Widget HTML #1

Askep Hemoroid Pendekatan Sdki Slki Siki

Hemoroid atau wasir merupakan kondisi dimana terjadi pembesaran dan penonjolan vena pada area rektum. Kondisi ini merupakan masalah kesehatan  yang banyak terjadi di masyarakat, menimbulkan gangguan dan keluhan berupa nyeri, gatal pada anus, dan pendarahan rektum. Pada tulisan ini repro Note akan merangkum mengenai penyakit ini meliputi konsep medik dan asuhan keperawatan atau askep hemoroid menggunakan pendekatan sdki slki dan siki.

Tujuan:

  • Memahami definisi dan jenis hemoroid
  • Memahami penyebab, tanda gejala dan patofisiologi terjadinya hemoroid
  • Memahami pemeriksaan dan penatalaksanaan medik hemoroid
  • Melakukan pengkajian keperawatan pada asuhan keperawatan atau  askep hemoroid
  • Merumuskan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada askep hemoroid menggunakan pendekatatan Sdki
  • Merumuskan luaran dan kriteria hasil pada askep hemoroid mengguanakan pendekatan Slki
  • Merumuskan dan melaksanakan intervensi keperawatan pada askep hemoroid dengan pendekatan Siki

Askep Hemoroid Pendekatan Sdki Slki Siki
Image by https://www.myupchar.com/en on wikimedia.org

Konsep Medik dan Asuhan Keperawatan (Askep) Hemoroid

Definisi

Hemoroid atau wasir adalah massa pembuluh darah yang menonjol ke dalam lumen rektum bawah atau daerah perianal. Hemoroid terjadi ketika peningkatan tekanan intra-abdomen menyebabkan pembengkakan pada jaringan pembuluh darah yang melapisi saluran anus.

Melonggarnya pembuluh darah dari jaringan ikat sekitarnya terjadi dengan penonjolan atau prolaps ke dalam lubang anus.

Terdapat  dua jenis utama Hemoroid, yaitu hemoroid eksternal muncul di luar sfingter eksternal dan hemoroid internal muncul di atas sfingter internal.

Hemoroid eksternal berkembang dari ektoderm dan ditutupi oleh epitel skuamosa, sedangkan hemoroid internal berasal dari endoderm embrionik dan dilapisi dengan epitel kolumnar mukosa anus. 

Hemoroid eksternal dipersarafi oleh saraf kulit yang memasok daerah perianal. Saraf ini termasuk saraf pudendal dan pleksus sakral. Sedangkan hemoroid internal tidak disuplai oleh saraf sensorik somatik dan karena itu tidak dapat menyebabkan rasa sakit. Pada level linea dentata, hemoroid interna melekat pada otot di bawahnya oleh ligamen suspensorium.

Penyebab 

Hemoroid atau wasir biasanya disebabkan oleh berbagai kondisi yang meningkatkan tekananan atau memicu tekanan tinggi pada perut bagian bawah. Tingginya tekanan ini menyebabkan peregangan dan pembengkakan pembuluh darah disekitar anus, yang pada akhirnya menimbulkan berbagai keluhan.

Berikut beberapa penyebab dan faktor yang menjadi pemicu terjadinya hemoroid:

Penyebab Umum

Hemoroid  paling sering dikaitkan dengan masalah buang air besar seperti  konstipasi kronis atau diare, mengejan saat buang air besar, dan duduk terlalu lama di toilet

Salah satu dari kondisi ini dapat mempengaruhi pembuluh darah yang terletak di bantalan struktur internal saluran anus yang terdiri dari jaringan ikat, otot polos, dan pembuluh darah yang dikenal sebagai sinusoid.

Mengejan dalam bentuk apa pun dapat menyebabkan kenaikan tekanan pada pembuluh darah secara tiba-tiba di bantalan anus. Pada gilirannya dapat menyebabkan pembuluh mengembang lalu keluar dari otot dan ligamen yang menahannya.

Diare atau konstipasi kronis dapat memperburuk keadaan dengan memicu peradangan terus-menerus pada jaringan anus dan anorektal. Duduk terlalu lama di toilet akan memperburuk masalah dengan meregangkan dinding pembuluh darah sehingga mulai menonjol dan melebar. 

Faktor Gaya Hidup

Beberapa faktor gaya hidup tertentu dapat meningkatkan risiko mengalami hemoroid baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti hidrasi yang buruk atau kurang cairan, kurangnya konsumsi makanan berserat, dan kurangnya Aktivitas Fisik.

Penyakit lain

Hemoroid  bisa terjadi secara bersamaan atau akibat adanya penyakit lain seperti:

  • Cedera anal
  • Asites 
  • Prolaps rektum.
  • Obesitas yang menyebabkan ketebalan dan berat perut yang berlebihan memberi tekanan pada otot-otot dasar panggul dan bantalan hemoroid.

Kehamilan

Hemoroid juga merupakan kejadian umum selama masa  kehamilan. Hal ini terjadi karena tekanan yang diberikan oleh berat bayi dapat berkontribusi pada perkembangan hemoroid. Selain itu,  perubahan hormonal juga dapat menyebabkan pembuluh darah membengkak secara berlebihan.

Selama kehamilan, peningkatan ukuran rahim dapat memberikan tekanan pada vena cava inferior  yang menerima darah dari tungkai bawah. Hal ini akan menghambat aliran darah kembali ke jantung dan menyebabkan pembuluh di bawah rahim melebar, termasuk bantalan hemoroid.

Diperkirakan sebanyak 35 persen wanita akan mengalami wasir selama masa kehamilannya dan risiko biasanya meningkat pada setiap kelahiran berikutnya.

Faktor Genetik

Faktor genetik juga dapat berperan dalam perkembangan hemoroid. Salah satu contohnya adalah kelainan bawaan yang disebut sindrom Ehlers-Danlos (EDS) di mana kekurangan kolagen dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada dasar panggul. 

Hemoroid  adalah gejala umum EDS dan kadang-kadang dapat menandakan komplikasi yang lebih serius yang dikenal sebagai prolaps rektum di mana usus keluar sebagian atau seluruhnya dari tubuh.

Kondisi lain yang dapat menjadi penyebab hemoroid adalah tidak adanya katup dalam vena hemoroid, yang dapat menyebabkan tekanan vaskular berlebihan dan timbulnya pembengkakan.

Tanda dan gejala

Pada sebagian orang, tanda dan gejala hemoroid yang sering muncul bisa bersifat ringan seperti  gatal, bengkak, tidak nyaman. Namun pada sebagian yang lain, tanda dan gejala hemoroid bisa cukup parah sehingga memerlukan perawatan yang lebih intensif. 

Hemoroid Eksternal

Pada hemoroid eksteranl, benjolan keras mungkin terasa di daerah anus dan seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman karena iritasi saat buang air besar. Hemoroid eksternal terasa nyeri karena banyaknya ujung saraf yang terletak di kulit sekitar anus.

Jika hemoroid menjadi meradang dan membesar dapat memicu perdarahan saat buang air besar, bahkan bisa terjadi saat berjalan atau duduk.

Gejala hemoroid eksternal antara lain:

  • Pendarahan saat buang air besar
  • Sensasi terbakar di sekitar anus
  • Gatal-gatal (pruritis ani)
  • Bengkak di sekitar anus
  • Area anus terasa lunak saat cebok

Hemoroid Internal

Pada hemoroid internal, mungkin tidak ada  gejala yang muncul dan mungkin kadang hanya ditemukan atau terdiagnosis ketika menyebabkan pendarahan.

Hemoroid internal biasanya tidak menimbulkan nyeri karena kurangnya ujung saraf sensorik di dalam anus. Darah berwarna merah cerah dan dapat terlihat pada tinja, toilet, atau tisu toilet setelah buang air besar.

Namun dalam beberapa kasus, hemoroid internal bisa menjadi prolaps dan akan keluar dari anus. Hal ini mungkin terjadi misalnya saat mengangkat sesuatu yang berat atau saat buang air besar. Hemoroid yang prolaps mungkin terasa sakit tetapi biasanya akan masuk kembali ke dalam anus dengan sendirinya.

Gejala Hemoroid internal dapat meliputi:

  • Pendarahan saat buang air besar
  • Gatal-gatal (pruritis ani)
  • Nyeri (pada kasus prolaps)

Pemeriksaan Diagnostik 

Pemeriksaan Hemoroid kadang menimbulkan rasa malu pada sebagian orang, itulah sebabnya banyak yang mencoba mendiagnosis diri mereka sendiri dan menghindari menemui penyedia layanan kesehatan. 

Namun, pilihan terbaik tetaplah menemui dokter dan penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. Hal ini karena hemoroid  dapat memiliki gejala yang mirip dengan kondisi lain yang lebih serius, dan itu harus disingkirkan sebelum menganggap bahwa gejala yang timbul memang berasal dari hemoroid. 

Pada sebagian besar kasus, wasir dapat dengan mudah didiagnosis oleh dokter dan petugas kesehatan berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik saja.

Pemeriksaan Fisik

Pada sebagiaan besar kasus, hemoroid bisa didiagnosis dengan pemeriksaan fisik yang mencakup inspeksi  bagian luar anus atau pemeriksaan dubur. Namun pada keadaan tertentu, diperlukan pemeriksaan  saluran anus untuk mendiagnosis hemoroid internal.

Pemeriksaan rektal

Pemeriksaan rektal adalah cara yang lebih spesifik untuk mendiagnosis hemoroid, meskipun banyak orang mungkin khawatir melakukan tes ini karena kemungkinan malu. 

Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter atau petugas di sarana pelayanan kesehatan dengan memeriksa anus dan area perianal, yaitu kulit di sekitar anus. Pemeriksaan rektal biasanya tidak menyebabkan rasa sakit yang signifikan.

Anoskopi

Dalam beberapa kasus, di perlukan pemeriksaan menggunaka anoscope untuk melihat ke dalam rektum. Anoscope merupakan tabung pendek dengan lampu di atasnya yang dapat dimasukkan ke dalam rektum. 

Dengan menggunakan alat ini, dokter atau petugas kesehatan dapat melihat lebih lengkap struktur di dalamnya dan melihat apakah ada wasir atau ada hal lainnya yang menyebabkan gejala.

Penatalaksanaan Medik 

Penatalaksanaan pasien hemoroid mencakup:

  • Beri pasien makanan kaya-serat dan tambah asupan cairan sebanyak delapan sampai sepuluh gelas air per hari. Serat bisa ditambalikan ke makanan menggunakan agens pembentuk serat, misalnya psyllium. 
  • Agens anestetik lokal (losion, krim, atau supositori) atau astringen untuk membantu mengontrol nyeri. 
  • Hidrokortison bisa meringankan gatal atau inflamasi. 
  • Kompres dingin yang diikuti mandi sitz hangat bisa mengurangi ketidaknyamanan. 
  • Injeksi skleroterapi dan ligasi ikatan karet merupakan prosedur penanganan hernoroid bagi pasien rawat jalan. 
  • Diatermia bipolar fotokoagulasi inframerah bisa digunakan untuk membublihkan mukosa pada otot yang mendasarinya. 
  • Hemoroidektomi bisa diperlukan untuk pendarahan parah, nyeri yang tidak bisa ditoleransi, pruritus, dan hemoroid besar yang mengalami prolaps. 

Asuhan Keperawatan (Askep) Hemoroid pendekatan Sdki Slki dan Siki

Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan

Pada asuhan keperawatan atau Askep Hemoroid dengan pendekatan sdki slki dan siki, beberapa diagnosa keperawatan yang sering timbul, luaran dan kriteria hasil,  serta intervensi yang bisa dilakukan antara lain:

1. Gangguan Integritas kulit dan jaringan b/d Faktor mekanis dan perubahan sirkulasi (D.0129)

Luaran: Integritas kulit dan jaringan meningkat (L.14125)
  • Elastisitas meningkat
  • Hidrasi dan perfusi jaringan meningkat
  • Kerusakan jaringan menurun
  • Kerusakan lapisan kulit menurun
  • Nyeri menurun
  • Perdarahan dan kemerahan menurun
  • Suhu kulit, sensasi, dan tekstur membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
  • Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
  • Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
  • Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
  • Gunakan produk berbahan petrolium  atau minyak pada kulit kering
  • Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
  • Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
  • Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
  • Anjurkan minum air yang cukup
  • Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
  • Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
  • Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
b. Perawatan Luka (I.14564)
  • Monitor karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau
  • Monitor tanda tanda infeksi
  • lepaskan balutan dan plester secara perlahan
  • Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
  • Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non toksik,sesuai kebutuhan
  • Bersihkan jaringan nekrotik
  • Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu
  • Pasang balutan sesuai jenis luka
  • Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka
  • Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
  • Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien
  • Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
  • Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi
  • Jelaskan tandan dan gejala infeksi
  • Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein
  • Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
  • Kolaborasi prosedur debridement (mis: enzimatik biologis mekanis,autolotik), jika perlu
  • Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

2. Konstipasi b/d ketidakcukpan serat (D.0049)

Luaran: Eliminasi Fekal Membaik (L.04033)
  • Kontrol pengeluaran feses meningkat 
  • Mengejan saat defekasi menurun
  • Distensi abdomen menurun
  • Terasa massa pada rektal menurun
  • Nyeri abdomen menurun
  • Kram abdomen menurun
  • Konsistensi feses membaik
  • Frekuensi defekasi membaik
  • Peristaltik usus membaik
Intervensi Keperawatan: Manajemen Konstipasi
  • Periksa tanda dan gejala konstipasi
  • Periksa pergerakan usus dan karakteristik feses
  • Identifikasi faktor resiko konstipasi
  • Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
  • Anjurkan peningkatan asupan cairan jika tidak ada kontraindikasi
  • Ajarkan cara mengatasi konstipasi / impaksi
  • Anjurkan diet tinggi serat
  • Lakukan masase abdomen jika perlu
  • Lakukan evakuasi feses secara manual jika perlu
  • Berikan enema atau irigasi jika perlu
  • Kolaborasi penggunaan obat pencahar jika perlu

3. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik dan fisiologis (D.0077)

Luaran: Tingkat nyeri menurun (L.08066)
  • Keluhan nyeri menurun
  • Merigis menurun
  • Sikap protektif menurun
  • Gelisah dan kesulitan tidur menurun
  • Anoreksia, mual, muntah menurun
  • Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun
  • Pola napsa dan tekanan darah membaik
  • Intervensi Keperawatan:

a. Manajemen Nyeri (I.08238)

  • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
  • Identifikasi skala nyeri
  • Identifikasi respon nyeri non verbal
  • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
  • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
  • Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
  • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
  • Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
  • Monitor efek samping penggunaan analgetik
  • Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
  • Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
  • Fasilitasi istirahat dan tidur
  • Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
  • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
  • Jelaskan strategi meredakan nyeri
  • Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
  • Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
  • Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
  • Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Pemberian Analgetik (I.08243)
  • Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
  • Identifikasi riwayat alergi obat
  • Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
  • Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
  • Monitor efektifitas analgesik
  • Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
  • Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
  • Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien
  • Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
  • Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
  • Kolaborasi
  • Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

Discharge planning

  • Ajarkan pasien pentingnya diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, olahraga ringan, dan buang air besar secara teratur. 
  • Pastikan pasien menjadwalkan kunjungan tindak lanjut ke dokter. 
  • Ajarkan pasien aplikasi analgesik mana untuk nyeri lokal yang dapat digunakan. 
  • Jika pasien telah menjalani operasi, ajari dia untuk mengenali tanda-tanda retensi urin, seperti distensi kandung kemih dan perdarahan, dan untuk menghubungi dokter saat gejala datang.
  • Dorong pasien untuk berolahraga secara teratur ,diet tinggi serat, dan memiliki asupan cairan yang cukup yaitu 8 sampai 10 gelas per hari untuk menghindari mengejan dan sembelit, yang merupakan predisposisi pembentukan wasir.
  • Identifikasi kebiasaan buang air besar  pasien dan identifikasi faktor predisposisi untuk mendidik pasien mencegah kambuhnya gejala.

Referensi 
  1. Lohsiriwat V. 2012. Hemorrhoids: from basic pathophysiology to clinical management. World journal of gastroenterology, 18(17). https://doi.org/10.3748/wjg.v18.i17.2009
  2. Parswa Ansari. 2021. Hemorrhoids. Hofstra Northwell-lenox Hill Hospital, New York. Merck Manual
  3. Pamela.C.A.et.al.2008. Nursing: Understanding Disease. Lippincott William & Wilkins : Norristown Road.
  4. Jennifer Whitlock. 2021. Causes and Risks Factors Of Hemorrhoids. Verywell Health. https://www.verywellhealth.com/common-causes-of-hemorrhoids-3156970
  5. Kyle R Perry MD. 2019. Hemorrhoids. Med Scape. Emedicine. https://emedicine.medscape.com/article/775407-overview
  6. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  7. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  8. PPNI, 2019.  Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat