Widget HTML #1

Askep Diare Dengan Pendekatan SDKI SLKI SIKI

Diare merupakan kondisi buang air besar yang encer atau cair tiga kali dalam sehari atau lebih. Munculnya diare bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti keracunan makanan, infeksi, obat-obatan, alergi, intoleransi makanan, kondisi peradangan, dan sindrom malabsorpsi. Pada tulisan ini, Repro Note akan merangkum mengenai konsep medik dan asuhan keperawatan atau askep diare menggunakan pendekatan sdki slki dan siki.

Tujuan:

  • Memahami definisi, jenis, penyebab, tanda gejala, dan komplikasi diare

  • Memahami pemeriksaan dan penatalaksanaan medik pada penyakit diare

  • Merumuskan diagnosa keperawatan pada askep diare dengan pendekatan sdki

  • Merumuskan Luaran dan kriteria hasil pada askep diare dengan pendekatan Siki

  • Melaksanakan intervensi keperawatan pada askep diare menggunakan pendekatan sdki

Askep Diare Dengan Pendekatan SDKI SLKI SIKI
image by https://www.myupchar.com/en

Konsep Asuhan Keperawatan (Askep) Diare

Definisi

Diare didefinisikan sebagai awitan tiba-tiba 3 kali atau lebih buang air besar per hari. Diare akut pada masa kanak-kanak biasanya disebabkan oleh infeksi pada usus halus atau usus besar. Namun, banyak gangguan lain yang juga dapat menyebabkan diare seperti sindrom malabsorpsi dan berbagai enteropati. Diare dengan onset akut biasanya sembuh sendiri, namun dapat juga berlangsung lama.

Berdasarkan durasinya, episode diare secara klasik dibedakan menjadi akut (kurang dar 14 Hari) dan kronis atau persisten (lebih dari 14 Hari).

Penyebab Diare

Diare Akut

Penyebab diare akut yang paling umum adalah infeksi virus, bakteri, dan parasit. Bakteri juga dapat menyebabkan keracunan makanan akut. Penyebab lainnya adalah penggunaan beberapa jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan diare.

Diare wisatawan atau Traveler’s Diarrhea

Diare wisatawan biasanya disebabkan oleh strain ETEC  (enterotoksigenik E. coli ) yang menghasilkan racun penyebab diare, yang didapatkan saat mengunjungi wilayah atau negara tertentu.

Racun yang dihasilkan oleh ETEC menyebabkan diare tiba-tiba, kram perut, mual, dan terkadang muntah. Gejala ini biasanya terjadi 3-7 hari setelah tiba di luar negeri dan umumnya mereda dalam waktu 3 hari. Kadang-kadang, bakteri atau parasit lain dapat menyebabkan diare pada wisatawan seperti Shigella, Giardia, dan Campylobacter.

Gastroenteritis virus

Gastroenteritis virus atau infeksi virus pada lambung dan dudenum adalah penyebab paling umum dari diare akut di seluruh dunia.

Gejala gastroenteritis virus biasanya hanya berlangsung 48-72 jam dan meliputi Mual Muntah, Kram perut, dan Diare. 

Tidak seperti enterokolitis,pada  pasien dengan gastroenteritis virus biasanya tidak terdapat darah atau nanah dalam tinja mereka dan hanya mengalami sedikit demam.

Gastroenteritis virus dapat terjadi dalam bentuk sporadis pada satu individu atau dalam bentuk epidemi pada kelompok individu. Diare sporadis mungkin disebabkan oleh beberapa strain virus yang berbeda  sedangkan Penyebab paling umum dari diare epidemik adalah infeksi virus yang dikenal sebagai calicivirus dengan genus norovirus.

Enterokolitis bakterial

Bakteri  biasanya menyerang usus kecil dan usus besar dan menyebabkan enterokolitis  atau radang usus kecil dan usus besar. Enterokolitis bakteri ditandai dengan tanda-tanda peradangan seperti darah atau nanah dalam tinja, demam, nyeri perut, dan diare.

Campylobacter jejuni adalah bakteri paling umum yang menyebabkan enterokolitis akut. Bakteri lain yang menyebabkan enterokolitis antara lain Shigella, Salmonella, dan EPEC. Bakteri ini biasanya masuk karena minum air yang terkontaminasi atau makan makanan yang terkontaminasi seperti sayuran, unggas, dan produk susu.

Clostridium difficile juga merupakan infeksi nosokomial  yang paling sering menyebabkan diare. Sayangnya, infeksi juga meningkat di antara orang-orang yang tidak pernah minum antibiotik atau dirawat di rumah sakit.

E. coli O157:H7 adalah strain yang menghasilkan toksin yang menyebabkan enterokolitis hemoragik. Wabah enterokolitis hemoragik yang terkenal di AS yang ditelusuri dari daging giling yang terkontaminasi dalam hamburger sehingga sering disebut kolitis hamburger.

Sebagian kecil pasien yang terinfeksi E. coli, terutama anak-anak dapat mengalami hemolytic uremic syndrome (HUS), suatu sindrom yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Beberapa bukti menunjukkan bahwa penggunaan agen anti-diare yang berkepanjangan atau penggunaan antibiotik dapat meningkatkan kemungkinan perkembangan HUS.

Keracunan Makanan

Keracunan makanan biasanya disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Toksin menyebabkan sakit perut, kram dan muntah, dan menyebabkan usus mengeluarkan air dalam jumlah besar yang menyebabkan diare.

Pada beberapa bakteri, toksin diproduksi di dalam makanan sebelum dimakan, sedangkan pada bakteri lain, toksin diproduksi di usus setelah makanan dimakan.

Staphylococcus aureus adalah contoh bakteri yang menghasilkan racun dalam makanan. Biasanya, makanan yang terkontaminasi Staphylococcus seperti salad, daging, atau sandwich dengan mayones dibiarkan tidak didinginkan pada suhu kamar semalaman.

Clostridium perfringens adalah contoh bakteri yang berkembang biak dalam makanan seperti makanan kaleng, dan menghasilkan toksin di usus setelah makanan yang terkontaminasi dimakan.

Parasit

Infeksi Giardia lamblia terjadi pada individu yang mendaki gunung atau bepergian ke luar negeri dan ditularkan melalui air minum yang terkontaminasi.

Infeksi amuba atau amoebiasis biasanya terjadi selama perjalanan ke luar negeri ke negara-negara berkembang dan dikaitkan dengan tanda-tanda peradangan, darah atau nanah dalam tinja dan demam.

Cryptosporidium adalah parasit penyebab diare yang disebarkan oleh air yang terkontaminasi karena dapat bertahan dari klorinasi. Cyclospora adalah parasit penyebab diare yang dikaitkan dengan raspberry yang terkontaminasi dari Guatemala.

Obat obatan

Beberapa jenis obat seperti antasida dan suplemen magnesium dapat menyebabkan diare. Diare akibat obat obatan biasanya muncul segera setelah pengobatan dengan obat tertentu dimulai.

Diare Kronis

Sindrom iritasi usus

Sindrom iritasi usus atau Irritable bowel syndrome (IBS) adalah penyebab fungsional diare atau sembelit. Secara fisik, peradangan biasanya tidak ada di usus yang terkena. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa masalah mendasar yang berbeda, tetapi diyakini bahwa penyebab paling umum adalah sensitifitas dan aliran cepat isi usus melalui usus besar.

Penyakit Infeksi

Beberapa penyakit infeksi dapat menyebabkan diare kronis, misalnya Giardia lamblia. Pasien dengan AIDS sering mengalami infeksi kronis pada usus mereka yang menyebabkan diare.

Pertumbuhan bakteri usus yang berlebihan. Bakteri yang merupakan flora normal pada kolon dapat menyebar dari usus besar dan masuk ke usus kecil. Ketika ini terjadi, dapat menjadi pemicu terjadinya diare.

Pasca infeksi

Setelah infeksi virus, bakteri, atau parasit akut, beberapa individu dapat mengalami diare kronis. Hal ini diperkirakan terjadi karena potensi pertumbuhan mikroorganisme usus yang berlebihan.  Mereka juga ditemukan memiliki kelainan, baik mikroskopis atau biokimia  yang menunjukkan bahwa mungkin ada peradangan.

Penyakit radang usus

Penyakit radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD) seperti Penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, yaitu penyakit yang menyebabkan radang usus kecil atau usus besar, umumnya menyebabkan diare kronis.

Kanker usus besar

Kanker usus besar dapat menyebabkan diare atau sembelit. Jika kanker menghalangi jalannya feses, biasanya akan menyebabkan konstipasi. Diare atau sembelit yang disebabkan oleh kanker biasanya bersifat progresif, yaitu menjadi semakin parah.

Malabsorpsi karbohidrat

Malabsorpsi karbohidrat adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap gula. Malabsorpsi gula yang paling sering terjadi adalah laktosa atau intoleransi susu, di mana produk susu yang mengandung gula susu atau laktosa menyebabkan diare.

Laktosa tidak dipecah di usus karena tidak adanya enzim usus yaitu laktase yang biasanya memecah laktosa menjadi komponen gula galaktosa dan glukosa. Jika tidak dipecah, laktosa tidak dapat diserap ke dalam tubuh. Laktosa yang tidak tercerna menarik air melalui osmosis ke dalam usus besar.

Selain itu, laktosa juga dicerna oleh bakteri usus besar menjadi gas hidrogen dan metana serta bahan kimia yang mendorong retensi atau sekresi cairan di usus besar, dan pada akhirnya menyebabkan diare.

Malabsorpsi lemak

Malabsorbsi lemak bisa disebabkan karena kurangnya sekresi pankreas yang dibutuhkan untuk metabolisme lemak seperti pada pankreatitis atau kanker pankreas. Bisa juga di sebabkan oleh penyakit pada lapisan usus kecil yang mencegah penyerapan lemaks eperti penyakit celiac.

Lemak yang tidak tercerna masuk ke usus besar tempat bakteri mengubahnya menjadi zat yang menyebabkan peningkatan sekresi air oleh usus halus dan usus besar dan pada akhirnya menyebabkan diare.

Patofisiologi

Pada kondisi normal usus halus dan kolon menyerap 99% cairan yang dihasilkan dari asupan oral dan sekresi saluran gastrointestinal, jumlah cairan total sekitar 9 dari 10 L setiap hari. Jadi, pengurangan kecil saja yaitu sekitar 1% penyerapan air usus atau peningkatan sekresi dapat meningkatkan kadar air yang signifikan untuk menyebabkan diare.

Beberapa mekanisme dasar yang paling umum adalah peningkatan beban osmotik, peningkatan sekresi/penurunan penyerapan, serta penurunan waktu kontak/luas permukaan. Pada banyak gangguan, lebih dari satu mekanisme aktif. Misalnya, diare pada penyakit radang usus disebabkan oleh peradangan mukosa, eksudasi ke dalam lumen, dan dari berbagai sekretagog dan toksin bakteri yang mempengaruhi fungsi enterosit.

Beban osmotik

Diare terjadi ketika zat terlarut yang tidak dapat diserap dan larut dalam air tetap berada di usus dan menahan air. Zat terlarut tersebut antara lain polietilen glikol, garam magnesium hidroksida, sulfat, dan natrium fosfat.

Diare osmotik terjadi pada intoleransi gula seperti intoleransi laktosa yang disebabkan oleh defisiensi laktase. Hexitols seperti sorbitol, manitol, xylitol atau sirup jagung fruktosa tinggi, yang digunakan sebagai pengganti gula dalam permen, dan jus buah, dapat menyebabkan diare osmotik karena hexitols diserap dengan buruk.

Laktulosa, yang digunakan sebagai pencahar, menyebabkan diare dengan mekanisme serupa. Mengonsumsi makanan tertentu secara berlebihan  dapat menyebabkan diare osmotik.

Peningkatan sekresi dan penurunan penyerapan

Diare terjadi ketika usus mengeluarkan lebih banyak elektrolit dan air daripada yang bisa diserap. Penyebab peningkatan sekresi antara lain infeksi, lemak yang tidak diserap, obat-obatan tertentu, dan berbagai secret intrinsik dan ekstrinsik.

Infeksi adalah penyebab paling umum dari diare sekretori. Infeksi yang dikombinasikan dengan keracunan makanan adalah penyebab paling umum dari diare akut dengan durasi <4 hari. Kebanyakan enterotoksin memblokir pertukaran natrium-kalium yang merupakan kekuatan pendorong penting untuk penyerapan cairan di usus kecil dan usus besar.

Lemak makanan dan asam empedu yang tidak diserap seperti pada sindrom malabsorpsi dan setelah reseksi ileum dapat merangsang sekresi kolon dan menyebabkan diare.

Obat-obatan dapat merangsang sekresi usus secara langsung, misalnya quinidine, kina, colchicine, katartik antrakuinon, minyak jarak, dan prostaglandin. Atau bisa juga secara tidak langsung dengan mengganggu penyerapan lemak  seperti orlistat.

Berbagai tumor endokrin menghasilkan secretagogues, seperti vipomas (peptida usus vasoaktif), gastrinoma (gastrin), mastositosis (histamin), karsinoma meduler tiroid (kalsitonin dan prostaglandin), dan tumor karsinoid (histamin, serotonin, dan polipeptida). Beberapa mediator ini seperti prostaglandin, serotonin, dan senyawa terkait juga bisa mempercepat transit usus, transit kolon, atau keduanya.

Gangguan penyerapan garam empedu dapat menyebabkan diare dengan merangsang sekresi air dan elektrolit. Ciri khasnya adalah kotoran memiliki warna hijau atau oranye.

Berkurangnya waktu kontak dengan area permukaan

Transit usus yang cepat dan berkurangnya luas permukaan mengganggu penyerapan cairan dan menyebabkan diare. Penyebab umum antara lain reseksi atau bypass usus kecil atau usus besar, reseksi lambung, dan penyakit radang usus.

Penyebab lain seperti kolitis mikroskopis (kolitis kolagen atau limfositik) dan penyakit seliaka. Hipertiroidisme juga dapat menyebabkan diare karena percepatan transit pada saluran pencernaan.

Stimulasi otot polos usus oleh obat-obatan seperti antasida yang mengandung magnesium, pencahar, inhibitor kolinesterase, inhibitor reuptake serotonin selektif atau agen humoral seperti prostaglandin dan serotonin juga dapat mempercepat transit.

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala utama diare adalah buang air besar yang encer dan cair tiga kali atau lebih dalam sehari.

Tanda dan gejala lain yang bisa muncul yaitu:

  • Kram
  • Kehilangan kontrol buang air besar
  • Mual muntah
  • Nyeri perut
  • Tinja berdarah
  • Demam dan menggigil
  • Pusing

Pemeriksaan Penunjang

Diare akut biasanya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang, kecuali pada pasien dengan tanda-tanda dehidrasi, tinja berdarah, demam, sakit parah, hipotensi, atau gejala toksik. Pemeriksaan yang biasa dilakukan meliputi darah lengkap dan pengukuran elektrolit, nitrogen urea darah, dan kreatinin. Sampel feses harus dikumpulkan untuk pemeriksaan mikroskopis, kultur, dan jika antibiotik telah diminum baru-baru ini, perlu dilakukan uji toksin Clostridium difficile.

Diare kronis memerlukan evaluasi pada pasien dengan gangguan sistem imun atau mereka yang tampak sakit parah. Evaluasi diagnostik harus diarahkan oleh riwayat dan pemeriksaan fisik.

Pengujian awal harus mencakup pemeriksaan feses untuk darah samar, lemak, elektrolit, dan antigen Giardia, hitung darah lengkap dengan diferensial, serologi celiac (transglutaminase jaringan IgA). Pemeriksaan mikroskopis untuk telur dan parasit harus dilakukan untuk pasien dengan riwayat perjalanan baru-baru ini dari daerah berisiko tinggi.

Pemeriksaan feses untuk Clostridium  difficile harus dilakukan pada pasien dengan paparan antibiotik baru-baru ini atau dugaan infeksi C. difficile. Sigmoidoskopi atau kolonoskopi dengan biopsi harus dilakukan untuk mencari penyebab inflamasi.

Komplikasi

Komplikasi diare yang paling umum adalah dehidrasi, yang terjadi ketika kehilangan cairan dan mineral elektrolit secara berlebihan dari tubuh akibat diare, dengan atau tanpa muntah.

Dehidrasi sering terjadi pada pasien dewasa dengan diare akut yang memiliki feses encer dalam jumlah besar, terutama ketika asupan cairan berkurang berhubungan dengan mual dan muntah.

Dehidrasi  juga sering terjadi pada bayi dan anak kecil yang mengalami gastroenteritis virus atau infeksi bakteri. Pasien dengan dehidrasi ringan mungkin hanya mengalami rasa haus dan mulut kering.

Dehidrasi sedang hingga berat dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, pingsan atau pusing saat berdiri karena berkurangnya volume darah, yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Output urin berkurang, kelemahan,  syok, gagal ginjal, kebingungan, asidosis, dan koma.

Elektrolit hilang dengan cairan ketika diare berkepanjangan atau parah, dan defisiensi mineral atau elektrolit dapat terjadi. Defisiensi  yang paling umum terjadi dengan natrium dan kalium, klorida dan bikarbonat.

Penatalaksanaan Medik

Diare  memerlukan penggantian cairan dan elektrolit baik oral atau parenteral untuk memperbaiki dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan asidosis.

Cairan parenteral yang mengandung natrium klorida, kalium klorida, dan glukosa umumnya diperlukan. Larutan glukosa-elektrolit oral dapat diberikan jika diare tidak parah dan mual dan muntah minimal. Cairan oral dan parenteral kadang-kadang diberikan secara bersamaan ketika air dan elektrolit harus diganti dalam jumlah besar.

Diare adalah gejala, bila memungkinkan  gangguan yang mendasarinya harus diobati, tetapi pengobatan simtomatik seringkali diperlukan. Diare dapat dikurangi dengan loperamide, difenoksilat, kodein fosfat oral, atau cairan oral paregoric (camphorated opium tingtur). Kaolin, pektin, dan attapulgit teraktivasi dapat  menyerap cairan.

Karena antidiare dapat memperburuk kolitis C. difficile atau meningkatkan kemungkinan sindrom hemolitik-uremik pada infeksi Escherichia coli penghasil toksin Shiga, obat ini tidak boleh digunakan pada diare berdarah dengan penyebab yang tidak diketahui. Penggunaannya juga harus dibatasi pada pasien dengan diare cair dan tidak ada tanda-tanda toksisitas sistemik.

Asuhan Keperawatan (Askep) Diare Pendekatan SDKI, SLKI, SIKI

Pengkajian

Pada askep diare, fokus pengkajian meliputi: 

  • Keluhan ketidaknyamanan perut, nyeri, kram, frekuensi, urgensi, feses encer atau cair, dan sensasi usus hiperaktif.
  • Evaluasi pola defekasi, penilaian pola buang air besar akan membantu pengobatan langsung.
  • Kultur feses untuk membedakan organisme etiologi potensial diare.
  • Toleransi terhadap susu dan produk susu lainnya. Pasien dengan intoleransi laktosa memiliki enzim laktase yang tidak mencukupi untuk mencerna laktosa.
  • Intoleransi makanan. Makanan tertentu dapat memicu saraf usus dan menyebabkan peningkatan peristaltik. Makanan pedas, berlemak, atau tinggi karbohidrat, kafein, makanan bebas gula dengan sorbitol, atau makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan diare.
  • Pola penyiapan makanan. Diare juga dapat disebabkan oleh makanan yang tidak dimasak dengan benar, makanan yang terkontaminasi bakteri selama persiapan, dan makanan yang tidak dijaga pada suhu yang sesuai.
  • Obat-obatan yang sedang atau telah dikonsumsi pasien. Obat-obatan tertentu seperti pencahar dan antibiotik biasanya menyebabkan diare. suplemen magnesium dan kalsium juga dapat menyebabkan diare.
  • Perubahan pola makan. Perubahan jadwal makan dapat menyebabkan perubahan fungsi usus dan dapat menyebabkan diare.
  • Stresor saat ini. Individu tertentu merespons stres dengan hiperaktivitas saluran pencernaan.
  • Status hidrasi, seperti Masukan dan keluaran
  • Kelembaban selaput lendir. Dehidrasi menyebabkan selaput lendir kering.
  • Turgor kulit. Penurunan turgor kulit dan pengencangan kulit terjadi pada dehidrasi.
  • Riwayat Penyakit gastrointestinal seperti gastroenteritis dan penyakit Crohn dapat menyebabkan malabsorpsi dan menyebabkan diare kronis.
  • Riwayat Perjalanan ke luar negeri, konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi, atau minum air yang tidak diolah.
  • Kaji kondisi kulit perianal. Kotoran diare mungkin sangat korosif sebagai akibat dari peningkatan kandungan enzim.
  • Periksa dampak emosional dari penyakit dan rawat inap. Hilangnya kontrol eliminasi usus yang terjadi dengan diare dapat menyebabkan perasaan malu dan penurunan harga diri.

Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan

1. Diare b/d : Inflamasi Gatrointestinal, proses infeksi, atau malabsorpsi (D.0020)

Luaran : Eliminasi Fekal Membaik (L.04033)

  • Kontrol pengeluaran feses meningkat
  • Urgensi menurun
  • Nyeri abdomen menurun
  • Kram abdomen menurun
  • Konsistensi feses membaik
  • Frekuensi defekasi membaik
  • Peristaltik usus membaik

Intervensi : Manajemen Diare (I.03101)

  • Identifikasi penyebab diare
  • Identifikasi riwayat pemberian makanan
  • Identifikasi gejala invaginasi
  • Monitor warna, volume, frekwensi, dan konsistensi tinja
  • Monitor tanda dan gejala hipovolemia
  • Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
  • Monitor jumlah pengeluaran diare
  • Monitor keamanan penyiapan makanan
  • Berikan asupan cairan oral, misalnya larutan gula garam, oralit, atau pedialit
  • Pasang jalur kanulasi intravena (infus)
  • Berikan cairan intravena jika perlu
  • Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
  • Ambil sampel feses untuk kultur jika perlu
  • Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
  • Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung laktosa
  • Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
  • Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
  • Kolaborasi pemberian obat antispasmodik
  • Kolaborasi pemberian obat pengeras feses seperti atapulgit

2. Hipovolemia b/d: Kehilangan cairan aktif (D.0023)

Luaran : Status Cairan Membaik (L.03028)

  • Kekuatan nadi meningkat
  • Turgor kulit meningkat
  • Output Urin meningkat
  • Perasaan lemah menurun
  • Keluhan Haus menurun
  • Konsentrasi urin menurun
  • Intake cairan membaik
  • Frekwensi nadi, tekanan darah, dan tekanan nadi membaik

Intervensi: Manajemen Hipovolemia (I.03116)

  • Periksa tanda-tanda hipovolemia
  • Monitor intake dan output cairan
  • Hitung kebutuhan cairan
  • Berikan posisi modified trendelenburg
  • Berikan asupan cairan oral
  • Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
  • Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
  • Kolaborasi pemberian cairan IV Hipotonik
  • Kolaborasi pemberian cairan IV koloid
  • Kolaborasi pemberian produk darah

3. Risiko ketidakseimbangan Elektrolit b/d Diare (D.0037)

Luaran: Keseimbangan Elektrolit Meningkat (L03021)

  • Kadar serum elektrolit dalam batas normal
  • Serum natrium meningkat
  • Serum kalium meningkat
  • Serum klorida meningkat

Intervensi: Pemantauan Elektrolit (I.03122)

  • Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
  • Monitor kadar elektrolit serum
  • Monitor mual muntah dan diare
  • Monitor kehilangan cairan jika perlu
  • Monitor tanda dan gejala hipokalemia seperti: kelemahan otot, interval QT memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST, kelelahan, parestesia, penurunan refleks, dan pusing.
  • Monitor tanda dan gejala hiponatremia seperti: diorientasi, otot berkedut, sakit kepala, membran mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi, dan penurunan kesadaran.
  • Monitor tanda dan gejala hipokalsemia seperti peka rangsang, tanda chvostek(spasme otot wajah), tanda trousseau (spasme karpal), kram otot, dan interval QT memanjang.
  • Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
  • Dokumentasikan hasil pemantauan

4. Risiko Syok b/d Kekurangan Volume Cairan (D.0039)

Luaran: Tingkat Syok Meningkat (L.03032)

  • Kekuatan nadi meningkat
  • Output urin meningkat
  • Akral dingin, pucat, dan haus menurun
  • Tekanan darah, tekanan nadi, pengisisan kapiler, dan frekwensi nadi membaik

Intervensi: Pencegahan Syok (I.02068)

  • Monitor status kardiopulmonal seperti frekwensi dan kekuatan nadi, frekwensi nafas, Tekanan darah, dan MAP
  • Monitor Status Oksigenasi seperti oksimetri dan AGD
  • Monitor Status cairan seperti masukan dan haluaran, turgor kulit, dan CRT
  • Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
  • Pasang jalur IV jika perlu
  • Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin jika perlu
  • Jelaskan penyebab dan faktor resiko syok
  • Jelaskan tanda dan gejala awal syok
  • Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok
  • Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
  • Kolaborasi pemberian cairan IV jika perlu
  • Kolaborasi pemberian tranfusi darah jika perlu

Referensi 

  1. InformedHealth.org. 2006. Diarrhea: Overview. Cologne, Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK373090/
  2. Stefano Guandalini. 2020. Diarrhea. Med Scape. https://emedicine.medscape.com/article/928598-overview.
  3. Clveland Clinic. 2020. Diarrhea. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4108-diarrhea
  4. Jay W Marks. 2020. Diarrhea. Medicine Net. https://www.medicinenet.com/diarrhea/article.htm
  5. Jonathan Gotfried. 2020. Diarrhea. MSD Manual Professional Version. https://www.msdmanuals.com/professional/gastrointestinal-disorders/symptoms-of-gastrointestinal-disorders/diarrhea
  6. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  7. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  8. PPNI, 2019.  Standart I Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram