Widget HTML #1

Mengenal Pendarahan Otak - Jenis, Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Rehabilitasi

Pendarahan otak  adalah perdarahan didalam jaringan otak dan tengkorak. Kondisi ini biasanya merupakan  keadaan darurat medis dan dapat mengancam nyawa. Pendarahan otak dapat terjadi akibat dari cedera otak traumatik, tumor otak, pecahnya pembuluh darah di otak atau stroke, atau kondisi kesehatan lainnya.

Pendarahan otak dapat mengurangi suplai oksigen ke jaringan otak, menyebabkan peningatan tekanan dan bisa merusak sel-sel otak.  Pendarahan otak dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti kelemahan tubuh, kehilangan kesadaran, kejang, dan bahkan kematian.

Pendarahan otak dapat menyerang anak-anak atau orang dewasa, dimana perburukan gejala dapat terjadi dengan cepat. Hal yang perlu diperhatikan pada pendarahan otak adalah tingkat kerusakan yang timbul sangat tergantung pada kecepatan penanganannya. Semakin cepat ditangani maka resiko kerusakan sel otak akan semakin sedikit jumlahnya.  

Mengenal Pendarahan Otak - Jenis, Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Rehabilitasi
Image by https://www.myupchar.com/en on Wikimedia.org

Penyebab Pendarahan Otak

Semua pembuluh darah bisa pecah dan menyebabkan pendarahan, termasuk di dalam jaringan otak dan tengkorak. Beberapa jenis penyebab pendarahan di otak antara lain:

a. Trauma kepala

Semua jenis trauma kepala, seperti yang disebabkan oleh jatuh, kecelakaan mobil, cedera olahraga, atau penyerangan, dapat menyebabkan pendarahan di otak. 

Area perdarahan yang paling umum pada trauma kepala adalah area antara tengkorak dan membran meninges, kondisi ini dikenal sebagai hematoma subdural. Pada pasien trauma kepala juga terjadi peningkatan resiko kejadian stroke.

b. Konversi hemoragik

Stroke adalah kerusakan otak yang disebabkan oleh gangguan aliran darah di otak. Stroke iskemik, yang ditandai dengan tersumbatnya aliran darah sehingga suplai darah ke otak terganggu, terkadang dapat memicu stroke hemoragik jika cukup parah dan berkepanjangan. 

Prosesnya disebut konversi hemoragik, biasanya berkembang setelah penyumbatan pembuluh darah kemudian menyebabkannya pecah. Pendarahan otak akibat pecahnya pembuluh oleh tekanan darah yang tinggi bisa juga terjadi. 

c. Aneurisma

Aneurisma otak bisa pecah akibat hipertensi maligna dan karena melemahnya pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan pendarahan subarachnoid, perdarahan yang terjadi di bawah meningen. 

Perdarahan subarachnoid biasanya menyebabkan sakit kepala parah dan kehilangan kesadaran, yang menyebabkan kematian pada 20-50 persen kasus.

d. Tumor otak

Tumor otak biasanya akan memicu perdarahan di area sel otak sekitarnya. Hal ini dikarenakan peningkatan tekanan intrakranial dan penipisan pembuluuh darah kapiler sehingga meningkatkan resiko pecah dan berdarah.

e. Pendarahan spontan

Insiden pendarahan otak spontan sangat jarang terjadi. Gejala yang timbul pada pendarahan otak spontan  biasanya mirip dengan stroke, mempengaruhi korteks serebral. Suatu kondisi yang disebut sebagai angiopati amiloid dapat dipicu oleh penggunaan pengencer darah atau gangguan perdarahan.

Faktor risiko

Ada beberapa faktor risiko terjadinya pendarahan otak, antara lain:

  • Penggunaan narkoba seperti penyalahgunaan metamfetamin atau kokain
  • Gangguan perdarahan
  • Obat pengencer darah atau yang mengganggu proses pembekuan.
  • Usia di atas 75 tahun lebih rentan terhadap pendarahan otak karena perubahan terkait penuaan, seperti peningkatan kerapuhan pembuluh darah, aterosklerosis,  dan gangguan pembekuan darah.

Gejala

Gejala pendarahan otak antara lain:

  • Sakit leher atau punggung
  • Leher kaku
  • Perubahan Pengelihatan
  • Fotofobia 
  • Kelemahan pada salah satu sisi wajah atau badan
  • Bicara cadel
  • Kelesuan
  • Kebingungan
  • Perubahan perilaku
  • Kejang
  • Jatuh Pingsan atau tiba-tiba kehilangan kesadaran

Jenis Pendarahan Otak

Otak memiliki tiga lapisan membran  yang terletak di antara tulang tengkorak dan jaringan otak yaitu  dura mater, arachnoid, dan pia mater. Pada ketiga lapisan ini, pendarahan bisa terjadi di area mana saja.

  • Pendarahan epidural: Pendarahan epidural merupakan perdarahan yang terjadi di ruang epidural, bisa bersumber dari pecahnya arteri atau vena.
  • Pendarahan subdural: Adalah terjadinya perdarahan dan pengumpulan darah yang abnormal dibawah duramater.
  • Pendarahan subarachnoid: Pendarahan subarachnoid adalah pendarahan di ruang antara otak dan membran di sekitarnya atau ruang subarachnoid. 
Pendarahan di dalam jaringan otak
  • Perdarahan intraserebral: Adalah pendarahan yang terjadi dalam jaringan otak termasuk pada batang otak. Pendarahan bisa terjadi pada otak kecil, lobus, atau bagian mana saja di jaringan otak.
  • Perdarahan intraventrikular: Pendarahan intraventrikular adalah perdarahan di dalam atau di sekitar ventrikel di otak. Ventrikel adalah ruang di otak yang berisi cairan tulang belakang serebral. 

Komplikasi

Pendarahan otak dapat menyebabkan kerusakan permanen pada daerah otak yang terkena. Hal ini dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen pada bagian tubuh, cacat kognitif atau kesulitan berpikir, kejang berulang, dan ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri secara mandiri.

Pendarahan parah dapat menyebabkan edema atau pembengkakan otak berkembang. Terkadang, kombinasi perdarahan dan edema dapat menyebabkan kompresi otak, yang selanjutnya akan menambah kerusakan otak. 

Dalam beberapa kasus, bisa terjadi pergeseran garis tengah otak, dimana kondisi ini adalah situasi berbahaya yang juga menyebabkan kompresi pada otak.

Diagnosa

Diagnosis Pendarahan otak  biasanya dibuat berdasarkan hasil:

  • Evaluasi Riwayat, tanda gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
  • Computed tomography (CT) scan 
  • Magnetic resonance imaging (MRI) 
  • Magnetic resonance angiogram (MRA) 
Tes lain bisa dilakukan antara lain:
  • Elektroensefalogram, rontgen dada, dan atau urinalisis.
  • Pemeriksaan darah lengkap.
  • Pungsi lumbal atau Spinal tap untuk memeriksa cairan serebrospinal yang mengelilingi otak.
  • Angiografi konvensional dalam kasus tertentu dapat dilakukan untuk mengidentifikasi aneurisma atau malformasi arteriovenosa.


Manajemen dan Penatalaksanaan Pendarahan Otak

Semua jenis pendarahan otak adalah keadaan darurat medis. Jika  memiliki gejala yang mungkin mengindikasikan pendarahan otak, segera bawa ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat secepat mungkin untuk mendapatkan penanganan segera.

Pasien dengan pendarahan otak harus dipantau dengan sangat ketat. Perawatan awal antara lain menstabilkan tekanan darah dan pernapasan untuk memastikan bahwa oksigen yang cukup disuplai ke otak dan organ lainnya. 

Akses intravena diperlukan agar cairan dan obat dapat diberikan kepada pasien, terutama jika orang tersebut tidak sadar. Terkadang pemantauan khusus seperti irama jantung, kadar oksigen darah, atau tekanan intrakranial diperlukan.

Setelah pasien stabil, barulah dilakukan penentuan cara mengatasi pendarahan tersebut, termasuk jika diperlukan tindakan operasi. Tindakan yang dilakukan juga tergantung pada area otak dan ukuran pendarahan yang terjadi. Tidak semua orang dengan pendarahan otak perlu menjalani operasi.

Beberapa jenis obat digunakan untuk membantu mengurangi pembengkakan di sekitar area perdarahan, untuk menjaga tekanan darah pada tingkat yang optimal, dan untuk mencegah kejang. Jika pasien sadar, obat pereda nyeri mungkin diperlukan.

Tindakan Pembedahan mungkin diperlukan pada pasien pendarahan otak dengan kondisi:

  • Memerlukan dekompresi untuk mengurangi tekanan intrakranial segera dan menghilangkan darah yang terkumpul pada bagian otak tertentu. Dekompresi dapat dilakukan melalui prosedur pembuatan lubang di tulang tengkorak untuk drainase,  prosedur kraniektomi atau pengangkatan sebagian tengkorak untuk memungkinkan otak yang bengkak berkembang, atau kraniotomi atau pembukaan rongga tengkorak .
  • Aneurisma serebral yang belum pecah mungkin memerlukan kliping aneurisma melalui prosedur bedah kraniotomi, atau prosedur jenis angiografi untuk mencegah ruptur di masa depan.
  • Malformasi arteriovenosa (AVM) yang belum pecah diobati dengan pengangkatan langsung AVM melalui pembedahan, dipandu komputer untuk menutup pembuluh abnormal dan  memblokir aliran darah ke AVM.
  • Beberapa pendarahan otak tidak memerlukan pembedahan. Keputusan tergantung pada ukuran, penyebab, lokasi perdarahan dan faktor lainnya.
  • Penatalaksanaan lain yang mungkin diberikan antara lain:
  • Obat anti kecemasan  
  • Obat untuk mengontrol tekanan darah.
  • Obat anti epilepsi untuk mengontrol kejang.
  • Obat lain yang diperlukan untuk mengendalikan gejala lain, seperti obat penghilang rasa sakit untuk sakit kepala parah dan pelunak tinja untuk mencegah sembelit dan mengejan saat buang air besar.
  • Nutrisi dan cairan sesuai kebutuhan. Ini dapat diberikan melalui vena (intravena), atau selang makanan terutama jika pasien mengalami kesulitan menelan.

Rehabilitasi dan Perawatan Jangka Panjang

Tujuan perawatan dan rehabilitasi jangka panjang adalah untuk membantu pasien mendapatkan kembali fungsi yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari secara maksimal dan secepat mungkin. Selain itu tujuan rehabilitasi dan perawatan jangka panjang  untuk mencegah pendarahan otak di masa depan. 

Perawatan dan rehabilitasi jangka panjang untuk pasien pendarahan otak antara lain:

  • Terapi fisik.
  • Terapi wicara atau bentuk komunikasi alternatif.
  • Mengurangi resiko pendarahan ulang dengan modifikasi gaya hidup 

Selain merusak sel-sel otak, pendarahan juga mengurangi kemampuan transmisi dan komunikasi sel-sel saraf dengan bagian tubuh dan fungsi yang mereka kendalikan. Hal inilah yang menyebabkan hilangnya memori, gangguan bicara atau gangguan  gerakan di daerah yang terkena.

Faktor lain yang berpengaruh dalam pemulihan jangka panjang adalah lokasi pendarahan, tingkat kerusakan, usia saat terkena pendarahan otak, serta kondisi kesehatan secara keseluruhan. 

Beberapa pengaruh jangka panjang yang bisa timbul akibat pendarahan otak antara lain:

  • Ketidakmampuan untuk menggerakkan bagian tubuh .
  • Kelemahan pada bagian tubuh.
  • Penurunan sensorik dan Mati Rasa
  • Kesulitan menelan.
  • Kehilangan penglihatan.
  • Kesulitan berkomunikasi dan memahami kata-kata.
  • Kebingungan, kehilangan ingatan atau penilaian yang buruk.
  • Perubahan kepribadian atau masalah emosional.
  • Kejang.
  • Sakit kepala.

Namun, seiring waktu dan dengan upaya rehabilitasi  seperti terapi fisik, okupasi, dan wicara seperti yang di sebutkan diatas, potensi untuk mengembalikan fungsi yang hilang ini bukanlah hal yang mustahil. 

Mengurangi Resiko Pendarahan Otak

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko pendarahan otak antara lain:

  • Kontrol tekanan darah.
  • Menurunkan kadar kolesterol.
  • Menurunkan berat badan berlebih atau cegah obesitas.
  • Batasi alkohol dan berhenti merokok.
  • Makan makanan yang sehat.
  • Olahraga secara  teratur.
  • Pada penderita diabetes dilakukan pengontrolan gula darah secara teratur 


Referensi :

  1. Eva Hvingelby. 2021. What Is a Brain Bleed ?. Verywell Health. https://www.verywellhealth.com/a-subdural-hematoma-is-bleed-into-the-brain-1720023
  2. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14480-brain-bleed-hemorrhage-intracranial-hemorrhage
  3. Suzanne Wright. 2020. https://www.webmd.com/brain/brain-hemorrhage-bleeding-causes-symptoms-treatments
  4. Adam Felman. 2019. https://www.medicalnewstoday.com/articles/317080
  5. Elea Carey. 2018. Intracranial Hemorrhage. Health Line.
  6. Devika Rajashekar & John W Liang. 2021. Intracerebral Hemorrhage. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553103/

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram