Widget HTML #1

Fungsi Hormon Testosteron, Pria Jadi Berkarakter Maskulin

Pada pria, hormon testosteron adalah androgen yang memiliki fungsi paling penting dan jumlahnya paling banyak. Lebih dari 95% testosteron yang ada berasal dari testis yaitu sel leydig, dimana testis mensintesis sekitar 6-7 mg testosteron setiap hari. 

Selain testis, produksi androgen sebagian kecil berasal dari adrenal. Sintesis dan sekresi  androgen di stimulasi oleh regulasi hormon LH  dan beberapa faktor lokal

Setelah di produksi, sebagian besar testosteron akan bersirkulasi di dalam darah melalui ikatan dengan protein spesifik yang dihasilkan oleh hati yang disebut Sex Hormon Binding Globulin (SHGB). Sebagian kecil testosteron akan terikat pada albumin dan sebagian juga tetap bebas serta siap memasuki sel. 

Fungsi Hormon Testosteron, Pria Jadi Berkarakter Maskulin
Image by mudhaffr ahmed from Pixabay 

Fungsi Hormon Testosteron pada Pria

1. Perkembangan Karakteristik Tubuh Pria

Perbedaan funsional utama antara kromosom pria dan wanita adalah bahwa kromosom pria menyebabkan tonjolan genetalia baru yang berkembang menyekresi testosteron, sedangkan kromosam wanita menyebabkan tonjolan tersebut menyekresikan estrogen. 

Jadi, hormon testosteron yang pertama kali disekresikan tonjolan genitalia dan kemudian oleh testis janin memilki fungsi yang signifikan terhadap perkembangan karakteristik tubuh pria, meliputi pembentukan penis dan skrotum dan bukan klitoris atau vagina. 

Fungsi hormon Testosteron saat dalam kandungan  adalah menstimulasi pembentukan kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan duktus genitalia pria, selain pada waktu yang lain terjadi penekanan pembentukan organ genitalia wanita.

2. Perkembangan  Pria Saat Pubertas

Fungsi hormon testosteron setelah pubertas menstimulasi Perkembangan organ reproduksi pria seperti penis, skrotum, dan testis membesar kira-kira delapan kali lipat sebelum mencapai usia 20 tahun. 

Selain itu hormon testosteron menyebabkan “sifat kelamin sekunder” pria berkembang, dimulai saat pubertas dan berakhir saat maturitas. Sifat sekunder ini, selain organ itu sendiri, membedakan antara pria dan wanita

3. Distribusi Rambut Pria

Pengaruh pada distribusi rambut tubuh. Testosteron menimbulkan pertumbuhan rambut pada area pubis ke atas di sepanjang linea alba kadang-kadang sampai ke sekitar pusar, tumbuhnya kumis, jenggot, dan bulu dada.

4. Pita Suara Pria

Pengaruh pada suara, dimana testosteron yang disekresikan oleh testis akan meimbulkan hipertfrofi mukosa laring dan pembesaran laring. 

Pengaruh terhadap suara pada awalnya secara relatif menjadi tidak sinkron “suara serak”, namun secara bertahap menjadi suara orang dewasa yang khas. Inilah yang menyebabkan suara pria relatif lebih berat daripada suara wanita.

5. Karakteristik Kulit Pria

Testosteron meningkatkan ketebalan kulit dan dapat memicu pertumbuhan jerawat. Testosteron meningkatkan ketebalan kulit di seluruh tubuh dan meningkatkan kekasaran jaringan subkutan.

Testorteron juga meningkatkan kecepatan sekresi beberapa atau semua kelenjar sebasea tubuh. Yang paling penting adalah kelebihan sekresi oleh kelenjar sebasea wajah, karena hal tersebut dapat menyebabkan jerawat. 

Oleh karena itu jerawat merupakan suatu gambaran yang umum dari remaja pria ketika tubuh mengenali peningkatan sekresi tostesteron. 

Setelah beberapa tahun sekresi tosterteron, kulit normalnya beradaptasi terhadap tostesteron sedemikian rupanya sehingga memungkinkan kulit tersebut mengatasi jerawat. 

Inilah yang menyebabkan secara umum kulit pria tidak sehalus kulit wanita.


6. Massa Otot Pria

Fungsi Hormon Testosteron pada massa otot adalah meningkatkan pembentukan protein dan perkembangan otot. Salah satu karakteristik pria yang terpenting adalah peningkatan perkembangan otot yang mengikuti masa pubertas. Rata-rata 50% massa otot pria meningkat melebihi massa otot wanita. 

Hal ini juga berhubungan dengan peningkatan protein dibagian tubuh lain yang tidak berotot. Banyak perubahan pada kulit yang disebabkan oleh penumpukan protein di kulit, dan sebagian perubahan pada suara juga disebabkan oleh fungsi anabolik protein testosteron.

7. Bentuk dan Struktur Tulang Pria

Fungsi hormon Testosteron pada tulang adalah meningkatkan matriks tulang dan menimbulkan retensi kalsium. Setelah terjadinya peningkatan sirkulasi testosteron yang sangat besar pada saat pubertas, tulang menjadi lebih tebal dan mengendapkan sejumlah besar garam kalsium tambahan. 

Hal inilah yang menjadikan ketebalan, kepadatan, dan bentuk beberapa tulang pria berbeda dengan wanita. Pada pria biasanya akan terlihat bentuk rahang yang lebih lebar, punggung lebih lebar, namun bentuk panggul lebih kecil dan sempit.

8. Laju Metabolisme Bassal

Testosteron meningkatkan metabolisme bassal. Jumlah testosteron yang disekresikan oleh testis selama masa remaja dan dewasa awal bakal meningkatkan kecepatan metabolisme sekitar 5-10% di atas nilai yang didapat bila testis tidak aktif. 

Peningkatan kecepatan metabolisme tersebut mungkin disebabkan oleh pengaruh tidak langsung testosteron terhadap anabolisme protein, peningkatan kuantitas protein terutama enzim terutama meningkatkan metabolisme semua sel.

9. Sel Darah Merah

Pengaruh pada sel darah merah, dimana rata-rata pria memiliki 700.000 sel darah merah per mm3 lebih banyak daripada rata-rata wanita. 

Perbedaan ini sebagian disebabkan mungkin oleh peningkatan kecepatan metabolisme yang terjadi setelah pemberian testosteron dan bukan efek langsung testosteron terhadap pembentukan sel-sel darah merah.

10. Keseimbangan Elektrolit dan Cairan 

Banyak hormon steroid yang dapat meningkatkan reabsorpsi natrium di tubukus distak ginjal. Testosteron juga memiliki pengaruh tersebut tetapi hanya sedikit bila dibandingkan dengan pengaruh mineralokortikoid adrenal. 

Meskipun demikian. Setalah pubertas, darah dan volume cairan ekstrasel pada pria meningkat dalam hubungannya dengan berat badan sebesar 5-10%.

11. Pengaturan Spermatogenesis

Pengaturan spermatogenesis oleh FSH dan testostreon. FSH berikatan dengan reseptor-reseptor FSH spesifik yang melekat pada sel-sel sertoli didalam tubulus seminiferus. 

Peningkatan ini mengakibatkan sel-sel tumbuh dan menyekresikan berbagai unsur spermatogenik. Secara bersamaan, testosteron dan dihidrotestosteron yang berdifusi ke dalam tubulus seminiferus dari sel-sel leydig di dalam ruang intertisial, juga mempunyai efek tropik yang kuat terhadap spermatogenesis. 

Jadi untuk memulai spermatogenesis mutlak diperlukan FSH dan testosteron.

Kesimpulan 

Begitu besarnya peran dan fungsi hormon testosteron  dari mulai pembentukan janin sampai akhir siklus maturitas seorang pria, maka testosteron sering di indentikan sebagai hormonnya Para Pria.

Testosteron dianggap merupakan hormon androgen yang utama karena umunya bertanggung jawab terhadap sifat maskulinisassi tubuh.

Selain itu testosteron bekerja sama dengan FSH pada sel Sertoli tubulus semniferus untuk merangsang spermatogenesis, yang merupakan proses awal reproduksi pada pria.

Peran awal testosteron dimulai Selama kehidupan janin, dimana testis sudah distimulasi oleh gonatropin kronik (HCG) untuk menghasilkan testosteron, selanjutnya terjadi penurunan testosteron yang dihasilkan pada masa kanak-kanak, dan kembali terjadi peningkatan produksi testosteron pada awal pubertas. 

Produksi testosterono ini akan terus berlanjut, kemudian akan menurun seiring bertambahnya usia. Memasuki lansia, pembentukan biasanya sudah sangat menurun secara signifikan, dan kondisi inilah yang dinamakan andropause.

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram