Widget HTML #1

Hubungan Antara Obesitas Dan Hormon

Hubungan Antara Obesitas Dan Hormon

Sejak beberapa tahun terakhir ini, kegemukan atau obesitas menjadi topik yang sering di perbincangkan, termasuk di media massa. Hal ini di karenakan semakin meningkatnya jumlah orang yang mengalami kegemukan di seluruh belahan dunia. Kasus kegemukan mulai menggantikan masalah kurang gizi dan penyakit infeksi sebagai masalah kesehatan.

Laporan WHO menunjukan kejadian obesitas meningkat dua kali lipat sejak tahun 1980. Pada tahun 2013 tercatat 42 juta anak dibawah 5 tahun mengalami kelebihan berat badan dan kegemukan. Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 milyar orang berusia 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan (overweight), dan 13% diantaranya kegemukan (obese).

Di indonesia, Laporan Romling dan Qaim tahun 2011 menyatakan bahwa 50%  perempuan dewasa indonesia mengalami kelebihan berat  badan dan 20% diantaranya tergolong obesitas. Lebih mengejutkan pernyataan yang disampaikan oleh Prof. Jackie Goodway dari The Ohio State University pada tahun 2014. Beliau menyatakan bahwa indonesia tercatat di urutan kesepuluh sebagai negara dengan penduduk obesitas terbanyak.

Overweight (Kelebihan berat badan) dan obesitas merupakan penimbunan lemak berlebihan dan tidak normal, yang pada akhirnya mengganggu kesehatan. Gangguan kesehatan pada obesitas ditentukan oleh tiga faktor yaitu jumlah timbunan lemak, ddistribusi lemak, dan adanya faktor resiko lainnya. Salah satu faktor resiko yang penting bahkan sebagai penyebab adalah perubahan kadar hormon. Padahal perubahan kadar hormon merupakan penyebab penting proses penuaan. 

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Status berat badan seseorang biasanya  di tentukan mengunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT).  Walaupun korelasinya tidak langsung  dengan jumlah lemak tubuh, tetapi perhitungan IMT digunakan untuk menentukan obesitas atau tidak. 

Center for disease Control and Prevention pada tahun 2010 menyatakan untuk orang dewasa berumur 20 tahun keatas kategori IMT di kelompokan sebagai berikut:



Pada umumnya  untuk IMT yang sama, persentase lemak tubuh orang asia lebih tinggi sekitar 3-5% dibandingkan dengan orang kaukasia. Untuk persentase lemak tubuh yang sama, IMT orang asia 3-4 unit lebih rendah dibandingkan orang kaukasia. 

Persentase lemak tubuh pada IMT yang rendah dapat dijelaskan melalui perbedaan dalam bentuk tubuh, yaitu perbedaan rasio panjang tubuh terhadap kaki, dan perbedaan kelangsingan tubuh.  Perbedaan massa otot juga berpengaruh dalam perbedaan hubungan persentase lemak tubuh/IMT. Hubungan ini juga dipengaruhi oleh faktor etnik.

Selain IMT, ukuran lingkar perut juga dapat digunakan sebagai  pegangan dalam menentukan adanya obesitas. Untuk orang asia, lingkar perut yang lebih dari 80 cm pada perempuan dan 90 cm pada laki-laki menunjukan adanya obesitas, khususnya obesitas perut atau viseral (abdominal obesity).

Hubungan Obesitas dan Hormon 

Banyak penyebab obesitas, yang merupakan interaksi antara faktor lingkungan, gangguan fungsi penyakit, dan faktor genetik. 

Faktor lingkungan yang menybabkan obesitas adalah pola makan atau pola hidup yang tidak sehat dan keracunan oleh makanan atau minuman yang tercemar bahan tertentu. Beberapa gangguan fungsi atau penyakit dapat mengakibatkan obesitas, salah satunya ialah penurunan atau peningkatan kadar hormon tertentu di dalam tubuh.

Seperti telah dijelaskan, fungsi organ tubuh manusia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon, bahkan sejak awal kehidupan. Oleh karena itu, jika terjadi gangguan hormon seperti jika kadarnya tidak normal, maka akan terjadi gangguan fungsi tubuh.

Banyak data dasar dan data klinis menunjukan bahwa hipogonadisme menyebabkan obesitas di bagian perut (abdominal obesity). Seperti pada hipogonadisme, dimana kadar testosteron berkurang. Karena itu banyak anak-anak yang mengalami obesitas juga mengalami hambatan perkembangan penis atau testisnya juga. 

Gangguan perkembangan ini yang disebut mikropenis atau mikrotestis. Data klinik Grasia di Denpasar pada tahun 2011-2015 menunjukan hampir semua kasus mikropenis juga mengalami obesitas.

Hormon Leptin juga berkaitan dengan obesitas. Berkurangnya kadar leptin selama melakukan pengetatan energi berkaitan dengan meningkatnya sensasi lapar. Karena itu berkurangnya kadar leptin pada kondisi ini cenderung mangakibatkan peningkatan berat badan.

Obesitas yang berkaitan dengan masalah hormon sebenarnya banyak terjadi di masyarakat, tetapi tidak terungkap. Hanya sebagian kecil yang datang berkonsultasi kepada dokter. 

Sebagian besar anak anak yang mengalami obesitas, dibawa berkonsultasi justru bukan karena obesitasnya, melainkan karena gangguan perkembangan penisnya.

Beberapa bahan makanan dan minuman yang digunakan secara luas oleh masyarakat ternyata mengandung hormon estrogen dan progesteron. 

Kenyataan ini terungkap setelah beberapa penelitian yang  terkait anti aging medicine dilakukan di Universitas Udayana. Tetapi sayang, masyarakat luas banyak yang tidak mengetahui kenyataan buruk ini, sehingga tetap mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan ini.

Penanganan Obesitas

Penanganan obesitas seharusnya didasarkan pada penyebab utamanya.  Kalau penyebab utamanya jelas karena atau berkaitan dengan hormon, tentu diperlukan penanganan hormon.  Tetapi tentu saja pengaturan asupan dan pengunaan energi harus dilakukan sebagai dasar penanganan.

Pada dasarnya, pendekatan penananganan obesitas sebagai berikut:

1. Diet

Diet pada penderita obesitas merupakan langkah penting untuk menurunkan berat badan. Hal ini dapat difahami bahwa oreng dengan obesitas akan lebih mudah mengurangi porsi makan daripada meningkatkan aktivitas fisik. 

Pada dasarnya jenis-jenis di metode diet untuk obesitas meliputi penurunan kalori dan keseimbangan komposisi mikronutrien. Jenis-jenis diet yang dianjurkan pada orang obesitas antara lain: 

  • Diet Defisit Seimbang (Balanced deficit Diets) 
  • Diet Rendah Lemak (Low fat Diets)
  • Diet Rendah Kalori (Low Calorie Diets)
  • Diet Pengganti Makan Utama (Meal Replacement Diet)
  • Diet Sangat Rendah Kalori (Very Low Calorie Diets) 
  • Diet Rendah Karbohidrat (Carbohydrate Restricted Diets) 
  • Diet Rendah Indeks Glikemik (Low Glycemic Index  Diets).

2. Olahraga Teratur

Olahraga sangat berpengaruh terhadap terpeliharanya kapasitas organ-organ dan memperlancara metabolisme. Dengan lancarnya metabolisme, makan penimbunan lemak dapat dikurangi atau tidak terjadi pertambahan penimbunan lemak. 

Program latihan untuk orang dengan obesitas sebaiknya dimulai dari olahraga dengan intensitas rendah seperti berjalan kaki dengan jarak tertentu. 

Jika tubuhnya sudah beradaptasi , maka latihan bisa ditingkatkan ke jenis olahraga yang lebih berat, seperti berenang, tradmill, bersepeda, dan lain-lain. Tentunya peningkatan intensitas olahraga ini hharus dilakukan secara bertahap.

3. Penggunaan Obat

Dalam hal ini untuk jenis obat yang diberikan adalah obat penekan nafsu makan, obat yang menghambat penyerapan lemak, dan pengobatan hormon.  


Sumber  : Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila., Sp.And dalam Buku  Tetap Muda, Sehat dan Berkualitas.

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram