Diabetes Mellitus (DM)

  • Pencegahan primer : untuk kelompok resiko tinggi 
  • Pencegahan sekunder : untuk mencegah timbulnya komplikasi dengan tindakan deteksi dini pengobatan sejak awal 
  • Pencegahan tersier : bila komplikasi menahun terjadi maka pengelolaannya diarahkan untuk mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi sedini mungkin

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram