Widget HTML #1

Mual Muntah, Penyebab Hingga Penanganan

Mual muntah merupakan keluhan umum pada pasien di semua tingkat usia dan jenis penyakit yang di alaminya. Gejala mual muntah dapat diobati sendiri atau memerlukan rujukan ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya.

Mual didefinisikan sebagai perasaan ingin muntah sedangkan muntah sendiri merupakan pengeluaran isi lambung melalui kontraksi dinding perut dan dada.

Mual Muntah, Penyebab Hingga Penanganan
Foto by. Phil Gyford on: flickr

Memahami Mual Muntah, Dari Penyebab Sampai Penanganan

Definisi

Mual adalah perasaan yang tidak enak karena ingin muntah, merasa pusing, ketidaknyamanan perut, dan keengganan untuk makan.

Muntah adalah kontraksi perut yang kuat  mendorong isinya keluar dari mulut. Muntah merupakan pengososngan perut yang sering membuat penderita mual merasa jauh lebih baik untuk sementara.

Muntah tidak sama dengan regurgitasi, yaitu naiknya isi perut tanpa kontraksi perut yang kuat atau mual. Contohnya penderita achalasia atau divertikulum Zenker dapat memuntahkan makanan yang tidak tercerna tanpa mual.

Vomitus atau bahan yang dimuntahkan  biasanya mencerminkan apa yang baru saja dimakan. Muntahan  berwarna merah atau bercampur darah dinamakn hematemesis, tetapi jika darah telah tercerna sebagian  muntahan tampak seperti ampas kopi. Saat bercampur dengan cairan  empedu, muntahan terasa pahit dan berwarna kuning kehijauan.

Patofisiologi

Berbagai reseptor terlibat dalam proses mual muntah yang merangsang pusat muntah (Central Vomiting Center/CVC) di medula untuk memulai prosesnya. Zona pemicu kemoreseptor (Chemoreceptor Trigger Zone atau CTZ) merespons rangsangan berbahaya, iritasi gastrointestinal (GI), atau kemoterapi.

Zona pemicu kemoreseptor ini terletak di luar sawar darah otak dan bersifat sensitif terhadap toksin sistemik, asidosis, dan uremia. Reseptor dopamin-2 (D2), serotonin (5HT3), dan neruokinin-1 (NK1) terletak di CTZ dan dimediasi oleh distensi Gastro Intestinal, infeksi, dan iritasi mukosa.

Sistem vestibular yang berkaitan dengan mual muntah, dirangsang oleh aksi reseptor histamin1 (H1) dan muskarinik (M1). Masukan sensorik ke korteks serebral bertanggung jawab untuk aktivasi pusat mutah dan menyebabkan munculnya mual dan muntah.

Mual muntah paling mudah dibedakan berdasarkan jenis reseptor yang mempengaruhi munculnya  reaksi, dan pemilihan pengobatan sebaiknya berdasarkan pada reseptor yang memediasi timbulnya keluhan tersebut.

Penyebab

Mual dan muntah terjadi saat pusat muntah di otak diaktifkan. Penyebab biasanya melibatkan gangguan pada saluran pencernaan atau otak, atau zat yang tertelan.

Penyebab mual muntah antara lain :

Obat-obatan

Mual muntah adalah efek samping yang umum dari obat-obatan untuk berbagai tingkat pengunaan klinis. Sebagian besar kasus mual muntah yang diinduksi obat berasal dari aktivasi reseptor D2, 5HT3, H1, M1 dan bergantung pada obat spesifik yang digunakan.

Beberapa obat, seperti metformin, dapat menyebabkan mual muntah bila diberikan tanpa makanan. Kelas obat yang umumnya dikaitkan dengan mual muntah antara lain opiat, digoxin, agonis dopamin, hormon, dan nikotin.

Kemoterapi

Obat sitotoksik yang digunakan untuk kemoterapi kanker sering menjadi pemicu timbulnya mual muntah. Kondisi ini diklasifikasikan sebagai mual muntah pascakemoterapi (PCNV) atau mual muntah yang diinduksi kemoterapi (CINV).

PCNV dibagi lagi menjadi fase akut, yaitu mual muntah dalam waktu 24 jam setelah kemoterapi, fase tertunda yang terjadi setelah 24 jam pasca pemberian kemoterapi, dan fase antisipatif yang ditimbulkan oleh antisipasi pemberian kemoterapi.

Pengobatan mual muntah pasca kemoterapi bervariasi pada emetogenisitas agen kemoterapi yang digunakan dan biasanya memerlukan lebih dari satu jenis antiemetik.

Penyakit

Penyakit yang dapat menyebabkan mual muntah antara lain gastroparesis, muntah siklik, migrain, obstruksi saluran keluar lambung, dan penyakit ulkus peptikum.

Gastroparesis bisa disebabkan oleh obat-obatan atau oleh perubahan fisiologis seperti yang ditemukan pada pasien dengan diabetes melitus lama yang mengandalkan insulin untuk mengintrol kadar glukosa.

Obat-obatan yang ditemukan untuk menginduksi gastroparesis antara lain clonidine, agonis dopamin, antidepresan trisiklik, penghambat saluran kalsium, lithium, dan progesteron.

Infeksi

Mual muntah yang disebabkan oleh infeksi biasanya bersifat akut dan sembuh sendiri. Salah satu infeksi yang menyebabkan mual muntah adalah penyakit gastroenteritis virus dan bakteri.

Termasuk mual muntah akibat keracunan makanan dari enterotoksin stafilokokus biasanya akan muncul dalam waktu 6 jam setelah tertelan, dengan gejala yang berlangsung hingga 48 jam.

Mual Muntah Pasca Operasi (PONV)

Mual dan muntah pasca operasi (PONV) dapat dialami dari semua prosedur pembedahan terutama yang melibatkan proses anastesi. Insiden keseluruhan mual muntah pasca operasi baik saat rawat jalan pasca pulang diperkirakan 17% untuk mual dan 8% untuk muntah.

Gejala mual muntah dapat muncul dan bertahan hingga 3 hari setelah prosedur operasi, sehingga kadang menyulitkan petugas kesehatan untuk mengevaluasi pasien dalam pemberian  perawatan yang tepat dalam prosedur rawat jalan.

Nyeri, hipotensi, dehidrasi, dan anestesi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko Mual muntah pasca operasi. Pengobatan yang diberiakan disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien dan memaksimalkan terapi antiemetik dengan beberapa obat.

Mabuk Perjalanan

Mual muntah yang berhubungan dengan mabuk perjalanan dan vertigo disebabkan oleh stimulasi pusat muntah yang terletak di sistem vestibular. Saraf sensorik yang terletak di sini mengandung reseptor H1 dan M1.

Kehamilan

Kehamilan sering dikaitkan dengan mual muntah dan sering disebut sebagai morning sickness. Insiden mual muntah yang diinduksi kehamilan tinggi yaitu sekitar 70% wanita melaporkan mengalami keluhan ini pada trimester pertama.

Salah satu mekanisme di balik mual muntah pada kehamilan adalah stimulasi human chorionic gonadotropin (hCG) pada pusat muntah.

Sebagian besar wanita mengalami mual muntah pada trimester pertama saat kadar hCG tertinggi, walaupun hal itu dapat terjadi kapan saja selama kehamilan. Faktor lain yang berkontribusi terhadap mual muntah pada kehamilan antara lain peningkatan kadar estrogen, refluks lambung, dan hipertiroidisme.

Komplikasi

Selain tidak nyaman, muntah dapat menyebabkan komplikasi:

  • Aspirasi (muntahan masuk ke saluran pernafasan), kandungan asam lambung juga bisa mengiritasi saluran pernafasan dan paru
  • Muntah meningkatkan tekanan di dalam esofagus, dan muntah parah dapat menimbulkan laserasi atau perlukaan pada lapisan esofagus.
  • Karena orang kehilangan air dan elektrolit dalam muntahan, muntah parah dapat menyebabkan dehidrasi dan kelainan elektrolit. Bayi baru lahir dan bayi sangat rentan terhadap komplikasi ini.
  • Muntah kronis dapat menyebabkan kekurangan gizi, penurunan berat badan, dan kelainan metabolisme.

Evaluasi

Tidak setiap episode mual dan muntah membutuhkan evaluasi segera oleh dokter. Namun beberapa tanda yang  perlu diwaspadai pada kejadian mual muntah antara lain:

  • Tanda-tanda dehidrasi (seperti haus, mulut kering, sedikit atau tidak ada urin, dan perasaan lemas dan lelah)
  • Sakit kepala, leher kaku, kebingungan, atau kewaspadaan menurun
  • Sakit perut terus menerus
  • Nyeri saat perut disentuh
  • Pembengkakan perut

Orang yang memiliki tanda diatas  harus segera ke dokter, begitu pula orang yang muntah darah atau baru saja mengalami cedera kepala.

Pemeriksaan

Pertama-tama, dokter  atau petugas kesehatan akan melakukan anamnese  tentang gejala dan riwayat penyakit. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan fisik. Hasil anamnese dan pemeriksaan fisik akan menjadi acuan pengobatan, dan jika diperlukan akan dilakukan pemeriksaan penunjang yang lain.

Anamnese dan Pemeriksaan  fisik yang dilakukan biasanya meliputi:

  • Tanda-tanda dehidrasi seperti detak jantung cepat, tekanan darah rendah atau hipotensi, dan mulut kering.
  • Tanda-tanda gangguan perut yang serius pembengkakan dan nyeri saat disentuh
  • Penurunan kesadaran  atau kelainan neurologis lainnya yang menunjukkan gangguan otak

Terapi

Non Farmakologis

a. Gelang akupresur

Perangkat seperti Sea-Band berfungsi mengurangi mual muntah dengan merangsang titik perikardium 6 (P6) di lengan bawah.

Gelang akupresur ini dapat berguna dalam mencegah mual muntah dalam berbagai kondisi, seperti kehamilan atau mabuk perjalanan, di mana terapi obat mungkin tidak diperlukan atau diinginkan.

b. Vitamin dan Herbal

Berbagai produk herbal telah dianjurkan untuk digunakan dalam mual muntah. Jahe (Zingiber officinale) bisa digunakan untuk mengurangi mual muntah pada kehamilan, mabuk perjalanan, dan pembedahan.  Jahe tidak menyebabkan depresi sistem saraf pusat (SSP) dan dapat menjadi alternatif antihistamin.

Peppermint (Mentha piperita), chamomile (Matricaria recutita), dan lemon balm (Melissa officinalis) dianggap memiliki sifat antispasmodik yang dapat membantu dalam mengobati mual muntah.

Vitamin B6 (piridoksin) juga telah dianjurkan untuk digunakan pada wanita hamil yang mengalami mual muntah dan termasuk dalam produk Diclegis yang baru-baru ini disetujui (doxylamine-pyridoxine).

Farmakologis

a. Antihistamin

Agen-agen ini menunjukkan efek antiemetiknya sebagai akibat dari sifat antimuskariniknya. Sebagian besar kemanjurannya terlihat dalam pencegahan mual muntah terutama dengan penyebab gangguan vestibular seperti mabuk perjalanan.

Idealnya, pasien harus diinstruksikan untuk meminum antihistamin 30 sampai 60 menit sebelum mereka melakukan perjalanan.

Efek samping utama dari antihistamin adalah timbulnya rasa kantuk dalam tingkat yang bervariasi. Memburuknya retensi urin harus dipertimbangkan pada mereka yang cenderung mengalami efek ini seperti pada orang yang mengalami  BPH.

Produk kombinasi Diclegis (doxylamine-pyridoxine) mengandung antihistamin bersama dengan vitamin B6 juga berguna pada mual muntah yang di sebabkan oleh kehamilan.

b. Fenotiazin

Obat ini bekerja secara terpusat pada reseptor dopamin di Pusat stimulasi muntah,  dan tersedia dalam berbagai bentuk sediaan. Fenotiazin berguna untuk mengobati episode mual muntah sedang hingga berat yang berhubungan dengan mabuk perjalanan, PONV, dan migrain.

Efek samping dari kelas obat ini antara lain sedasi, ortostasis, dan efek ekstrapiramidal.

c. Butirofenon

Jenis obat ini berguna untuk mual muntah pasca operasi  dan antisipatif yang disebabkan oleh kemoterapi.  Butirofenon, seperti haloperidol, memiliki mekanisme dan profil efek samping yang mirip dengan fenotiazin.

e. Antagonis 5HT3

Obat ini menghalangi reseptor serotonin baik di perifer maupun sentral di pusat stimulasi muntah. Di perifer, reseptor 5HT3 memicu stimulasi vagal di medula dan menyebabkan mual muntah.  

Blokade selektif dari penghambatan perifer dan sentral  reseptor 5HT3 membuat agen ini menjadi antiemetik yang berguna pada berbagai  jenis mual muntah.  Antagonis 5HT3 umumnya ditoleransi dengan baik dan telah pilihan utama  untuk penanganan mual muntah pasca kemoterapi.

f. Prokinetik

Antiemetik seperti benzamida bekerja dengan cara menghalangi reseptor dopamin secara sentral maupun perifer.

Efek prokinetiknya berguna untuk berbagai skenario mual muntah klinis, terutama yang membutuhkan peningkatan motilitas lambung, seperti gastroparesis.

Dibandingkan metoclopramide, domperidone kurang bisa menembus sawar darah-otak sehingga menghasilkan lebih sedikit efek samping sentral seperti tardive dyskinesias dan efek ekstrapiramidal.

Metoclopramide, karena antagonisme reseptor dopamin yang dimediasi secara sentral, memiliki profil efek samping yang signifikan seperti distonia, diskinesia, akatisia, dan hiperprolaktinemia, serta penyebab potensial ginekomastia dan laktasi.

Insiden keseluruhan timbulnya efek samping diperkirakan 10% - 20% pada penggunaan metoklopramid sedangkan Penggunaan domperidone 5% -10%.

g. Karbohidrat Fosfor

Campuran fruktosa (1,87 g/5 mL), glukosa (1,87 g/5 mL), dan asam fosfat (21,5 g/5 mL. Mekanismenya berhubungan dengan penundaan waktu pengosongan lambung dan penurunan kontraksi otot polos. Namun karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, produk ini tidak dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus.

Pencegahan

Rasa  mual bisa di kurangi dengan makan makanan kecil sepanjang hari, makan perlahan, dan istirahat setelah makan. Pada beberapa orang, menghindari kelompok makanan tertentu dan makanan pedas dapat mencegah mual.

Jika mulai merasa mual, makanlah makanan tawar sebelum bangun dan cobalah mengonsumsi makanan berprotein tinggi, seperti keju, daging tanpa lemak, atau kacang-kacangan, sebelum tidur.

Jika muntah, cobalah minum sedikit cairan manis, seperti soda atau jus buah. Minum jahe atau makan jahe dapat membantu menenangkan perut Anda. Hindari jus asam, seperti jus jeruk karena dapat meningkatkan kadar asam lambung.

Obat-obatan yang dijual bebas  seperti meclizine (Bonine) dan dimenhydrinate (Antimo), dapat mengurangi efek mabuk perjalanan. Batasi camilan selama mengendarai mobil dan menghadap langsung ke jendela depan jika rentan terhadap mabuk perjalanan.

Referensi

  1. Jonathan Gotfried. 2020. Nausea And Vomiting in Adults. Lewis Katz School of Medicine at Temple University. MSD Manual
  2. Jeremy J. Prunty. 2013. An Outpatient Approach to Nausea and Vomiting. Med Scape. https://www.medscape.com/viewarticle/820135_5
  3. George F Longstreth. 2020. Approach to the adult with nausea and vomiting. Up To Date. https://www.uptodate.com/ contents/ approach-to-the-adult-with-nausea-and-vomiting
  4. Clarissa Stephens RN. 2018. Nausea and Vomiting. Health Line.

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram