Widget HTML #1

Askep Hernia Inguinalis Sdki Slki Siki

Hernia inguinalis adalah penonjolan isi perut melalui area pada dinding abdomen tepat di atas ligamen inguinalis. Banyak hernia inguinalis tidak menunjukkan gejala, tetapi beberapa bisa terkurung atau terjepit, kondisi ini disebut inkaserata dan strangulasi, menyebabkan rasa sakit dan membutuhkan pembedahan segera. Pada tulisan ini, Repro Note akan merangkum mengenai Konsep Medik dan Askep Hernia inguinalis menggunakan pendekatan Sdki Slki Siki.

Tujuan:

  • Memahami definisi, epidemiologi, penyebab, patofisiologi, serta tanda dan gejala hernia inguinalis
  • Memahami pemeriksaan dan penatalaksanaan pada pasien dengan hernia inguinalis
  • Merumuskan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada askep hernia inguinalis baik Pre Operasi dan Post Operasi menggunakan pendekatan Sdki
  • Merumuskan luaran dan kriteria hasil pada askep hernia inguinalis menggunakan pendekatan Slki
  • Melaksanakan Intervensi keperawatan pada askep hernia inguinalis menggunakan pendekatan Siki

  • Melakukan edukasi pasien pada askep hernia inguinalis

Askep Hernia Inguinalis Sdki Slki Siki
Image by BruceBlaus on wikimedia.org

Konsep Medik dan Askep Hernia Inguinalis

Pendahuluan

Kebanyakan hernia terjadi ketika bagian dari usus atau peritoneum mendorong melalui celah di dinding perut. Peritoneum adalah selaput yang melapisi rongga perut dan membungkus sebagian besar organ di perut.

Kantung menonjol  yang disebut hernia atau kantung hernia, bisa berisi bagian-bagian organ seperti usus. Tonjolan biasanya terlihat dari luar dan apakah hernia menyebabkan masalah atau tidak akan tergantung pada di mana itu dan seberapa besar itu.

Hernia bisa terjadi jika semua atau sebagian viskus menonjol dari lokasi normalnya ke dalam tubuh. Sebagian hernia merupakan bagian menonjol dari viskus abdomen melalui dinding abdomen. Walaupun banyak jenis hernia bisa terjadi, hernia inguinalis adalah jenis yang paling umum dan sering terjadi.

Hernia inguinalis bisa tidak langsung (indirect) atau langsung (direct). Hernia inguinalis tidak langsung disebabkan oleh pelemahan marjin fasial dari cincin inguinal internal. Tipe hernia ini rnemasuki kanal melalui cincin inguinal internal dan muncul melalui cincin inguinal eksternal.

Hernia memanjang turun melalui kanal inguinal ke dalam skrotum atau labia. Hernia inguinalis tidak langsung bisa terjadi di usia berapapun, tiga kali lebih sering menyerang pria, dan prevalensinya paling tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 1 tahun.

Selain hernia inguinalis, beberapa jenis hernia yang bisa terjadi antara lain:

  • Hernia femoralis: terjadi di bagian atas paha di bawah ligamen inguinalis.
  • Hernia insisional: terjadi pada jaringan parut dari sayatan bedah akibat tindakan operasi yang dibuat sebelumnya. Dinding perut lebih lemah di sana, sehingga hernia lebih mungkin terjadi.
  • Hernia umbilikalis: timbul pada titik lemah di dinding perut dekat umbilikus atau pusar. Jenis ini paling sering terjadi pada bayi dan orang dewasa yang kelebihan berat badan.
  • Hernia epigastrium: di mana jaringan menonjol melalui celah di dinding perut antara tulang dada dan pusar.
  • Hernia diafragma: Jenis ini sedikit berbeda karena tidak dapat terlihat dari luar,  terjadi ketika salah satu celah di diafragma menjadi lebih besar dan peritoneum atau bagian perut bergerak naik ke area dada dari perut.

Epidemiologi

Di Amerika serikat, tindakan operasi perbaikan hernia inguinalis diperkirakan sekitar 800.000 setiap tahun. Hernia inguinalis merupakan 75% dari semua hernia dinding perut. Insiden hernia inguinalis memiliki distribusi bimodal, dengan puncaknya sekitar usia 5 tahun dan setelah usia 70 tahun.

Dua pertiga dari hernia ini bersifat tidak langsung, membuat hernia indirek sebagai hernia yang paling umum pada pria dan wanita,  dengan komposisi pria sekitar 90% dari semua hernia inguinalis dan perempuan sekitar 10%.

Hernia femoralis hanya 3% dari semua hernia inguinalis dan lebih sering terlihat pada wanita dengan prevalensi terhitung sekitar 70% dari semua hernia femoralis.

Hernia inguinalis akan mempengaruhi hampir 25% pria dan kurang dari 2% pada wanita selama hidup mereka. Hernia tidak langsung lebih sering terjadi di sebelah kanan. Hal ini diyakini dikaitkan dengan penutupan prosesus vaginalis yang lebih lambat pada sisi kanan dibandingkan dengan kiri.

Sedangkan secara internasional, data dari negara berkembang sangat  terbatas. Akibatnya, penentuan insiden dan prevalensi yang akurat tidak tersedia. Penilaian epidemiologi saat ini menunjukkan bahwa distribusi gender dan distribusi anatomi serupa dengan yang ada di negara-negara yang lebih maju.

Penyebab

Penyebab hernia indirek sebagian besar dapat dijelaskan dari segi embriologi inguinal dan penurunan testis. Hernia inguinalis tidak langsung biasanya terjadi karena penonjolan viskus abdomen ke dalam prosesus vaginalis yang terbuka.

Kanalis inguinalis terbentuk oleh kondensasi mesenkim di sekitar gubernakulum. Selama trimester pertama, gubernaculum memanjang dari testis ke lipatan labioskrotal dan prosesus vaginalis serta penutup fasianya terbentuk.

Defek oblik bilateral pada dinding abdomen terjadi selama minggu ke-6 atau ke-7 kehamilan seiring dengan berkembangnya dinding otot di sekitar gubernakulum. Prosesus vaginalis menonjol dari rongga peritoneum dan terletak di anterior, lateral, dan medial ke gubernakulum pada minggu ke-8 kehamilan.

Dimulai pada minggu ke-8 kehamilan, testis menghasilkan banyak hormon testosteron. Pada awal bulan ke 7, gubernaculum mulai mengalami pembengkakan yang ditandai dengan pengaruh hormon nonandrogenik seperti mullerian inhibin Factor. Hal ini menyebabkan perluasan kanalis inguinalis dan lipatan labioskrotal, membentuk skrotum. Saraf genitofemoral juga mempengaruhi migrasi testis dan gubernakulum ke dalam skrotum di bawah kendali androgenik.

Kanalis dan prosesus inguinalis wanita kurang berkembang dibandingkan dengan pria. Aspek inferior gubernaculum diubah menjadi ligamentum rotundum. Bagian cephalad dari gubernaculum wanita menjadi ligamen ovarium.

Gonad berkembang pada aspek medial mesonefros selama minggu ke-5 kehamilan. Ginjal kemudian bergerak ke cephalad, meninggalkan gonad untuk berada di panggul sampai bulan ke-7 kehamilan. Selama waktu ini, janin mempertahankan perlekatan ligamen ke gubernaculum proksimal.

Gonad kemudian bermigrasi sepanjang prosesus vaginalis, dengan ovarium turun ke panggul dan testis terbungkus dalam prosesus distal yaitu tunica vaginalis. Prosesus gagal menutup secara memadai saat lahir pada 40-50% anak laki-laki.

Faktor lain berperan dalam perkembangan hernia indirek klinis, terdapat kecenderungan keluarga dengan 11,5% pasien memiliki riwayat keluarga. Risiko relatif hernia inguinalis adalah 5,8 untuk kasus saudara laki-laki, 4,3 untuk saudara laki-laki dari kasus perempuan, 3,7 untuk saudara perempuan dari kasus laki-laki, dan 17,8 untuk saudara perempuan dari kasus perempuan.

Selain penyebab bawaan, setiap kondisi yang meningkatkan tekanan di rongga intra-abdomen dapat berkontribusi pada pembentukan hernia, antara lain:

  • Sering mengangkat benda berat atau pekerjaan berat
  • Mengejan saat  buang air besar atau buang air kecil
  • Asites
  • Peritoneal Dialisis
  • Ventrikuloperitoneal Shunt
  • Riwayat keluarga dengan hernia

Patofisiologi

Presentasi klinis menunjukkan peningkatan tekanan berulang sebagai faktor dalam perkembangan hernia. Peningkatan tekanan intra abdomen terlihat pada berbagai keadaan penyakit dan tampaknya berkontribusi pada pembentukan hernia, termasuk hernia inguinalis.

Peningkatan tekanan intra abdomen berhubungan dengan batuk kronis, asites, peningkatan cairan peritoneum dari atresia bilier, dialisis peritoneal atau shunt ventrikuloperitoneal, massa intraperitoneal atau organomegali, dan obstipasi.

Kondisi lain yang terkait dengan peningkatan insiden hernia inguinalis adalah ekstrofi kandung kemih, perdarahan intraventrikular neonatus, mielomeningokel, dan testis yang tidak turun. Insiden tinggi sekitar 16-25% dari hernia inguinalis terjadi pada bayi prematur, kejadian ini berbanding terbalik dengan berat badan.

Selubung rektus yang berdekatan dengan hernia inguinal  lebih tipis dari biasanya. Laju proliferasi fibroblas kurang dari normal, dan laju kolagenolisis tampak meningkat. Keadaan kolagen yang menyimpang misalnya, sindrom Ehlers-Danlos, hidantoin janin, Freeman-Sheldon, Hunter-Hurler, Kniest, Marfan, dan Morquio  telah meningkatkan laju pembentukan hernia, seperti halnya osteogenesis imperfecta, polidistrofi pseudo-Hurler, dan sindrom Scheie .

Defisiensi elastase yang didapat juga dapat menyebabkan peningkatan pembentukan hernia. Pada tahun 1981, Cannon dan Read menemukan bahwa peningkatan serum elastase dan penurunan kadar alfa1-antitripsin yang terkait dengan merokok berkontribusi pada peningkatan tingkat hernia pada perokok berat. Kontribusi faktor biokimia atau metabolik terhadap terjadinya hernia inguinalis tetap menjadi bahan spekulasi.

Hernia inguinalis umumnya diklasifikasikan menjadi  langsung (direk) atau tidak langsung (indirek). Hernia inguinalis direk biasanya terjadi sebagai akibat dari defek atau kelemahan pada daerah fasia transversalis segitiga Hesselbach. Segitiga dibatasi inferior oleh ligamentum inguinalis, lateral oleh arteri epigastrika inferior, dan medial oleh conjoined tendon.

Hernia inguinalis tidak langsung (indirek) mengikuti saluran melalui kanalis inguinalis. Hal ini merupakan hasil dari prosesus vaginalis yang persisten. Kanalis inguinalis dimulai di rongga intra abdomen di cincin internal, kira-kira di tengah antara simfisis pubis dan spina iliaka anterior superior, dan berjalan di sepanjang ligamentum inguinalis ke cincin eksternal, terletak medial arteri epigastrika inferior, subkutan dan sedikit di atas tuberkulum pubis. Isi hernia kemudian mengikuti saluran testis ke dalam kantung skrotum.

Tanda dan gejala

Tanda dan gejala umum hernia inguinalis 

  • Tonjolan di area di kedua sisi tulang pubis  yang menjadi lebih jelas saat berdiri, terutama jika batuk atau mengejan
  • Sensasi terbakar atau nyeri pada tonjolan
  • Rasa nyeri atau tidak nyaman di selangkangan, terutama saat membungkuk, batuk atau mengangkat sesuatu, terutama benda berat.
  • Sensasi berat atau menyeret di selangkangan
  • Kelemahan atau tekanan di selangkangan
  • Kadang-kadang, rasa sakit dan bengkak di sekitar testis saat usus yang menonjol turun ke skrotum

Tanda dan gejala pada anak

Hernia inguinalis pada bayi baru lahir dan anak-anak disebabkan oleh kelemahan pada dinding perut yang sudah ada sejak lahir. 

Terkadang hernia akan terlihat hanya ketika bayi menangis, batuk atau mengejan saat buang air besar. Keluhan lainnya bisa berupa gelisah, rewel dan nafsu makannya berkurang dari biasanya.

Pada anak dengan usia yang lebih besar, hernia cenderung lebih terlihat saat anak batuk, mengejan saat buang air besar atau berdiri dalam waktu lama.

Tanda kegawatan

Jika tidak dapat mendorong hernia ke dalam, isi hernia mungkin terperangkap (inkaserata) di dinding perut. Hernia yang terperangkap ini dapat menjadi tercekik yang mengganggu atau menghentikan aliran darah ke jaringan yang terperangkap. Kodisi ini dapat mengancam jiwa jika tidak diobati.

Tanda dan gejala yang bisa muncul antara lain:

  • Rasa sakit tiba-tiba yang dengan cepat meningkat
  • Tonjolan hernia yang berubah menjadi merah, ungu atau gelap
  • Ketidakmampuan untuk buang air besar atau buang gas

Pemeriksaan diagnostik

Kebanyakan hernia inguinalis bisa didiagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Ketika hasil pengkajian riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik meragukan, maka pemeriksaan radiologis mungkin diperlukan.

Jenis pemeriksaan radiologis termasuk ultrasonografi (USG), computed tomography (CT), dan magnetic resonance imaging (MRI). Ultrasonografi adalah modalitas yang paling tidak invasif, tetapi sangat tergantung pada keterampilan pemeriksa. Pemeriksaan harus dilakukan dengan manuver Valsava untuk meningkatkan tekanan intra-abdomen. USG dapat mendeteksi hernia inguinalis dengan sensitivitas 86% dan spesifisitas 77%.

Pencitraan CT bermanfaat ketika diagnosis tidak jelas. CT scan dapat lebih baik menggambarkan anatomi inguinal dan membantu untuk mendeteksi etiologi lain dari massa selangkangan atau dalam kasus hernia yang rumit. CT scan dapat mendeteksi hernia inguinalis dengan sensitivitas 80% dan spesifisitas 65%.

MRI memiliki sensitivitas 95% dan spesifisitas 96% dalam mendeteksi hernia inguinalis. Namun, MRI mahal dan jarang digunakan untuk diagnosis hernia inguinalis karena aksesnya yang terbatas. Jika diindikasikan, MRI dapat digunakan untuk membantu membedakan cedera terkait olahraga versus hernia inguinalis.

Penatalaksanaan

  • Reduksi hernia bisa meringankan nyeri untuk sementara, tetapi sebaiknya tidak diupayakan jika pasien mengalami hernia inkarserasi karena reduksi bisa menyebabkan perforasi usus.
  • Truss (tiang penopang) bisa mencegah konten abdominal menonjol ke dalam sakus hernia, walaupun tidak bisa menyembuhkan hernia. Alat ini sangat bermanfaat bagi lansia atau pasien lemah yang sangat berisiko jika menjalani pembedahan.
  • Herniorafi merupakan salah satu pilinal dan menutup lubang. Prosedur ini umumnya dilakukan secara laparoskopik dengan anestesia lokal untuk pasien yang tidak dirawat di rumah sakit.
  • Hernioplasti bisa memperkuat area yang mengalami pelemahan dengan taut baja, fasia, atau kawat. Komplikasinya antara lain retensi urin, infeksi luka, pembentukan hidrokel, dan edema skrotal.
  • Reseksi usus jika pasien mengalami hernia strangulasi atau nekrotik. Reseksi ekstensif (jarang dilakukan) bisa membutuhkan kolostomi sementara. Dalam kedua kasus, reseksi bisa memperpanjang penyembuhan prostoperatif dan membutuhkan antibiotik, cairan parertteral, dan penggantian elektrolit.

Asuhan Keperawatan (Askep hernia Inguinalis)

Intervensi Keperawatan Secara Umum

  • Gunakan tiang penopang hanya setelah reduksi hernia. Untuk hasil terbaik, gunakan di pagi hari, saat pasien masih di ranjang.
  • Lihat adakah tanda inkarserasi dan strangulasi.
  • Sebelum pembedahan, pantau tanda vital pasien. Beri cairan I.V. dan analgesik untuk meredakan nyeri seperlunya, jika diresepkan. Kontrol demam dengan asetaminofen (Tylenol) atau mandi busa hangat-hangat kuku seperlunya.
  • Setelah pembedahan, evaluasi kemampuan pasien untuk buang air. Periksa insisi setidaknya tiga kali per hari untuk melihat adakah drainase, inflamasi, dan pembengkakan. Periksa apakah bunyi usus normal atau terjadi demam.
  • Periksa pasien secara saksama untuk melihat adakah pembengkakan skrotal postoperatif. Untuk meringankan pembengkakan semacam ini, topang skrotum dengan handuk yang digulung dan gunakan kantung es.
  • Dorong kecukupan asupan cairan untuk mempertahankan hidrasi dan mencegah konstipasi. Ajari pasien cara melakukan latihan bernapas-dalam, dan tunjukkan padanya cara membelat insisi sebelum batuk.
  • Ingatkan pasien untuk tidak mengangkat atau mengejan. Selain itu, minta ia melihat adakah tanda infeksi di tempat insisi dan menjaga agar insisi selalu bersih dan tertutup sampai sutura diambil.

Evaluasi Askep Hernia Inguinalis

  • Pasien bisa melakukan ADL dalam batas-batas proses penyakit.
  • Pasien mengungkapkan perasaan nyaman
  • Fungsi usus pasien akan kembali normal
  • Pasien akan tetap bebas dari tanda dan gejala infeksi
  • Pasien akan terhindar dari komplikasi.

Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki (Pre – Op)

1. Nyeri Akut (D.0077)

Luaran: Tingkat nyeri menurun (L.08066)

  • Keluhan nyeri menurun
  • Merigis menurun
  • Sikap protektif menurun
  • Gelisah dan kesulitan tidur menurun
  • Anoreksia, mual, muntah menurun
  • Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun
  • Pola napsa dan tekanan darah membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Manajemen Nyeri (I.08238)

  • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
  • Identifikasi skala nyeri
  • Identifikasi respon nyeri non verbal
  • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
  • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
  • Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
  • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
  • Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
  • Monitor efek samping penggunaan analgetik
  • Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
  • Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
  • Fasilitasi istirahat dan tidur
  • Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
  • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
  • Jelaskan strategi meredakan nyeri
  • Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
  • Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
  • Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
  • Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Pemberian Analgetik (I.08243)

  • Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
  • Identifikasi riwayat alergi obat
  • Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
  • Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
  • Monitor efektifitas analgesik
  • Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
  • Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
  • Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien
  • Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
  • Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
  • Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

2. Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal (D.033)

Luaran: Motilitas gastrointestinal membaik (L.03023)

  • Nyeri dan kram abdomen menurun
  • Mual muntah dan regurgitasi menurun
  • Distensi abdomen menurun
  • Suara peristaltik membaik
  • Pengosongan lambung membaik

Intervensi Keperawatan: Edukasi Diet

  • Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi
  • Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
  • Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu
  • Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu
  • Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet yang diprogramkan
  • Identifikasi keterbatasan finansial untuk menyediakan makanan
  • Persiapkan materi, media, dan alat peraga
  • Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan
  • Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya
  • Sediakan rencana makan tertulis, jika perlu
  • Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
  • Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang
  • Informasikan kemungkinan interaksi obat dan makanan, jika perlu
  • Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat ) 20-30 menit setelah makan
  • Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai diet yang diprogramkan
  • Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi
  • Ajarkan cara membaca label dan memilih makanan yang sesuai
  • Ajarkan cara merencanakan makanan yang sesuai program
  • Rekomendasiakn resep makanan yang sesuai dengan diet, jika perlu
  • Rujuk pada ahli gizi dan setakan keluarga, jika perlu

3. Ansietas (D.0080)

Luaran: Tingkat Ansietas menurun (L.09093)

  • Verbalisasi kebingungan dan khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
  • Perilaku gelisah dan tegang menurun
  • Palpitasi, tremor, dan pucat menurun
  • Konsentrasi dan pola tidur membaik
  • Orientasi membaik

Intervensi Keperawatan: Reduksi ansietas (I.09314)

  • Identifikasi saat tingkat ansietas berubah seperti Kondisi, waktu, dan stressor.
  • Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
  • Monitor tanda anxietas baik verbal dan non verbal
  • Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
  • Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
  • Pahami situasi yang membuat ansietas
  • Dengarkan dengan penuh perhatian
  • Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
  • Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
  • Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
  • Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
  • Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
  • Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
  • Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
  • Latih teknik relaksasi

Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki (Post – Op)

1. Risiko Infeksi (D. 0142)

Luaran: Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)

  • Kebersihan tangan dan badan meningkat
  • Demam, kemerahan, nyeri, dan bengkak menurun
  • Periode malaise menurun
  • Periode menggigil, letargi, dan ganggauan kognitif menurun
  • Kadar sel darah putih membaik

Intervensi Keperawatan: Pencegahan Infeksi (I.14539)

  • Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
  • Batasi jumlah pengunjung
  • Berikan perawatan kulit pada daerah edema
  • Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
  • Pertahankan teknik aseptik pada psien beresiko tinggi
  • Jelaskan tanda dan gejala infeksi
  • Ajarkan cara memeriksa luka
  • Kolaborasi pemberian antibiotiki jika perlu

2. Resiko ketidakseimbangan Cairan (D.0036).

Luaran: Keseimbangan Cairan Meningkat (L.03021)

Intervensi Keperawatan: 

a. Manajemen Cairan (I.03098)

  • Monitor status hidrasi seperti frekwensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah.
  • Monitor berat badan harian
  • Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Seperi Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN.
  • Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
  • Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
  • Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
  • Berikan cairan intravena bila perlu

b. Pemantauan Cairan (I.03121)

  • Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
  • Monitor frekuensi nafas
  • Monitor tekanan darah
  • Monitor berat badan
  • Monitor waktu pengisian kapiler
  • Monitor elastisitas atau turgor kulit
  • Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
  • Monitor kadar albumin dan protein total
  • Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit, natrium, kalium, BUN)
  • Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
  • Identifikasi tanda-tanda hypervolemia seperti Dyspnea, edema perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat.
  • Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
  • Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
  • Dokumentasi hasil pemantauan
  • Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
  • Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

3. Risiko Defisit Nutrisi (D.0032)

Luaran: Status Nutrisi membaik (L.03030)

  • Porsi makan yang dihabiskan meningkat
  • Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
  • Pengetahuan tentang pilihan makanan dan minuman yang sehat meningkat
  • Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
  • Perasaan cepat kenyang menurun
  • Nyeri abdomen menurun
  • Berat badan dan Indeks massa tubuh (IMT) membaik
  • Frekuensi dan nafsu makan membaik
  • Tebal lipatan kulit trisep dan membran mukosa membaik

Intervensi Keperawatan: Manajemen nutrisi (I.03119)

  • Identifikasi status nutrisi
  • Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
  • Identifikasi makanan yang disukai
  • Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
  • Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
  • Monitor asupan makanan
  • Monitor berat badan
  • Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
  • Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
  • Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
  • Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
  • Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
  • Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
  • Berikan suplemen makanan, jika perlu
  • Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
  • Anjurkan posisi duduk, jika mampu
  • Ajarkan diet yang diprogramkan
  • Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
  • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

Referensi:

  1. Parswa Ansari. 2020. Inguinal Hernia. Hofstra Nortwell-lenox Hill Hospital. New York. MSD Manual
  2. Daral Chapman SRN. 2019. Nursing Care Of Inguinal Hernias. Nurses Post. https://www.nursespost.com/inguinal-hernias/
  3. InformedHealth.org. 2020. Hernias: Overview. Cologne, Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK395554/
  4. Assar A Rather. 2021. Abdominal Hernias. Emedicine. Med Scape. https://emedicine.medscape.com/article/189563-overview
  5. Hammoud M, Gerken J. 2021. Inguinal Hernia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513332/
  6. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  7. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  8. PPNI, 2019.  Standart  Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta 

Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat