Widget HTML #1

Askep Asam Urat gout Sdki Slki Siki

Asam Urat atau artritis gout adalah kondisi yang sangat menyakitkan yang menyebabkan gangguan fungsional. Asam urat telah menjadi semakin kompleks karena beberapa komorbiditas, faktor iatrogenik dan hiperurisemia yang refrakter terhadap pengobatan. Dalam artikel ini, Repro Note akan merangkum mengenai konsep medik dan Askep Asam Urat menggunakan pendekatan Sdki Slki dan Siki.

Tujuan

  • Memahami definisi, penyebab, tanda gejala, dan patofisiologi penyakit asam urat atau artritis gout
  • Memahami pemeriksaan dan penatalaksanaan pasien dengan penyakit asam urat atau gout
  • Merumuskan diagnosa keperawatan pada askep asam urat atau gout dengan pendekatan Sdki
  • Merumuskan Luaran dan Kriteria hasil pada askep asam urat atau gout dengan pendekatan Slki
  • Melaksanakan intervensi keperawatan pada askep asam urat atau gout dengan pendekatan Siki
Askep Asam Urat atau Artritis Gout Sdki Slki Siki
Image by www.scientificanimations.com/ on wikimedia.org

Konsep Medik dan Askep Asam Urat atau Gout

Definisi

Asam urat atau gout adalah bentuk radang sendi yang terjadi ketika tubuh memiliki kadar asam urat tinggi sehingga terbentuk kristal yang mengumpul di persendian, menyebabkan pembengkakan dan nyeri.

Penumpukan kristal asam urat akan menimbulkan peradangan pada sendi yang terkena. Biasanya kondisi ini akan menyerang pada satu sendi namun bisa juga mempengaruhi banyak sendi sekaligus, dimana kondisi ini di kenal sebagai asam urat poliatikular.

Gangguan metabolisme pada penyakit asam urat atau artritis gout ditandai dengan hiperurisemia dan pengendapan kristal monosodium urat (MSU) dan inflamasi di area sinovial serta jaringan lain, disertai dengan rasa sakit yang luar biasa.

Artritis gout atau asam urat merupakan salah satu penyakit yang sudah dikenal lama. Pertama kali diidentifikasi oleh orang Mesir pada tahun 2640 SM.

Secara historis asam urat dikenal dengan "penyakit raja" karena dikaitkan dengan makan makanan yang terhitung mewah dan mengkonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan.

Asam urat atau artritis gout akut dipicu ketika kristal monosodium urat (MSU) terkumpul di ruang sendi. Penumpukan ini dapat terjadi sebagai akibat dari kondisi apa pun yang mengarah pada peningkatan konsentrasi serum urat.

Penyebab dan Faktor Resiko

Penyebab

Penyakit asam urat atau artritis gout disebabkan oleh terlalu banyaknya kadar asam urat dalam aliran darah sehingga terjadi akumulasi kristal urat di jaringan tubuh. Deposit kristal asam urat di sendi menyebabkan peradangan sendi yang menyebabkan rasa sakit, kemerahan, panas, dan bengkak.

Asam urat biasanya ditemukan dalam tubuh sebagai produk sampingan dari pemecahan protein tertentu yang disebut purin.

Purin juga terkandung dalam makanan tertentu seperti daging merah dan jeroan (organ dalam). Makanan laut yang kaya purin antara lain ikan teri, sarden, remis, scallop, trout, dan tuna. Minuman beralkohol terutama bir, dan minuman yang dimaniskan dengan gula buah (fruktosa) juga bisa meningkatkan kadar asam urat.

Biasanya, asam urat larut dalam darah dan dibuang oleh ginjal melalui urin. Tetapi terkadang terjadi ketidakseimbangan, dimana jumlah asam urat yang diproduksi lebih banyak daripada jumlah yang dikeluarkan melalui urin.

Ketika ini terjadi maka asam urat dapat menumpuk, membentuk kristal urat tajam seperti jarum di sendi atau jaringan di sekitarnya yang menyebabkan rasa sakit, peradangan, dan pembengkakan.

Faktor resiko

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh meliputi:

Diet

Makan makanan yang kaya protein seperti daging merah dan kerang, minum minuman manis dengan gula buah (fruktos) yang meningkatkan risiko penyakit asam urat atau gout. Konsumsi alkohol juga meningkatkan risiko asam urat.

Obesitas

Jika kelebihan berat badan atau obesitas, tubuh memproduksi lebih banyak asam urat dan ginjal lebih sulit untuk menghilangkan asam urat.

Penyakit lain

Penyakit dan kondisi tertentu meningkatkan risiko asam urat seperti hipertensi yang tidak diobati dan kondisi kronis seperti diabetes melitus, obesitas, sindrom metabolik, serta penyakit jantung dan ginjal.

Obat-obatan tertentu

Aspirin dosis rendah dan beberapa obat yang digunakan untuk mengontrol hipertensi seperti diuretik thiazide, inhibitor angiotensin Converting enzim (ACE) dan beta blocker juga dapat meningkatkan kadar asam urat. Begitu juga penggunaan obat anti alergi yang diresepkan untuk orang yang telah menjalani transplantasi organ.

Riwayat asam urat dalam keluarga

Jika salah satu anggota keluarga menderita asam urat, maka anggota keluarga yang lain memiliki resiko lebih tinggi terkena penyakit ini.

Usia dan jenis kelamin

Asam urat lebih sering terjadi pada pria, terutama karena wanita cenderung memiliki kadar asam urat yang lebih rendah. Namun, setelah menopause, kadar asam urat wanita mendekati pria. 

Pria juga lebih mungkin untuk mengembangkan asam urat lebih awal, biasanya antara usia 30 dan 50. Sedangkan wanita umumnya mengembangkan tanda dan gejala setelah menopause.

Operasi atau trauma baru-baru ini

Mengalami operasi atau trauma baru-baru ini terkadang dapat memicu serangan asam urat. Pada beberapa orang, menerima vaksinasi dapat memicu serangan asam urat.

Patofisiologi

Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah faktor kunci untuk perkembangan gout karena dapat meningkatkan nukleasi kristal monosodium urat dan pertumbuhan dengan mengurangi kelarutan urat. Asam urat dalam darah berasal dari pemecahan purin eksogen dan endogen, yang kemudian diekskresikan melalui ginjal. Kelebihan produksi atau ekskresi asam urat adalah dasar dari peningkatan kadar asam urat serum.

Respon inflamasi

Peradangan dimulai ketika makrofag memfagosit kristal monosodium urat dan memicu pembentukan dan aktivasi kompleks protein sitosol (NLRP2 inflammasome). Kompleks ini kemudian merekrut caspase-1 yang mengaktifkan pro-IL-1beta menjadi IL-1beta.

IL-1beta memainkan peran penting dalam reaksi inflamasi gout. Ini mempromosikan vasodilatasi, perekrutan monosit dan memulai, serta, memperkuat kaskade inflamasi. Sekresi IL-1beta lebih lanjut dapat menyebabkan kerusakan tulang dan kartilago. Sitokin lain, seperti TNF-1, IL-6, CXCL8, dan COX-2, juga terlibat dalam respon inflamasi.

Histopatologi

Deposisi kristal monosodium urat, di bawah mikroskop cahaya polarisasi, biasanya digambarkan sebagai kristal berbentuk batang atau jarum panjang dengan birefringence negatif. Di bawah mikroskop cahaya, tophi akan terdiri dari beberapa zona, pusat kristal, zona korona sekitarnya, dan kemudian zona fibrovaskular. Sel raksasa berinti banyak, histiosit, dan sel plasma hadir di zona korona.

Komplikasi

Komplikasi yang bisa timbul pada seseorang yang mengalami penyakit asam urat antara lain:

Asam urat berulang

Beberapa orang mungkin tidak pernah mengalami kekambuhan penyakit asam urat. Namun pada orang lain mungkin mengalami asam urat beberapa kali setiap tahun. Obat-obatan dapat membantu mencegah serangan asam urat pada orang dengan asam urat berulang. Jika tidak diobati, asam urat dapat menyebabkan erosi dan kerusakan sendi.

Asam urat tingkat lanjut

Penyakit asam urat yang tidak diobati dapat menyebabkan endapan kristal urat terbentuk di bawah kulit dalam nodul yang disebut tophi (TOE-fie). Tophi dapat berkembang di beberapa area, seperti jari, tangan, kaki, siku, atau tendon Achilles di sepanjang bagian belakang pergelangan kaki. Tophi biasanya tidak menyakitkan, tetapi bisa menjadi bengkak selama serangan asam urat.

Batu ginjal

Kristal urat dapat terkumpul di saluran kemih penderita asam urat, menyebabkan batu ginjal. Obat-obatan dapat membantu mengurangi risiko batu ginjal.

Tanda dan Gejala

Pada pasien yang mengalami serangan asam urat, Sendi yang paling sering terkena adalah sendi metatarsophalangeal pertama. Talar, subtalar, pergelangan kaki, dan lutut juga dapat terkena dalam beberapa kasus.

Meskipun nyeri sendi yang disebutkan di atas umum terjadi pada asam urat, pemeriksa harus memperhatikan sendi-sendi lain, khususnya sendi-sendi dengan osteoarthritis yang mendasarinya. Selain sendi, struktur periartikular lainnya seperti tendon dan bursa juga dapat terpengaruh.

Pasien biasanya datang dengan onset akut nyeri sendi. Rasa sakit sering tiba-tiba membangunkan pasien dari tidur atau mungkin telah berkembang secara bertahap selama beberapa jam dengan intensitas nyeri maksimum mencapai 24 jam.

Rasa sakitnya biasanya parah dan tidak responsif terhadap pengobatan rumahan biasa, bahkan menyentuh sendi bisa sangat menyakitkan. Serangan asam urat sering memicu peradangan lokal yang muncul sebagai sendi eritematosa, bengkak dan hangat. Gambaran sistemik dari peradangan sendi mungkin termasuk demam, malaise umum, dan kelelahan.

Temuan pemeriksaan fisik pada sendi yang terkena biasanya berwarna merah, bengkak, hangat, dan nyeri tekan. Pada pasien dengan asam urat atau gout kronis, flare-up mungkin melibatkan banyak sendi.

Dengan keterlibatan banyak sendi, dapat menyebabkan sindrom respon inflamasi sistemik yang dapat tampak seperti sepsis. Deposisi urat subkutan yang membentuk nodul yang dikenal dengan istilah Tofi, juga dapat ditemukan pada pasien dengan hiperurisemia persisten. Tofi biasanya terjadi pada persendian, telinga, bantalan jari, tendon, dan bursa.

Pemeriksaan Diagnostik

Analisis Cairan Sinovial

Identifikasi kristal monosodium urat tetap menjadi gold standar untuk diagnosis asam urat atau gout. Cairan sinovial selama serangan asam urat biasanya berwarna kuning dan tampak lebih keruh.

Cairan sinovial ini mengandung kristal dan sel darah putih. Pada pasien dengan septic arthritis, cairan sinovial akan lebih buram dengan penampilan kuning-hijau.

Di bawah pemeriksaan mikroskopis, cairan sinovial untuk artritis septik akan memiliki jumlah sel darah putih yang lebih tinggi (lebih dari 50000/ml) dibandingkan dengan asam urat, dan pewarnaan gram positif. Selain itu, kultur akan positif untuk bakteri dan negatif untuk kristal.

Cairan sinovial atau analisis aspirasi tophus di bawah mikroskop polarisasi mengungkapkan kristal birefringent negatif berbentuk jarum. Arthrocentesis juga diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menyingkirkan reumatoid artritis dan artritis septik lainnya, penyakit Lyme, atau pseudogout (kalsium pirofosfat).

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan biasanya mengungkapkan peningkatan jumlah sel darah putih, tingkat sedimentasi eritrosit (ESR), dan protein C-reaktif (CRP) selama serangan gout tetapi fitur ini tidak spesifik dan tidak mengkonfirmasi diagnosis.

Selama serangan asam urat atau gout akut, serum urat mungkin juga dalam kisaran normal. Dokter harus mengulangi kadar asam urat serum pada pasien dengan diagnosis gout yang tidak pasti setelah resolusi flare-up.

Hiperurisemia sangat membantu dalam diagnosis klinis gout pada pasien yang bergejala, tetapi hiperurisemia saja secara definitif mengkonfirmasi diagnosis. Hiperurisemia asimtomatik tidak jarang terjadi pada populasi umum. Konsentrasi urat serum yang terus-menerus rendah membuat diagnosis gout lebih kecil kemungkinannya.

Ekskresi fraksional asam urat urin dapat diukur, terutama pada populasi muda dengan penyebab hiperurisemia yang tidak spesifik. Ini akan membantu untuk membedakan antara kelebihan atau kekurangan ekskresi asam urat dan dapat bertindak sebagai panduan untuk terapi.

Pencitraan

Meskipun tidak digunakan secara rutin, ultrasonografi dan CT energi ganda (DECT) dapat membantu dalam diagnosis gout. Deposisi monosodium urat akan terlihat pada USG sebagai peningkatan hyperechoic di atas tulang rawan, juga dikenal sebagai tanda kontur ganda. DECT dapat mengidentifikasi urat karena redaman sinar setelah terpapar dua spektrum sinar-X yang berbeda.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dan pengobatan asam urat didasarkan pada tujuan pengobatan. Selama flare akut, tujuannya semata-mata untuk mengurangi peradangan dan gejala. Tujuan jangka panjang adalah untuk mengurangi kadar urat serum untuk mencapai penekanan flare-up dan regresi tophi.

Flare Akut

Manajemen flare akut bertujuan untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit yang dihasilkan. Dokter memulai pengobatan dalam 24 jam pertama dari onset untuk mengurangi keparahan dan durasi flare-up.

Manajemen nonfarmakologis seperti istirahat dengan penggunaan kompres es topikal dapat dikombinasikan dengan obat-obatan yang mengurangi peradangan. Pengobatan lini pertama untuk serangan gout adalah NSAID, colchicine, atau glukokortikoid sistemik. Lamanya perawatan harus setidaknya 7 sampai 10 hari untuk mencegah kekambuhan.

Dosis tinggi NSAID kerja cepat seperti naproxen atau diklofenak adalah pilihan. Indometasin tidak disukai karena profil toksisitasnya.

Colchicine telah terbukti mengurangi rasa sakit lebih dari 50% dalam uji coba kontrol acak pada 24 jam bila dibandingkan dengan plasebo. FDA merekomendasikan dosis awal 1,2 mg, diikuti oleh 0,6 mg satu jam kemudian.

Dosis profilaksis (0,6 mg sekali atau dua kali sehari) harus diberikan dua belas jam setelah dosis terakhir. Pada populasi yang lebih tua, pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD) dan/atau gangguan hati, memerlukan pengurangan dosis.

Pasien yang mendapatkan resep kolkisin yang menggunakan obat lain yang mempengaruhi sitokrom P450 (CYP) 3A4 dan P-glikoprotein mungkin perlu menghentikan atau memodifikasi rejimen pengobatan mereka karena peningkatan risiko toksisitas kolkisin. Efek samping colchicine termasuk gejala gastrointestinal seperti mual dan diare, myotoxicity, dan myelosupresi leukopenia, trombositopenia, dan anemia aplastik.

Glukokortikoid adalah rekomendasi pada pasien yang menderita gout tetapi memiliki kontraindikasi terhadap NSAID dan atau colchicine. Agen ini juga merupakan obat pilihan untuk pasien dengan insufisiensi ginjal.

Glukokortikoid dapat diberikan secara intra-artikular untuk serangan gout monoartikular atau secara oral untuk serangan poliartikular. Antagonis IL-1, seperti anakinra, canakinumab, dan rilonacept, efektif untuk serangan gout akut tetapi tidak memiliki persetujuan untuk penggunaan ini di Amerika Serikat.

Flare non-akut

Farmakologis

Dokter tidak boleh memulai terapi penurun urat (ULT) pada pasien dengan hiperurisemia asimtomatik atau asam urat dengan serangan yang jarang (1 flare/tahun). Menurut American College of Rheumatology (ACR) 2012, Pedoman untuk memulai ULT meliputi:

  • Flare yang sering (lebih dari atau sama dengan dua kali per tahun)
  • Gagal ginjal kronis stadium 2 atau lebih
  • Diagnosis Tophus pada pemeriksaan fisik atau pencitraan
  • Riwayat Batu ginjal atau Urolitiasis sebelumnya.

Terapi penurun urat dimulai dengan dosis rendah untuk memantau efek samping dan respons terhadap pengobatan. Dosis titrasi setiap 2 sampai 6 minggu untuk mencapai kadar urat serum kurang dari 6 mg/dl atau 5 mg/dl pada pasien dengan tofi.

Selama inisiasi ULT, terdapat peningkatan risiko serangan asam urat, sehingga profilaksis kolkisin direkomendasikan selama 3 bulan setelah mencapai tujuan serum urat pada pasien tanpa tofi atau 6 bulan dengan tofi untuk mengurangi risiko serangan.

ULT dapat dikategorikan menjadi tiga kelas berdasarkan mekanismenya yaitu:

a. Xanthine oxidase inhibitors (XOI)

XOI bekerja dengan cara menghambat sintesis asam urat. Golongan ini termasuk allopurinol dan febuxostat. Allopurinol adalah ULT farmakologis lini pertama yang direkomendasikan pada asam urat atau gout.

Dokter harus memantau enzim hati, ginjal, dan jumlah darah secara teratur. Efek samping dari allopurinol dapat berkisar dari ruam kulit hingga hipersensitivitas allopurinol berat yang mengancam jiwa terutama pada pasien positif HLA-B*5801.

b. Urikosurik

Agen urikosurik bekerja dengan meningkatkan pembersihan urat ginjal. Agen ini tidak efektif sebagai monoterapi pada pasien dengan bersihan kreatinin rendah (kurang dari 30 ml/menit) dan dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat nefrolitiasis.

Obat-obatan dalam kelas ini termasuk probenesid dan lesinurad. Probenecid adalah satu-satunya agen yang disetujui untuk digunakan sebagai monoterapi.

Uricase hanya disediakan untuk pasien gout refrakter. Uricase bekerja dengan mengubah asam urat menjadi allantoin yang larut. Pegloticase dan Rasburicase adalah agen uricase yang disetujui untuk mengobati hiperurisemia.

Pasien harus berhenti menggunakan agen ULT lainnya saat memulai terapi ini karena mereka dapat mengembangkan antibodi terhadap uricase yang hanya dapat dideteksi dengan memantau kadar urat serum tanpa dipengaruhi oleh terapi lain. Kelas obat ini juga dikontraindikasikan pada orang dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD). karenanya, pengobatan potensial memerlukan skrining untuk enzim ini sebelum memulai terapi.

c. Interleukin-1 (IL-1) inhibitor

Interleukin (IL)-1 memainkan peran penting dalam peradangan pada asam urat. Agen yang memblokir interleukin ini, seperti anakinra dan canakinumab memiliki peran penting, terutama selama serangan asam urat. Masih ada studi yang sedang berlangsung untuk kelas ini. Oleh karena itu, agen ini belum memiliki persetujuan untuk serangan asam urat di Amerika Serikat.

Nonfarmakologis

Pasien dengan asam urat didorong untuk mengubah gaya hidup mereka untuk mencegah serangan di masa depan.

Rekomendasi diet termasuk mengurangi konsumsi alkohol, membatasi makanan kaya purin seperti daging, makanan laut, sirup jagung fruktosa tinggi, dan minuman ringan manis serta mengganti produk susu rendah lemak atau non-lemak untuk rekan kandungan lemaknya yang lebih tinggi.

Penurunan berat badan dan hidrasi yang memadai juga akan membantu mengurangi frekuensi serangan asam urat.

Asuhan Keperawatan (Askep) Asam Urat atau Gout Sdki Slki Siki

Pada Askep asam  urat atau artritis gout, beberapa diagnosa keperawatan yang sering muncul, beserta luaran dan intervensi keperawatan yang bisa diberikan antara lain:

1. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera fisiologis - Inflamasi (D.0077)

Luaran: Tingkat Nyeri menurun (L.08066)

  • Keluhan nyeri menurun
  • Meringis, sikap protektif, dan gelisah menurun
  • Kesulitan tidur menurun
  • Anoreksia menurun
  • Mual muntah menurun
  • Frekuensi nadi dan tekanan darah membaik
  • Nafsu makan dan pola tidur membaik

Intervensi: Manajemen Nyeri (I. 08238)

  • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
  • Identifikasi skala nyeri
  • Identifikasi respon nyeri non verbal
  • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
  • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
  • Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
  • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
  • Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
  • Monitor efek samping penggunaan analgetik
  • Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
  • Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
  • Fasilitasi istirahat dan tidur
  • Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
  • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
  • Jelaskan strategi meredakan nyeri
  • Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
  • Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
  • Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
  • Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Nyeri kronis b/d kondisi muskuloskeletal kronis (D.0078)

Luaran: Tingkat Nyeri menurun (L.08066)

  • Keluhan nyeri menurun
  • Merigis menurun
  • Sikap protektif menurun
  • Gelisah dan kesulitan tidur menurun
  • Anoreksia, mual, muntah menurun
  • Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun
  • Pola napas dan tekanan darah membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Manajemen Nyeri (I.08238)

  • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
  • Identifikasi skala nyeri
  • Identifikasi respon nyeri non verbal
  • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
  • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
  • Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
  • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
  • Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
  • Monitor efek samping penggunaan analgetik
  • Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
  • Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
  • Fasilitasi istirahat dan tidur
  • Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
  • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
  • Jelaskan strategi meredakan nyeri
  • Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
  • Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
  • Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
  • Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Perawatan Kenyamanan (I.08245)

  • Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan
  • Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
  • Identifikasi masalah emosional dan spiritual
  • Berikan posiis yang nyaman
  • Berikan kompres dingin atau hangat
  • Ciptakan lingkungan yang nyaman
  • Berikan pemijatan
  • Berikan terapi akupresur
  • Berikan terapi hipnotis
  • Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi
  • Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi
  • Jelaskna mnegenai kondisi dan pilihan terapi/ pengobatan
  • Ajarkan terapi relaksasi
  • Ajarkan latihan pernafasan
  • Ajarkan tehnik distraksi dan imajinasi terbimbing
  • Kolaborsi pemberian analgesic, antipruritis, anthihistamin, jika perlu

3. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri dan kekakuan sendi (D.0054)

Luaran: Mobilitas Fisik meningkat (L.05042)

  • Pergerakan ekstremitas meningkat
  • Kekuatan Otot Meningkat
  • Rentang Gerak (ROM) meningkat
  • Gerakan tidak terkoordinasi menurun
  • Gerakan Terbatas menurun
  • Kelemahan Fisik Menurun

Intervensi: Dukungan Ambulasi (I.06171)

  • Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
  • Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
  • Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
  • Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
  • Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu Seperti tongkat, dan kruk.
  • Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
  • Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
  • Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
  • Anjurkan melakukan ambulasi dini
  • Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan Seperti berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, sesuai toleransi.

4. Defisit perawatan diri b/d Gangguan Muskuluskletal (D.0109)

Luaran: Perawatan Diri Meningkat (L.11103)

  • Kemampuan mandi meningkat
  • Kemampuan menggunakan pakaian meningkat
  • Kemampuan makan meningkat
  • Kemampuan ke toilet (BAB/BAK Meningkat)
  • Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
  • Minat melakukan perawatan diri meningkat
  • Mempertahankan kebersihan diri meningat

Intervensi : Dukungan Perawatan Diri (I.11348)

  • Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
  • Monitor tingkat kemandirian
  • Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
  • Sediakan lingkungan yang teraupetik
  • Siapkan keperluan pribadi
  • Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
  • Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
  • Jadwalkan rutinitas perawatan diri
  • Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

Referensi:

  1. Fang, Z. H., & Waizy, H. (2013). Current concepts in the treatment of gouty arthritis. Orthopaedic surgery, 5(1), 6–12. https://doi.org/10.1111/os.12024
  2. Fenando A, Rednam M, Widrich J. 2021. Gout. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546606/
  3. Catherin B.D. 2021. Gout. Medicine Net. https://www.medicinenet.com/ gout_gouty_arthritis/ article.htm
  4. Mayo Clinic. 2021. Gout. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gout/symptoms-causes/syc-20372897
  5. CDC. 2020. Arthritis Gout. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/arthritis/basics/gout.html
  6. Margaret Perry. 2019. Managing Patiens’ Diagnoses With Gout In Primary Care Settings. Independent Nurse.
  7. PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  8. PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  9. PPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram