Widget HTML #1

Mengenal Tanda dan Gejala Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi  besi adalah jenis anemia yang terjadi ketika tubuh kekurangan jumlah zat besi yang tepat untuk menghasilkan sel darah merah. Dimana sel darah merah ini berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. 

Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia  yang paling umum terjadi di seluruh dunia, diperkirakan prevalensinya memncapai  lebih dari 1,2 miliar orang

Orang yang mengalami anemia defisiensi zat besi  ringan atau sedang mungkin tidak menunjukan  gejala yang berarti. Namu pada kondisi  kekurangan zat besi yang lebih parah akan menimbulkan berbagai gejala seperti  kelelahan kronis, sesak napas, atau nyeri dada.

Photo by James Heilman, MD on wikimedia.org

Anemia defisinensi zat besi  perlu segera ditangani dan diobati karena dapat menimbulkan komplikasi seperti  depresi, masalah jantung, peningkatan risiko infeksi, keterlambatan perkembangan pada anak-anak, dan komplikasi kehamilan.

Tanda Gejala Anemia Defisiensi Besi

Tanda dan gejala Anemia defisiensi zat besi  tergantung  pada berbagai faktor, seperti  tingkat keparahan, perkembangan penyakit, usia, dan status kesehatan umum.

Beberapa orang dengan anemia defisiensi besi mungkin tidak mengalami gejala. Namun sebagian orang  akan mengalami gejala, baik gejala umum atau gejala khusus.

Berikut tanda dan gejala Umum yang sering muncul pada Anemia Defisiensi  besi:

1. Cepat mengalami Kelelahan

Kelelahan adalah salah satu gejala anemia defisiensi zat besi yang paling umum. Gejala kelelahan terjadi ketika tubuh tidak dapat mensuplai oksigen dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel sehingga akan terjadi kekurangan produksi energi.

Kelelahan yang terkait dengan anemia defisiensi zat besi akan muncul dalam beberapa keluhan, seperti  lesu, lemah, dan tidak dapat fokus. 

2. Sesak napas

Pada orang sehat, oksigen masuk ke jantung, otot, dan organ mereka dalam jumlah yang adekuat dan cukup untuk menunjang metabolisme mereka. 

Namun, pada kondisi anemia, paru-paru perlu mengkompensasi jumlah oksigen yang berkurang akibat penurunan kemampuan darah membawa oksigen tersebut. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah pernapasan, terutama sesak napas atau dispnea.

Gejala yang mungkin dialami pada sesak napas meliputi:

  • Perasaan sesak atau berat di dada
  • Ferkwensi pernafasan meningkat
  • Merasa seperti tubuh tidak bisa mendapatkan cukup oksigen secara adekuat

Pada anemia, sesak napas bisa terjadi secara bertahap atau bisa terjadi tiba-tiba.  Bahkan mungkin bisa terjadi  ketika sedang beristirahat atau duduk.

3. Palpitasi jantung

Palpitasi dapat digambarkan sebagai detak jantung yang cepat, berdebar-debar, atau berdebar kencang. Jantung berdebar biasanya dipicu oleh kondisi medis, seperti anemia. 

Penyebab lainnya antara lain  stres, obat-obatan, dan olahraga. Dalam beberapa kasus, palpitasi jantung adalah gejala dari kondisi jantung yang memerlukan perawatan

Pada anemia, jantung berdebar-debar adalah tanda tubuh sedang mencoba untuk mengkompensasi kekurangan oksigen. 

Tubuh mempercepat peredaran darah untuk memanfaatkan sedikit hemoglobin yang tersedia. Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh organ dan jaringan tubuh.

Jantung yang berdetak cepat terus menerus tidak baik untuk tubuh dan jantung itu sendiri. Memiliki kadar oksigen yang rendah membuat jantung bekerja lebih keras  dan menyebabkannya berdetak lebih cepat.

4. Kulit pucat

Kulit pucat pada penderita anemia adalah akibat dari kurangnya sel darah merah dan kurangnya hemoglobin dalam sel darah merah. Ketika jumlah sel darah merah menjadi sangat rendah, maka jumlah  sel yang mencapai permukaan kulit lebih sedikit, sehingga terlihat kulit menjadi pucat.

Dengan jumlah sel darah merah yang sangat terbatas, tubuh menjaga keseimbangannya dengan mengalirkan lebih banyak darah ke organ vital dan mengurangi aliran ke bagian lain  termasuk kulit.

5. Sakit kepala

Anemia defisiensi besi dapat menyebabkan otak mendapatkan lebih sedikit oksigen daripada yang dibutuhkan untuk berfungsi. Akibatnya, pembuluh darah di otak bisa membengkak, menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial dan sakit kepala.  Sakit kepala ini bisa juga  disertai dengan keluhan pusing.

Aneima defisiensi zat besi  juga dapat menyebabkan sakit kepala migrain, sakit kepala berdenyut berulang yang biasanya mempengaruhi satu sisi kepala dan dapat disertai dengan mual dan perubahan penglihatan.

Sebuah penelitian  tahun 2019 meneliti hubungan antara  anemia defisiensi besi dengan  kejadian migrain. Penelitian ini  berfokus pada hubungan antara anemia defisiensi besi, hemoglobin, kadar zat besi darah, dan migrain pada wanita.

Para peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan antara anemia defisiensi zat besi dan kejadian migrain pada wanita.  Selain itu didapatkan bahwa  suplementasi zat besi bisa menjadi pengobatan yang efektif pada orang yang mengalami migrain terkait dengan jenis anemia ini.

6. Tangan dan Kaki Dingin

Anemia ini menyebabkan sirkulasi darah yang buruk ke seluruh tubuh, kurangnya sel darah merah dan berkurangnya oksigen ke jaringan tubuh. 

Kekurangan oksigen akan mempengaruhi produksi  panas dan dingin di seluruh tubuh karena terkait juga dengan laju metabolisme.

7. Tinitus

Tinnitus dapat digambarkan sebagai mendengar dering, dengung, atau suara mendesis dari telinga bagian dalam. 

Ketika seseorang mengalami anemia, peningkatan aliran darah ke jantung menyebabkannya bekerja lebih keras untuk memompa darah ke otak. Untuk melakukan ini, darah akan mengalir melalui telinga tengah, menghasilkan dering dan suara lainnya.

8. Restless Legs Syndrome 

Restless Legs Syndrome (RLS) ditandai dengan rasa kesemutan di kaki dan kaki dan dorongan yang tidak terkendali untuk menggerakkan kaki, terutama di malam hari. 

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa Restless Legs Syndrome mempengaruhi hingga 40% orang dengan anemia defisiensi besi.

9. Kulit dan Rambut Kering serta Rusak

Memiliki kulit dan rambut yang kering dan rusak dapat mengindikasikan anemia defisiensi zat besi.

Karena kekurangan zat besi menurunkan hemoglobin dalam darah, hal itu dapat mengurangi sel-sel yang mendorong pertumbuhan rambut dan regenerasi kulit. 

Penipisan kadar oksigen juga menyebabkan rambut dan kulit menjadi kering, rapuh, dan mudah mengalami kerusakan.

10. Pembengkakan dan Nyeri pada Lidah dan Mulut

Anemia defisiensi zat besi dapat menyebabkan lidah menjadi bengkak, meradang, dan pucat. Anemia  juga dapat menyebabkan kulit di sekitar mulut menjadi kering atau pecah-pecah. 

Gejala lain yang bisa timbul adalah mungkin juga mengalami rasa terbakar di mulut atau sariawan.

11. Kuku Rapuh dan Berbentuk Sendok

Suatu kondisi yang disebut koilonychia, di mana kuku tampak rapuh atau berbentuk sendok, dapat terjadi pada orang dengan anemia defisiensi zat besi. 

Koilonychia mempengaruhi sekitar 5% orang dengan anemia defisiensi besi. Tanda pertama koilonychia adalah kuku rapuh yang mudah terkelupas dan retak. 

Saat anemia menjadi lebih buruk, kuku akan mulai tampak berbentuk sendok, dengan cekungan di bagian tengah kuku dan tepi yang terangkat dan membulat seperti sendok.


Komplikasi Anemia Defisiensi Besi

Sebagian besar pasien anemia defisiensi besi dengan perawatan yang tepat akan memilki prognosis yang baik. 

Tetapi jika tidak diobati, anemia defisiensi besi dapat menyebabkan komplikasi serius. Beberapa Komplikasi yang bisa muncul antara lain:

1. Sering mengalami infeksi

Penelitian telah menemukan bahwa anemia defisiensi besi  dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuhdan  meningkatkan risiko tubuh untuk infeksi.

Jenis infeksi yang berhubungan dengan anemia yang bersifat kronis antara lain  infeksi bakteri yang berhubungan dengan sepsis berat, dan komplikasi infeksi yang mengancam jiwa.

2. Masalah jantung

Anemia  dapat menyebabkan detak jantung yang cepat atau tidak teratur.  Kurangnya sel darah merah yang membawa hemoglobin menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh.

Ketika jantung harus bekerja lebih keras terus menerus, bebrapa resiko bisa terjadi, seperti murmur jantung, pembesaran jantung, dan  gagal jantung.  Anemia yang tidak diobati juga dapat memperburuk masalah jantung yang mendasarinya.

3. Masalah Pertumbuhan pada Anak

Untuk bayi dan anak-anak, kekurangan zat besi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan masalah perkembangan. 

Anemia defisiensi besi  pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi kemampuan penambahan berat badan dan dapat mengakibatkan gangguan perilaku, kognisi, dan keterampilan psikomotorik.

4. Komplikasi Kehamilan

Pada Ibu  hamil,  anemia defisiensi besi  yang parah dapat menyebabkan kelahiran prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Komplikasi kehamilan yang terkait dengan anemia defisiensi zat besi  dapat dicegah dengan mengonsumsi suplemen zat besi sebagai bagian rutin dari perawatan prenatal.

5. Depresi

Selain gejala fisik, anemia defisiensi besi juga  dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan kesehatan mental lainnya. 

Sebuah penelitian besar yang dilaporkan pada tahun 2020 dalam jurnal BMC Psychiatry menemukan orang dengan anemia defisiensi zat besi memiliki insiden lebih tinggi dan peningkatan risiko kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan gangguan psikotik.

Akhir Kata

Anemia defisiensi besi mengurangi kapasitas tubuh untuk mendapatkan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan metabolismenya. 

Gejala umum yang sering muncul antara lain  sesak napas, kelelahan, kulit pucat, sakit kepala, jantung berdebar-debar, dan tangan serta kaki dingin.

Karena anemia defisiensi besi yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi, sebaiknya kunjungilah dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat jika merasa memilki gejala anemia defisiensi zat besi. 

Berkonsultasilah agar  mendapatkan resep jumlah penggantian zat besi dan dosis suplemen sesuai kondisi yang dialami.

Perawatan sendiri tidak dianjurkan, Hati-hati mengkonsumsi suplemen zat besi. Kelebihan zat besi bisa berbahaya karena terlalu banyak zat besi atau keracunan zat besi dapat merusak hati dan menyebabkan masalah lain.

Baca Juga: Anemia Pada Remaja Putri, pencegahan dan penanganan

Referensi: 

  1. Lana Barhum. 2021. Symptoms of Iron Deficiency Anemia. Verywell Health
  2. Camaschella C. 2019. Iron Deficiency. Blood. 2019. Jan. DOI. 10.1182/blood-2018-05-815944
  3. The National Heart, Lung, and Blood Institute. Your guide to anemia. Updated January 2011.
  4. Chatterjee P. 2018. Prevalence of anemia along with its diagnosis and treatment. Hematol Transfus Int J. doi:10.15406/htij.2018.06.00158
  5. Lopez A, Cacoub P, Macdougall IC, et al. Iron deficiency anaemia. Lancet. 2016 Feb 27;387(10021):907-16. doi:10.1016/S0140-6736(15)60865-0.

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram