Widget HTML #1

Askep Anemia Pendekatan SDKI SLKI dan SIKI

Anemia merupakan kelainan darah yang banyak terjadi, yaitu  ketika jumlah sel darah merah kurang dari batas normal atau rendahnya kadar hemoglobin di dalam darah. Ketika mengalami anemia,  kapasitas darah untuk mengangkut oksigen akan berkurang, sehingga akan menimbulkan berbagai dampak. Oleh sebab itu, pada tulisan ini Repro Note akan merangkum mengenai konsep medik dan askep anemia dengan menggunakan pendekatan 3S atau sdki slki siki.

Tujuan:

  • Memahami definisi, epidemiologi, tipe, penyebab, dan tanda gejala anemia
  • Memahami pemeriksaan dan penatalaksanaan pasien dengan anemia
  • Merumuskan diagnosa keperawatan pada askep anemia menggunakan pendekatan Sdki
  • Merumuskan Luaran dan Intervensi Keperawatan pada askep anemia menggunakan pendekatan Slki
  • Melaksanakan intervensi keperawatan pada askep anemia dengan pendekatan Siki

Askep Anemia Pendekatan SDKI SLKI dan SIKI
Image From maxpixel.net

Konsep Medik dan Asuhan Keperawatan (Askep) Anemia

Definisi

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari normal atau terjadi penurunan jumlah  sel darah merah (RBC) atau penurunan hematokrit (HCT).

Fungsi sel darah merah adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh  jaringan tubuh dan mengangkut kembali karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk ditukar dengan oksigen saat proses respirasi.

Proses pengangkutan ini melibatkan unit fungsional sel darah merah yang disebut hemoglobin (Hb), yang merupakan protein kompleks tetramer yang terdiri dari heme dan globin.

Pada anemia, penurunan jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen dan karbon dioksida mengganggu kemampuan tubuh untuk melakukan pertukaran gas.  Penurunan ini dapat disebabkan akibat kehilangan darah, peningkatan penghancuran sel darah merah (hemolisis), atau penurunan produksi sel darah merah.

Anemia seperti halnya demam, merupakan tanda yang memerlukan pemeriksaan penunjang untuk menentukan penyebab yang mendasarinya.

Epidemiologi

Anemia adalah penyakit yang sangat umum yang mempengaruhi hingga sepertiga dari populasi Dunia secara global, namun sebagian kejadian bersifat ringan dan tanpa gejala.

Prevalensi anemia meningkat seiring  bertambahnya usia dan lebih sering terjadi pada wanita yang masih subur, wanita hamil, dan orang tua.

Prevalensi anemia lebih dari 20%  pada individu yang  berusia lebih dari usia 85 tahun.  Insiden anemia tercatat 50-60% pada populasi panti jompo.

Pada lansia, kurang lebih sepertiga pasien mengalami anemia akibat defisiensi nutrisi seperti defisiensi zat besi, folat, dan vitamin B12. Pada sepertiga pasien lainnya, terdapat bukti bahwa penyebabnya adalah  gagal ginjal atau peradangan kronis.

Secara klasik, anemia defisiensi besi ringan terlihat pada wanita usia subur atau remaja putri, biasanya karena asupan makanan yang kurang zat besi dan kehilangan darah bulanan terkait siklus menstruasi.

Terlepas dari usia dan jenis kelamin, ras juga merupakan penentu penting anemia, dengan prevalensi yang meningkat pada populasi Afrika-Amerika.

Tipe Anemia

Tipe  anemia dikelompokan berdasarkan apakah anemia hipoproliferatif yaitu, jumlah retikulosit terkoreksi <2%,  atau hiperproliferatif yaitu,jumlah retikulosit terkoreksi >2%.

Anemia hipoproliferatif dibagi lagi berdasarkan volume sel rata-rata menjadi anemia mikrositik (MCV<80 fl), anemia normositik (MCV 80-100 fl), dan anemia makrositik (MCV>100 fl).

Anemia Mikrositik Hipoproliferatif (MCV<80 fl)

  • Anemia defisiensi besi
  • Anemia penyakit kronis
  • Anemia sideroblastik
  • Thalasemia
  • Anemia akibat Keracunan timbal

Anemia Normositik Hipoproliferatif (MCV 80-100 fL)

  • Anemia penyakit kronis
  • Aplasia sel darah merah murni
  • Myelofibrosis atau proses myelophthisic

Anemia Makrositik Hipoproliferatif (MCV > 100 fL)

Anemia makrositik dapat disebabkan oleh gangguan hipoproliferatif, hemolisis, atau keduanya. Dengan demikian, penting untuk menghitung jumlah retikulosit yang dikoreksi saat mengevaluasi pasien dengan anemia makrositik.

Pada anemia makrositik hipoproliferatif, jumlah retikulosit yang terkoreksi <2%, dan MCV lebih besar dari 100 fl. Tetapi, jika jumlah retikulosit > 2%, kemungkinan anemia hemolitik harus dipertimbangkan.

Jenis anemia ini biasanya terjadi pada:

  • Alkoholisme
  • Penyakit hati
  • Hipotiroidisme
  • Kekurangan folat dan vitamin B12
  • Sindrom mielodisplastik (MDS)
  • Anemia refrakter (RA)
  • Leukemia mielomonositik kronis (CMML)
  • Anemia akibat obat

Anemia hemolitik

Anemia hemolitik  terbagi berdasarkan penyebab ekstravaskular dan intravaskular.

  • Hemolisis ekstravaskular dimana  sel darah merah secara prematur dikeluarkan dari sirkulasi oleh hati dan limpa.
  • Hemolisis intravaskular dimana sel darah merah lisis dalam sirkulasi.

Penyebab Anemia

Berbagai kondisi medis bisa menjadi penyebab anemia. Beberapa hal tersebut antara lain:

Perdarahan aktif

Perdarahan aktif baik bersifat akut atau kronis bisa menyebabkan anemia. Bahkan perdarahan fisiologis seperti menstruasi merupakan salah satu faktor yang meningkatkan resiko anemia khusunya pada wanita.

Kondisi lain yang bisa menimbulkan perdarahan aktif seperti Ulkus gaster, ulkus peptikum, atau kanker seperti kanker usus besar  juga dapat menyebabkan anemia.

Defisiensi Besi

Jika asupan zat besi kurang atau tidak memadai akibat asupan makanan yang buruk, anemia dapat terjadi sebagai akibatnya. Jenis ini disebut anemia defisiensi besi.

Anemia defisiensi besi juga dapat terjadi bila ada tukak lambung atau sumber lain yang yang menimbulkan perdarahan kronis yang bersifat masif seperti kanker usus besar, kanker uterus, polip usus, hemoroid, dan lain lain.

Karena kehilangan darah secara perlahan dan kronis, zat besi juga hilang dari tubuh sebagai bagian dari darah. Dan pada tingkat yang lebih tinggi dari biasanya dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi zat besi.

Penyakit kronis

Setiap penyakit kronis dalam  jangka panjang biasanya dapat menyebabkan anemia. Mekanisme pasti dari proses ini tidak diketahui, tetapi kondisi medis yang berlangsung lama dan berkelanjutan seperti infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan jenis anemia ini.

Contohnya adalah pada orang dengan gagal ginjal kronis (CKD atau ESRD), produksi hormon  eritropoetin berkurang dan pada gilirannya mengurangi produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.

Gizi buruk

Asupan makanan yang buruk merupakan penyebab penting dari rendahnya Zat besi,  folat dan kadar vitamin B12. Vitamin dan mineral ini diperlukan untuk memproduksi sel darah merah.

Selain itu,  zat besi, vitamin B12 dan asam folat diperlukan untuk produksi hemoglobin (HB). Kekurangan salah satu dari zat ini dapat menyebabkan anemia karena produksi sel darah merah yang tidak memadai.

Alkoholisme

Alkohol dapat bersifat toksik  bagi sumsum tulang dan dapat memperlambat produksi sel darah merah.  Sehingga orang yang mengkonsumsi alkohol secara rutin memiliki resiko mengalami anemia yang lebih tinggi.

Obat

Beberapa jenis obat teridentifikasi dapat menyebabkan anemia sebagai efek samping pada beberapa individu. Mekanisme terjadinya anemia adalah melalui hemolisis dan toksisitas sumsum tulang.

Beberapa jenis obat lainnya yang dapat menyebabkan anemia antara lain obat kemoterapi,  beberapa obat kejang, transplantasi, HIV/AIDS, beberapa obat malaria, dan beberapa antibiotik, obat antijamur, dan antihistamin.

Penyebab lainnya yang bisa menjadi ppenyebab antara lain:

  • Masalah tiroid
  • Kanker
  • Penyakit hati
  • Penyakit autoimun (SLE)
  • Hemoglobinuria nokturnal paroksismal (PNH)
  • Keracunan timbal
  • HIV / AIDS
  • Malaria
  • Hepatitis virus
  • Infeksi parasit (cacing tambang),
  • Gangguan perdarahan
  • Paparan insektisida

Tanda  dan Gejala

Karena jumlah sel darah merah yang rendah menurunkan kemampuan darah untuk mengirim oksigen ke seluruh  jaringan dalam tubuh, anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala.

Munculnya tanda dan gejala ini juga dapat memperburuk gejala dari hampir semua kondisi medis lain yang mendasarinya.

Beberapa gejala yang sering  muncul pada anemia antara lain:

  • Kelelahan
  • Penurunan energi
  • Kelemahan
  • Pusing
  • Palpitasi
  • Tampak pucat.

Pada kasus  anemia berat gejala yang bisa muncul antara lain:

  • Nyeri dada, angina, atau serangan jantung
  • Pusing
  • Pingsan 
  • Detak jantung yang cepat.
  • Beberapa tanda lain yang mungkin mengindikasikan anemia antara lain:
  • Perubahan warna tinja, seperti tinja hitam dan lembek, tinja berwarna merah marun, atau tinja berdarah jika anemia disebabkan oleh kehilangan darah melalui saluran pencernaan
  • Detak jantung yang cepat
  • Tekanan darah rendah atau hipotensi
  • Pernapasan cepat
  • Kulit pucat atau dingin
  • Murmur jantung
  • Pembesaran limpa pada jenis anemia tertentu


Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit diperlukan untuk mendiagnosis anemia dan penyebabnya. Beberapa hal penting dalam pengkajian riwayat mencakup pertanyaan tentang riwayat keluarga, riwayat pribadi anemia atau kondisi kronis lainnya, obat-obatan, warna tinja dan urin, masalah perdarahan, dan pekerjaan dan kebiasaan sosial seperti asupan alkohol.

Saat melakukan pemeriksaan fisik lengkap tanda-tanda kelelahan, pucat, kulit dan mata kuning, dasar kuku pucat, limpa yang membesar (splenomegali) atau hati (hepatomegali), bunyi jantung , dan kelenjar getah bening.

Pemeriksaan laboratorium untuk anemia umumnya meliputi:
  • Hitung darah lengkap (CBC)
  • Menentukan tingkat keparahan dan jenis anemia apakah anemia mikrositik atau sel darah merah berukuran kecil, anemia normositik atau sel darah merah berukuran normal, atau anemia makrositik atau sel darah merah berukuran besar dan biasanya merupakan tes pertama yang bisa dilakukan.
  • Informasi tentang sel darah lainnya seperti sel darah putih dan trombosit  juga disertakan dalam laporan CBC.  Pengukuran  jumlah hemoglobin, yang merupakan cerminan akurat dari jumlah sel darah merah (RBC) dalam darah. Hasil hitung Hemoglobin dan Hematokrit biasanya menjadi indikator penegakan diagnosa anemia.
  • Tes Hemoglobin Tinja Untuk mendeteksi  perdarahan dari lambung atau usus (tes Guaiac tinja atau tes darah samar tinja).
  • Apusan Darah Tepi
  • Tingkat Zat Besi dapat menginformasikan apakah anemia mungkin terkait dengan kekurangan zat besi atau tidak.
  • Tingkat transferin untuk mengevaluasi protein yang mengangkut zat besi dalam tubuh.
  • Feritin untul mengevaluasi total besi yang tersedia dalam tubuh.
  • Kadar Folat: Vitamin yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah, yang rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk.
  • Vitamin B12 : Vitamin yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah dan rendah pada orang dengan kebiasaan makan yang buruk atau pada anemia pernisiosa.
  • Bilirubin berguna untuk menentukan apakah sel darah merah sedang dihancurkan di dalam tubuh yang mungkin merupakan tanda anemia hemolitik.
  • Tingkat timbal sebelumnya merupakan salah satu penyebab anemia yang lebih umum pada anak-anak.
  • Elektroforesis hemoglobin : Kadang-kadang digunakan ketika seseorang memiliki riwayat keluarga anemia,  tes ini memberikan informasi tentang anemia sel sabit atau talasemia.
  • Hitung retikulosit :Ukuran  sel darah merah baru yang diproduksi oleh sumsum tulang
  • Tes fungsi hati.
  • Tes fungsi untuk mengecek adanya gangguan atau disfungsi. Gagal ginjal dapat menyebabkan defisiensi eritropoietin (Epo), yang menyebabkan anemia.
  • Biopsi sumsum tulang untuk mengevaluasi produksi sel darah merah dan dapat dilakukan jika dicurigai ada masalah sumsum tulang.

Penatalaksaan

Penatalaksanaan anemia tergantu dari penyebab yang mendasarinya. Berikut ini penatalaksanaan anemia, antara lain:

Cairan dan tranfusi

Pemberian cairan IV dan transfusi untuk anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah akut. Pada kondisi umum, pertahankan kadar  hemoglobin > 7 g/dL, sedangkan pada pasien  dengan penyakit kardiovaskular membutuhkan kadar hemoglobin yang lebih tinggi > 8 g/dL.

Zat besi, Vitamin B12, dan Folat

Pemberian zat besi, vitamin B12 dan Folat untuk anemia karena kekurangan nutrisi. Suplementasi zat besi secara oral sejauh ini merupakan metode yang paling umum untuk pemenuhan zat besi. Dosis zat besi yang diberikan tergantung pada usia pasien, defisit zat besi, tingkat koreksi yang diperlukan, dan kemampuan untuk mentoleransi efek samping.

Efek samping yang paling umum adalah gangguan gastrointestinal seperti sembelit dan tinja berwarna hitam. Untuk individu seperti itu, disarankan mengonsumsi zat besi oral setiap hari, untuk membantu meningkatkan penyerapan Gastrointestinal. Hemoglobin biasanya akan menjadi normal dalam 6-8 minggu, dengan peningkatan jumlah retikulosit hanya dalam 7-10 hari.

Pemberian zat besi melalui jalur  IV mungkin bermanfaat pada pasien yang membutuhkan peningkatan kadar yang cepat. Pasien dengan kehilangan darah akut dan berkelanjutan atau pasien dengan efek samping pemberian oral  yang tidak dapat ditoleransi.

Transplantasi

Anemia karena cacat pada sumsum tulang dan sel induk seperti anemia aplastik memerlukan transplantasi sumsum tulang.

Pengobatan penyakit yang mendasari

Anemia karena penyakit kronis, seperti  anemia pada keadaan gagal ginjal, berespons terhadap eritropoietin. Kondisi autoimun dan reumatologi yang menyebabkan anemia memerlukan pengobatan penyakit yang mendasarinya.

Anemia karena peningkatan penghancuran sel darah merah seperti anemia hemolitik yang disebabkan oleh katup mekanis yang rusak perlu diganti. Anemia hemolitik karena obat memerlukan penghilangan obat penyebab. Anemia hemolitik persisten membutuhkan splenektomi.

Baca Juga : Cara mencegah anemia pada Kehamilan dan Persalinan

Asuhan Keperawatan (Askep Anemia) SDKI SLKI SIKI

Pengkajian Keperawatan

Pada askep anemia, beberapa hal yang penting untuk dikaji antara lain:

Riwayat Penyakit dan pemeriksaan fisik.

Dalam melaksanakan askep anemia, riwayat Penyakit dan Pemeriksaan fisik memberikan data penting tentang jenis anemia yang terlibat, tingkat dan jenis gejala yang ditimbulkannya, dan dampak gejala tersebut pada kehidupan pasien.

Riwayat pengobatan.

Beberapa obat dapat menekan aktivitas sumsum tulang, menginduksi hemolisis, atau mengganggu metabolisme folat.

Riwayat konsumsi alkohol.

Riwayat akurat asupan alkohol termasuk jumlah dan durasi harus diperoleh.

Riwayat Penyakit  keluarga

Pengkajian riwayat penyakit  keluarga penting karena anemia tertentu diturunkan.

Penilaian nutrisi

Dalam askep anemia, Mengkaji status gizi dan kebiasaan penting karena dapat mengindikasikan defisiensi zat gizi esensial seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat.

Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan

1. Keletihan b/d Kondisi Fisiologis Anemia (D.0057)

Luaran: Tingkat Keletihan Membaik

  • Verbalisasi kepulihan energi meningkat
  • Tenaga meningkat
  • Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
  • Motivasi meningkat
  • Verbalisasi lelah menurun
  • Lesu menurun
  • Gangguan konsentrasi menurun
  • Sianosis menurun
  • Selera makan membaik
  • Pola napas dan pola istirahat membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Manajemen Energi (I.05178)

  • Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
  • Monitor kelelahan fisik dan emosional
  • Monitor pola dan jam tidur
  • Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
  • Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus seperti cahaya, suara, dan kunjungan
  • Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
  • Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
  • Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
  • Anjurkan tirah baring
  • Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
  • Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
  • Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
  • Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

b. Edukasi Aktivitas / Istirahat (I.12362)

  • Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
  • Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
  • Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
  • Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
  • Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
  • Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas lainnya
  • Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
  • Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat seperti kelelahan, sesak nafas saat aktivitas.
  • Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin (D.0009)

Luaran: Perfusi Perifer Meningkat (L.02011)

  • Denyut nadi perifer meningkat
  • Sensasi meningkat
  • Kelemahan otot menurun
  • Pengisian kapiler membaik
  • Akral membaik
  • Turgor kulit Membaik
  • Tekanan darah dan tekanan arteri rata-rata membaik
  • Indeks Ankle-brachial membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Perawatan Sirkulasi (I.02079)

  • Periksa sirkulasi perifer seperti Nadi perifer, pengisian kalpiler, warna, suhu, dan angkle brachial index.
  • Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
  • Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
  • Lakukan hidrasi
  • Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan

3. Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan (D.0056)

Luaran: Toleransi Aktivitas meningkat

  • Saturasi oksigen meningkat
  • Frekwensi Nadi meningkat
  • Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari hari meningkat
  • Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
  • Dyspnea saat dan setelah melakukan aktivitas menurun
  • Perasaan lemah menurun
  • Sianosis menurun
  • Warna kulit membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Manajemen Energi (I.05178)

b. Terapi Aktivitas (I.05186)

  • Identifikasi deficit tingkat aktivitas
  • Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
  • Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
  • Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
  • Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas
  • Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
  • Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
  • Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
  • Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai kebutuhan
  • Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energy, atau gerak
  • Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
  • Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
  • Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
  • Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
  • Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
  • Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas
  • Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
  • Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
  • Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi dan kesehatan
  • Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
  • Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
  • Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas, jika sesuai
  • Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu

4. Resiko Infeksi b/d Ketidakadekuatan Pertahanan tubuh Sekunder (penurunan Hemoglobin) (D.0142)

Luaran : Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)

  • Kebersihan dan nafsu makan meningkat
  • Demam menurun
  • Periode malaise menurun
  • Kadar sel darah putih membaik

Intervensi Keperawatan: Pencegahan Infeksi (I.14137)

  • Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
  • Batasi jumlah pengunjung
  • Berikan perawatan kulit pada daerah edema
  • Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
  • Pertahankan teknik aseptik pada psien beresiko tinggi
  • Jelaskan tanda dan gejala infeksi

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (D.0111)

Luaran : tingkat pengetahuan membaik ( L.12111)

  • Perilaku klien sesuai dengan yang di anjuran meningkat
  • Minat klien dalam belajar meningkat
  • Kemampuan klien menjelaskan pengetahuan tentang penyakitnya meningkat
  • Kemampuan klien menggambarkan
  • pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan penyakitnya meningkat
  • Perilaku sesuai dengan pengetahuannya meningkat
  • Pertanyaan tentang penyakitnya menurun
  • Persepsi keliru tentang penyakitnya menurun
  • Perilaku kllien membaik

Intervensi Keperawatan : Edukasi kesehatan (l.12383)

  • Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
  • Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
  • Berikan kesempatan untuk bertanya
  • Jelaskan klien tentang penyakitnya
  • Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

 

Referensi

  1. Turner J, Parsi M, Badireddy M. 2021. Anemia. Treasure Island (FL). StatPearls Publishing.  https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499994/
  2. Emmanuel C Besa. 2021. Anemia. Med Scape Emedicine. https://emedicine.medscape.com/article/198475-overview
  3. Marianne Belleza RN. 2021. Anemia Nursing Care Management. Nurses Labs
  4. Siamak N. Nabili. 2021. Anemia. Emedicine Health. https://www.emedicinehealth.com/anemia/article_em.htm
  5. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  6. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  7. PPNI, 2019.  Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram