Bookmark

Askep Vertigo Dengan Pendekatan Sdki Slki dan Siki

Vertigo adalah gejala disfungsi vestibular dan digambarkan sebagai sensasi gerakan, paling sering gerakan rotasi atau terasa seperti berputar. Penting untuk membedakan gejala vertigo dengan bentuk keluhan pusing lainnya seperti prasinkop. Pada tulisan ini Repro Note akan merangkum tentang konsep Medik dan Askep vertigo menggunakan pendekatan Sdki Slki dan Siki.

Tujuan 

  • Memahami konsep dasar vertigo meliputi definisi, epidemiologi, penyebab, patofisiologi, tanda dan gejala
  • Memahami pemeriksaan, penatalaksanaan dan komplikasi vertigo
  • Merumuskan diagnosa keperawatan pada askep vertigo menggunakan pendekatan konsep Sdki
  • Merumuskan Luaran dan kriteria hasil pada askep vertigo menggunakan pendekatan Slki
  • Melaksanakan intervensi keperawatan pada askep vertigo menggunakan pendekatan Siki
Askep Vertigo Dengan Pendekatan Sdki Slki dan Siki
Image by kalhh from Pixabay

Konsep Medik dan Askep Vertigo

Pendahuluan

Vertigo adalah salah satu gejala paling umum yang menyebabkan seseorang mengunjungi dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan. Biasanya vertigo bisa menybabkan seseorang terjatuh, dan risikonya diperparah pada orang tua dengan defisit neurologis lain dan masalah medis kronis.

Vertigo digambarkan sebagai rasa dunia yang berputar putar atau bergoyang. Beberapa pasien menggunakan istilah pusing dan vertigo secara bergantian untuk menggambarkan berbagai gejala mulai dari gangguan keseimbangan dan kesulitan berjalan hingga mabuk perjalanan. Namun, sebagian besar praktisi kesehatan menspesifikan vertigo sebagai keluhan khusus yang melibatkan pusat keseimbangan telinga bagian dalam dan otak.

Insiden keseluruhan dari keluhan  pusing, vertigo, dan ketidakseimbangan adalah 5-10%, dan mencapai 40% pada pasien  dengan usia diatas  40 tahun. Insiden jatuh akibat vertigo adalah 25% pada pasien dengan usia diatas 65 tahun.

Sebuah laporan menggunakan data dari Swedish National on Aging and care  (SNAC) menemukan bahwa pada pasien dibawah 80 tahun prevalensi jatuh terkait vertigo adalah 16,5%, sedangkan pada pasien yang lebih tua dari 80 tahun prevalensi jatuh mencapai 31,7%.

Epidemiologi

Vertigo bisa terjadi pada pria dan wanita, tetapi sekitar 2-3 kali lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini dikaitkan dengan berbagai kondisi komorbiditas seperti  depresi dan penyakit kardiovaskular. Prevalensi meningkat seiring dengan pertambahan usia dan bervariasi tergantung pada diagnosis yang mendasari.

Berdasarkan survei pada populasi umum, prevalensi vertigo selama 1 tahun adalah sekitar 5% dan kejadian tahunan sebesar 1,4%. Untuk vertigo posisional paroksismal (BPPV), prevalensi satu tahun adalah sekitar 1,6%, dan kurang dari 1% untuk migrain vestibular.

Dampak vertigo tidak boleh diremehkan karena hampir 80% responden survei melaporkan adanya gangguan dalam aktivitas sehari-hari, termasuk pekerjaan dan kebutuhan akan perhatian medis tambahan.

Penyebab

Vertigo paling sering disebabkan oleh disfungsi pada sistem vestibular dari lesi perifer atau lesi sentral. Lesi perifer merupakan penyebab vertigo yang lebih umum, benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) dan penyakit Ménière.

Benign paroxysmal positional vertigo atau BPPV terjadi akibat deposit kalsium atau debris di kanalis semisirkularis posterior dan sering menyebabkan episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau kurang.

Tidak seperti BPPV, pasien dengan penyakit Ménière sering mengalami tinnitus, gangguan pendengaran, dan rasa penuh pada telinga selain vertigo. Gejala penyakit Ménière diakibatkan oleh peningkatan volume endolimfe di kanalis semisirkularis.

Dua penyebab lain yang berbeda dari vertigo perifer yaitu labirinitis akut dan neuritis vestibular. Keduanya timbul dari peradangan, sering kali disebabkan oleh infeksi virus. Penyebab lain dari vertigo yang disebabkan oleh virus yaitu Herpes zoster oticus, juga dikenal sebagai sindrom Ramsay Hunt.

Pada sindrom Ramsay Hunt, vertigo dari reaktivasi virus Varicella-zoster laten (VZV) di ganglion geniculate menyebabkan peradangan saraf vestibulocochlear. Saraf wajah sering terlibat juga, mengakibatkan kelumpuhan wajah.

Penyebab perifer yang kurang umum antara lain kolesteatoma, otosklerosis, dan fistula perilimfatik. Kolesteatoma adalah lesi seperti kista yang berisi puing-puing keratin. Kolesteatoma paling sering melibatkan telinga tengah dan mastoid.

Sedangkan Otosklerosis ditandai dengan pertumbuhan abnormal tulang di telinga tengah, yang menyebabkan gangguan pendengaran konduktif dan dapat mempengaruhi koklea, juga menyebabkan tinitus dan vertigo.

Fistula perilimfatik adalah penyebab lain yang kurang umum dari vertigo perifer dan hasil dari trauma.

Penyebab sentral dari vertigo harus selalu dipertimbangkan dalam diferensial. Stroke iskemik atau hemoragik, terutama yang melibatkan sistem serebelum atau vertebrobasilar dapat mengancam jiwa dan harus disingkirkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes diagnostik lainnya jika diperlukan.

Penyebab sentral lain yang lebih serius yaitu tumor, terutama yang timbul dari sudut cerebellopontine. Contoh tumor tersebut antara lain glioma batang otak, medulloblastoma, dan schwannoma vestibular, yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural serta gejala pusing.

Migrain vestibular adalah penyebab umum dari vertigo, yang ditandai dengan sakit kepala unilateral dan berhubungan dengan gejala lain seperti  mual muntah, fotofobia, dan fonofobia.

Multiple sclerosis telah dikaitkan dengan penyebab vertigo sentral dan perifer. Secara sentral, multiple sclerosis dapat menyebabkan vertigo dengan perkembangan plak demielinasi di jalur vestibular. BPPV adalah penyebab umum vertigo perifer pada pasien dengan multiple sclerosis.

Penyebab lain yang dapat menyebabkan vertigo antara lain obat obatan  dan gangguan psikologis, seperti mood, kecemasan, dan somatisasi. Obat-obatan yang telah dikaitkan dengan vertigo yaitu antikonvulsan seperti fenitoin dan salisilat.

Patofisiologi

Asimetri dalam sistem vestibular menyebabkan gejala vertigo. Asimetri dapat terjadi akibat kerusakan atau disfungsi pada sistem perifer, seperti labirin vestibular atau saraf vestibular atau gangguan sentral di batang otak atau serebelum.

Meskipun mungkin ada gangguan vestibular permanen, gejala vertigo tidak pernah permanen karena sistem saraf pusat beradaptasi selama berhari-hari hingga berminggu-minggu.

Tumor dapat menyebabkan vertigo. Schwannoma adalah lesi yang paling umum di sudut cerebellopontine. Meningioma adalah tumor ekstra-aksial yang paling umum pada orang dewasa, dan merupakan lesi paling umum kedua di sudut cerebellopontine.

Glomus jugulare dan glomus jugulotympanicum adalah tumor dari sistem kemoreseptor dan merupakan tumor primer utama dari foramen jugularis. Metastasis harus menjadi pertimbangan pada pasien dengan neoplasia primer yang diketahui atau lesi otak multipel.

Penyebab infeksi harus dipertimbangkan. Labirinitis virus adalah contoh yang paling umum. Otomastoiditis adalah infeksi pada rongga timpani dan mastoid. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri dengan yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.

Cerebelitis akut adalah ensefalitis yang terbatas pada otak kecil. Ini paling sering terjadi pada anak-anak. Virus varicella-zoster adalah penyebab utama. Kolesteatoma dapat didapat atau kongenital, terjadi pada pars flaccida atau pars tensa. Ini adalah proliferasi epitel skuamosa berlapis keratin.

Tanda Dan Gejala

Gejala vertigo bisa bervariasi antara satu orang dengan orang lain dan bisa bersifat ringan atau parah tergantung pada apa yang menyebabkannya. Beberapa tanda dan gejala umum dari vertigo antara lain:

  • Pusing
  • Merasa seperti sedang bergerak atau berputar
  • Masalah dalam memfokuskan pengelihatan
  • Gangguan pendengaran di satu telinga
  • Masalah keseimbangan
  • Berdenging di telinga
  • Berkeringat dingin
  • Mual atau muntah
Pada Vertigo sentral dapat timbul tanda dan gejala seperti:
  • Penglihatan ganda
  • Kesulitan menelan
  • Kelumpuhan wajah
  • Kesulitan gerakan mata
  • Bicara cadel
  • Anggota badan yang lemah

Anamnese Dan Pemeriksaan Fisik

Tujuan awal dalam diagnosis adalah menentukan apakah pasien benar-benar mengalami vertigo atau tidak, karena kebanyakan pasien akan melaporkan pusing sebagai keluhan utama. Untuk mengkonfirmasi keluhan vertigo hal yang penting untuk ditanyakan adalah "Apakah Anda merasa seperti ruangan berputar di sekitar Anda?".

Setelah vertigo diidentifikasi, riwayat menyeluruh membantu untuk membedakan antara etiologi sentral dan perifer. Mengkaji riwayat munculnya gejala adalah salah satu cara terbaik untuk menentukan etiologi yang mendasarinya. Misalnya, vertigo berulang yang berlangsung beberapa menit atau kurang sering dikaitkan dengan BPPV.

Sedangkan satu episode yang berlangsung beberapa menit hingga berjam-jam dapat disebabkan oleh migrain vestibular atau bahkan diagnosis mendasar yang lebih serius seperti serangan iskemik transien. Episode yang lebih lama dapat dilihat pada penyebab perifer dan sentral seperti neuritis vestibular atau stroke.

Mual dan muntah khas dengan episode akut vertigo tidak spesifik untuk etiologi tertentu. Karena penting untuk menyingkirkan penyebab sentral yang mungkin progresif atau mengancam jiwa seperti stroke vertebrobasilar atau multiple sclerosis.

Tanyakan munculnya defisit neurologis fokal seperti diplopia, disartria, disfagia, dan mati rasa atau kelemahan.  Tidak adanya defisit neurologis fokal tidak sepenuhnya mengesampingkan proses sentral yang serius, tetapi jika muncul sangat mengkhawatirkan dan harus diperiksa lebih lanjut.

Tanyakan juga tentang gejala sakit kepala, fotofobia, dan aura visual karena ini sering menyertai migrain vestibular. Terdapat banyak gejala lain yang terkait dengan vertigo yang berasal dari lesi perifer seperti gangguan pendengaran dan tinnitus yang berkaitan dengan penyakit Ménière. Pasien mungkin melaporkan infeksi virus baru-baru ini yang dapat menyebabkan labirinitis akut dan neuritis vestibular.

kaji daftar pengobatan pasien dan meninjau riwayat penggunaan zat atau alkohol serta Obat-obatan yang dapat mempengaruhi fungsi vestibular seperti antikonvulsan, salisilat, dan antibiotik.

Menilai nistagmus adalah bagian penting dari pemeriksaan fisik ketika pasien datang dengan gejala pusing. Lesi sentral dapat muncul dengan nistagmus ke segala arah, sedangkan lesi perifer sering muncul dengan nistagmus horizontal dengan komponen torsional.

Pengujian gaya berjalan dan keseimbangan dapat membantu lebih lanjut dalam lokalisasi. Pasien dengan gangguan perifer unilateral sering bersandar atau jatuh ke arah sisi lesi. Sedangkan pasien dengan lesi sereberal sering tidak dapat berjalan tanpa bantuan, dan arah jatuh dengan pengujian Romberg bervariasi.

Pemeriksaan otoskopi harus dilakukan untuk menyingkirkan infeksi seperti otitis media akut, dan tes pendengaran dapat berguna dalam membedakan penyebab vertigo lainnya. Tes Weber dan Rinne dilakukan untuk mendeteksi gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural. Namun, audiometri lebih sensitif daripada bedside testing dalam mendeteksi gangguan pendengaran.

Kehilangan pendengaran unilateral sangat mengarah pada etiologi perifer, tetapi pencitraan diagnostik lebih lanjut dengan MRI diperlukan jika penyebabnya tidak dapat diidentifikasi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium seringkali tidak signifikan dalam mengidentifikasi etiologi vertigo. Tes diagnostik dengan pencitraan otak diindikasikan jika lesi sentral dicurigai.

Dokter mungkin mengalami kesulitan untuk membedakan antara lesi sentral seperti infark dan lesi perifer seperti neuritis vestibular di mana gejala vertigo dapat berlangsung selama berhari-hari. Dalam hal ini, neuroimaging dianjurkan pada pasien dengan faktor risiko stroke, defisit neurologis fokal, sakit kepala, dan ketika pemeriksaan fisik tidak sepenuhnya konsisten dengan lesi perifer.

Modalitas pilihan penunjang adalah MRI dan MRA, karena CT scan kurang sensitif dibandingkan MRI untuk diagnosis dan evaluasi lesi sentral. Namun, jika MRI tidak tersedia atau dikontraindikasikan, CT scan dapat digunakan.

Penatalaksanaan

Pengobatan vertigo tergantung pada etiologinya, dan seringkali pengobatan etiologi yang mendasarinya akan memperbaiki gejala vertigo.

Obat-obatan mungkin berguna untuk menekan gejala vestibular pada episode akut yang dapat berlangsung beberapa jam hingga berhari-hari. Obat yang paling umum digunakan untuk menghilangkan gejala antara lain antihistamin, benzodiazepin, dan antiemetik.

Antihistamin yang paling umum digunakan adalah meclizine, yang aman selama kehamilan. Mengingat efek sedasi, hati-hati dalam menggunakan antihistamin, benzodiazepin, dan antiemetik pada pasien usia lanjut.

Perawatan non farmakologis tambahan untuk pasien dengan disfungsi vestibular unilateral atau bilateral permanen adalah terapi fisik dengan rehabilitasi vestibular. Latihan rehabilitasi vestibular melatih otak melalui petunjuk visual dan proprioseptif alternatif untuk menjaga keseimbangan.

Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaat dalam rehabilitasi vestibularseperti penurunan gejala pusing, penurunan gerakan yang memprovokasi pusing dan peningkatan aktivitas hidup sehari-hari.

Pada beberapa pasien, terutama yang didiagnosis dengan neuritis vestibular, kombinasi terapi farmakologis dan nonfarmakologis sangat direkomendasikan. Pada neuritis vestibular, kortikosteroid direkomendasikan dalam kondisi akut selain rehabilitasi vestibular. Pada pasien dengan penyakit Ménière, penyesuaian gaya hidup selain pengobatan dan rehabilitasi vestibular telah terbukti efektif.

Pasien dengan penyakit Ménière mungkin sangat sensitif terhadap diet tinggi garam, kafein, dan alkohol. Menghindari pemicu yang diketahui dapat membantu meringankan gejala. Diuretik juga dapat diresepkan ketika modifikasi diet saja tidak cukup dalam mengendalikan gejala. Episode akut dapat diobati secara simtomatik dengan penekan vestibular seperti meclizine.

Perawatan untuk BPPV difokuskan pada manuver rotasi kepala yang menggantikan deposit kalsium kembali ke ruang depan melalui reposisi kanalit atau manuver Epley.

(Baca Juga: Tips Mengatasi dan Mencegah Vertigo Agar Tidak Kambuh Lagi)

Asuhan Keperawatan (Askep Vertigo) 

Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki

1. Risiko Jatuh b/d Gangguan Keseimbangan (D.0143)

Luaran: Tingkat jatuh menurun (L.14138)

  • Jatuh saat berdiri menurun
  • Jatuh saat duduk menurun
  • Jatuh saat berjalan menurun
  • Jatuh saat dipindahkan menurun
  • Jatuh saat dikamar mandi menurun
  • Jatuh saat membungkuk menurun

Intervensi Keperawatan: Pencegahan Jatuh (I.14540)

  • Identifikasi faktor resiko jatuh
  • Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan institusi
  • Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh (misalnya lantai licin, penerangan kurang)
  • Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (Misalnya Fall Morse Scale, Humpty Dumpty Scale) Jika perlu
  • Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur kek kursi roda dan sebaliknya
  • Orientasikan ruangan pada psien dan keluarga
  • Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam keadaan terkunci
  • Pasang Handrail tempat tidur
  • Tempatkan pasien beresiko tinggi dekat dengan pantauan perawat atau nuurse station
  • Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
  • Gunakan alat bantu berjalan
  • Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
  • Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah
  • Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
  • Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
  • Anjurkan melebarkan kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat berdiri

2. Gangguan mobilitas Fisik b/d gangguan neuromuskular (D.0054)

Luaran: Mobilitas Fisik meningkat (L.05042)

  • Pergerakan ekstremitas meningkat
  • Kekuatan Otot Meningkat
  • Rentang Gerak (ROM) meningkat
  • Gerakan tidak terkoordinasi menurun
  • Gerakan Terbatas menurun
  • Kelemahan Fisik Menurun

Intervensi Keperawatan: Dukungan Ambulasi (I.06171)

  • Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
  • Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
  • Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
  • Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
  • Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu Seperti tongkat, dan kruk.
  • Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
  • Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
  • Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
  • Anjurkan melakukan ambulasi dini
  • Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan Seperti berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, sesuai toleransi.

Referensi:

  1. Stanton M, Freeman AM. 2021. Vertigo. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482356/
  2. Hesham M Samy. 2017. Dizziness, Vertigo, an Imbalance. Med Scape. Emedicine. https://emedicine.medscape.com/article/2149881-overview
  3. Julie Marks. 2021. What Is Vertigo? Symptoms, Cause, Diagnosis, Treatment, and Prevention. Everyday Health.
  4. Brittney Wilson. 2019. A Nursing Care Plan For Vertigo. The Nerdy Nurse. https://thenerdynurse.com/a-nursing-care-plan-for-vertigo/
  5. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  6. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  7. PPNI, 2019.  Standart  Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta