Widget HTML #1

Askep Low Back Pain (LBP) Sdki Slki Siki

Low back pain (LBP) adalah rasa nyeri atau sakit yang terjadi di bagian bawah punggung, tepatnya di bawah tulang belakang. Nyeri ini bisa terjadi secara mendadak atau muncul secara perlahan. Rasa sakit bisa bervariasi dari ringan hingga parah dan dapat menjalar ke bagian belakang atau kaki. Pada Tulisan ini Repro Note akan merangkum mengenai konsep penyakit dan Askep LBP menggunakan pendekatan Sdki Slki dan Siki.

Askep Low Back Pain (LBP) Sdki
Image by Injurymap on wikimedia.org

Konsep Medik dan Askep LBP

Pendahuluan

Punggung bawah menanggung beban terbesar ketika manusia melakukan berbagai gerakan dan bertindak sebagai poros pusat tubuh selama gerakan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal struktur punggung bawah belum beradaptasi sempurna untuk hidup di posisi tegak.  

Sejarah manusia berjalan dengan dua kaki hanya sekitar 5 juta tahun, hanya 1/30 dari sekitar 150 juta tahun sejarah evolusi mamalia,. Untuk mengatasi situasi ini, rahim yang mengandung janin yang berat selama kehamilan terletak dekat dengan pusat gravitasi tubuh dan menekan tulang belakang lumbar untuk mengurangi beban.

Sedikit penyesuaian telah dilakukan agar punggung bagian bawah dapat memenuhi perannya sebagai poros tubuh, seperti melengkung ke depan dan condong ke tengah batang tubuh untuk menopang bagian atas tubuh.

Low back pain bisa terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh orang-orang yang berusia di atas 40 tahun. Diagnosis dan pengobatan yang tepat dari penyebab dasar LBP sangat penting untuk mempertahankan kualitas hidup pasien yang mengalaminya. 

Epidemiologi

Low back pain atau LBP merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang paling sering dialami oleh orang di seluruh dunia. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Lancet pada tahun 2018, low back pain merupakan penyebab utama kecacatan di seluruh dunia, menyebabkan hampir 10% dari seluruh kecacatan di dunia.

Studi tersebut juga menyatakan bahwa prevalensi low back pain di seluruh dunia meningkat sebesar 54% dari tahun 1990 hingga tahun 2018. Secara khusus, studi tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 540 juta orang di seluruh dunia menderita low back pain.

Low back pain juga merupakan salah satu penyebab utama kehilangan produktivitas di tempat kerja. Menurut data yang dikumpulkan oleh International Association for the Study of Pain, low back pain menyebabkan kehilangan produktivitas sebesar 264 juta hari kerja per tahun di seluruh dunia.

Sebuah laporan tentang kejadian Low back pain (LBP) pada karyawan konstruksi berdasarkan survei terhadap 18.535 pekerja dengan usia rata-rata: 39 tahun dan 7.675 pekerja kantor usia rata-rata 39 tahun mengungkapkan angka 30,1 % pada pekerja konstruksi dan 31,3% pada pekerja administrasi mengalami LBP. 

Meskipun mempengaruhi sejumlah besar orang, kejadian LBP meningkat lebih tinggi seiring bertambahnya usia, sekitar 43% pekerja konstruksi berusia 55-59 tahun mengeluhkan nyeri punggung bawah. 

Penyebab

Low back pain (LBP) terjadi sebagai akibat dari berbagai penyebab dan kondisi patologis dan terkadang sulit didiagnosis. Beberapa penyebab LBP secara umum antara lain: 

Trauma

LBP akut bisa terjadi saat terpapar kekuatan eksternal yang signifikan seperti tabrakan dengan seseorang atau saat mengangkat benda berat yang merusak otot dan fasia. Sedangkan herniasi diskus intervertebralis lumbar terjadi saat diskus intervertebralis kolaps dan terkompresi. 

Cedera Saraf anterior dan fraktur vertebra traumatis terjadi ketika bagian vertebra terkompresi akibat jatuh, dan lain lain.  Nyeri punggung bawah otot kronis berkembang ketika penggunaan otot dilakukan berulang kali namun vertebra rapuh karena osteoporosis.

Peradangan

Spondilitis tuberkulosa atau spondilitis purulen berkembang ketika basil tuberkel atau bakteri piogenik menyebabkan kerapuhan tulang vertebra atau diskus intervertebralis. Jenis penyakit lain yang menjadi penyebab LBP karena peradangan adalah ankylosing spondylitis.

Tumor

Tumor ganas seperti kanker paru-paru, kanker usus, kanker payudara, kanker prostat, dan lainnya terkadang bermetastasis ke tulang belakang lumbal. Metastasis ke tulang belakang lumbar adalah salah satu gambaran patologis multiple myeloma

Tumor seperti neuroma atau angioma berkembang di korda lumbal atau tulang belakang lumbal menimbulkan nyeri punggung bawah yang intens.

Proses Penuaan

Seiring bertambahnya usia biasanya insiden nyeri punggung bawah akan meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan oleh perkembangan lesi yang terkait dengan degenerasi tulang belakang lumbar dan jaringan di sekitarnya. 

Degenerasi mengarah pada perkembangan spondylosis deformans, degenerasi diskus intervertebralis lumbal, nyeri punggung bawah artikular intervertebral, spondylolisthesis non-spondilolitik lumbal, hyperostosis tulang belakang ankylosing, dan stenosis tulang belakang lumbal.

Penyebab Lain

Selain penyakit yang timbul pada struktur yang menyusun punggung bagian bawah dan merupakan poros tubuh, nyeri yang timbul dari penyakit organ intra-abdomen seperti hati, kandung empedu, dan pankreas, serta nyeri alih juga dapat menimbulkan nyeri punggung bawah atau LBP. 

Nyeri juga timbul dari organ perut bagian belakang seperti rahim, indung telur, dan kandung kemih. Adanya nyeri psikogenik yang berhubungan dengan histeria dan depresi juga dapat terjadi.

Faktor Resiko

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengalami low back pain diantaranya:

  • Usia. Risiko low back pain biasanya meningkat seiring bertambahnya usia.
  • Jenis kelamin. Pria lebih rentan terhadap low back pain dibandingkan wanita.
  • Riwayat cedera atau trauma pada tulang belakang. Orang yang pernah mengalami cedera atau trauma pada tulang belakang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami low back pain.
  • Penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, atau osteoporosis. Orang yang menderita penyakit kronis tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami low back pain.
  • Kegiatan fisik yang berat. Orang yang sering melakukan kegiatan fisik yang berat, seperti membawa beban berat atau melakukan pekerjaan fisik, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami low back pain.
  • Postur tubuh yang buruk. Orang yang sering duduk atau berdiri dalam posisi yang tidak tepat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami low back pain.
  • Stres. Orang yang sering mengalami stres memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami low back pain.
  • Genetika. Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan low back pain memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami low back pain.

Patofisiologi

Patofisiologi low back pain masih belum sepenuhnya dipahami, namun ada beberapa teori yang dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme terjadinya low back pain. Di antaranya adalah:

  • Teori biomekanikal, yang menyatakan bahwa low back pain disebabkan oleh tekanan atau beban yang tidak seimbang pada tulang belakang. Beban yang tidak seimbang ini dapat menyebabkan cedera atau kerusakan pada tulang belakang, ligamen, atau otot-otot yang ada disekitarnya, sehingga menimbulkan rasa sakit.
  • Teori neurofisiologis, yang menyatakan bahwa low back pain disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada sistem saraf yang mengendalikan tulang belakang. Kerusakan ini dapat menyebabkan terjadinya sinyal nyeri yang tidak seharusnya, sehingga menimbulkan rasa sakit di bagian bawah punggung.
  • Teori psikososial, yang menyatakan bahwa low back pain disebabkan oleh faktor-faktor psikologis dan sosial seperti stres, tekanan, atau depresi. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan timbulnya rasa sakit di bagian bawah punggung.

Secara umum, patofisiologi low back pain dapat dikatakan sebagai interaksi antara faktor-faktor biomekanikal, neurofisiologis, dan psikososial yang menyebabkan terjadinya rasa sakit di bagian bawah punggung.

Tanda Dan Gejala Low Back Pain (LBP)

Tanda dan gejala low back pain bervariasi tergantung pada penyebabnya. Beberapa tanda dan gejala yang mungkin muncul pada low back pain meliputi:

  • Nyeri di bagian bawah punggung, yang bisa bervariasi dari ringan hingga parah
  • Nyeri yang menjalar ke bagian belakang atau kaki
  • Rasa kaku di bagian bawah punggung
  • Kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas terbatas
  • Rasa sakit yang semakin parah saat melakukan aktivitas fisik
  • Rasa sakit yang membaik saat istirahat
  • Dalam beberapa kasus, low back pain juga bisa disertai gejala lain seperti demam, mual, atau muntah.

Penatalaksanaan

Karena etiologi LBP yang beragam, terdapat beberapa metode untuk mengobatinya, mencakup :

Pengobatan penyakit penyebab

Pengobatan penyakit yang mendasari penyebab nyeri diberikan prioritas pada pasien yang mengeluhkan LBP yang berasal dari organ abdomen atau posterior abdomen. 

Demikian pula pengobatan dengan obat antikanker, terapi radiasi, dan lain-lain harus dipertimbangkan pada pasien yang mengeluhkan nyeri pinggang akibat metastase tumor ke tulang belakang atau lesi tulang yang diakibatkan oleh multiple myeloma.

Pembedahan

LBP yang dianggap memiliki indikasi untuk perawatan bedah meliputi perluasan kelumpuhan saraf skiatik ke ekstremitas bawah, perkembangan gejala kompresi akar saraf, dan infeksi yang disebabkan oleh M.tuberkulosis atau bakteri lain. 

Kriteria indikasi pembedahan adalah berkurangnya mobilitas dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan kelumpuhan pada stenosis tulang belakang lumbal, serta perkembangan kelumpuhan pada hernia diskus intervertebralis lumbal. 

Jika kelumpuhan berkembang pada pasien dengan tumor sumsum tulang belakang, operasi harus segera dilakukan.

Terapi konservatif

Istirahat biasanya disarankan sebagai metode pertama untuk mengurangi nyeri pada LBP. Istirahat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membatasi aktivitas sehari-hari dan dengan mencoba istirahat lokal bagian punggung bawah dengan penggunaan korset.

Modalitas terapi fisik mencakup termoterapi dengan kompres panas, penghangat tubuh sekali pakai, dan traksi panggul dengan menerapkan gaya traksi ke tulang belakang lumbal merupakan cara terapi fisik yang efektif untuk hernia diskus intervertebralis lumbal. Termoterapi dikontraindikasikan untuk nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh peradangan atau tumor.

Terapi latihan seperti melakukan latihan relaksasi dan peregangan untuk menghilangkan ketegangan otot, melatih otot perut dan punggung bawah, serta mencoba memperkuat tulang dengan beban mekanis terukur berguna dalam mengobati nyeri punggung bawah pada LBP.

Skoliosis dan kifosis tidak dapat sepenuhnya dikoreksi dengan orthosis, tetapi memiliki keuntungan mencegah perkembangan dan menanamkan rasa aman.

Terapi obat tersedia untuk terapi kuratif dan terapi simtomatik. Konseling psikologis efektif untuk LBP kronis dan nyeri psikogenik.

Pencegahan LBP

Pencegahan LBP yang dapat dilakukan antara lain: 

  • Membiasakan posisi duduk dengan benar dan terkontrol, mengangkat kaki dengan benar dan seimbang. 
  • Berolahraga untuk memperkuat otot punggung bawah dan perut
  • Menerapkan prinsip mekanika tubuh dengan benar 
  • Tidak melakukan aktivitas yang menekan area punggung bawah
  • Istirahat selama tugas pekerjaan yang membutuhkan duduk atau membungkuk ke depan untuk waktu yang lama
  • Menjaga berat badan ideal, tidak merokok, mengikuti diet sehat dan rutin olahraga .

Asuhan Keperawatan

Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki

1. Gangguan mobilitas Fisik (SDKI D.0054)

Luaran: Mobilitas Fisik Meningkat (Slki L.05042)

  • Pergerakan ekstremitas meningkat
  • Kekuatan otot meningkat
  • Rentang gerak (ROM) meningkat

Intervensi Keperawatan: 

a. Dukungan Ambulasi (Siki I.06171)

Observasi

  • Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
  • Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
  • Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
  • Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

Terapeutik

  • Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis: tongkat, kruk)
  • Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
  • Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi

Edukasi

  • Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
  • Anjurkan melakukan ambulasi dini
  • Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis: berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

b. Dukungan mobilisasi (Siki I.05173)

Observasi

  • Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
  • Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
  • Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
  • Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik

  • Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis: pagar tempat tidur)
  • Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
  • Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi

  • Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
  • Anjurkan melakukan mobilisasi dini
  • Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis: duduk di tempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)

2. Nyeri Akut (Sdki D.0077)

Luaran: Tingkat  Nyeri menurun (Slki L.08066)

  • Keluhan nyeri menurun
  • Meringis menurun
  • Sikap protektif menurun
  • Gelisah menurun
  • Kesulitan tidur menurun
  • Frekuensi nadi membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Manajemen Nyeri (Sdki I.08238)

Observasi

  • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
  • Identifikasi skala nyeri
  • Identifikasi respon nyeri non verbal
  • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
  • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
  • Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
  • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
  • Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
  • Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

  • Berikan Teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
  • Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
  • Fasilitasi istirahat dan tidur
  • Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

  • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
  • Jelaskan strategi meredakan nyeri
  • Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
  • Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
  • Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Pemberian Analgesik (Siki I.08243))

Observasi

  • Identifikasi karakteristik nyeri (mis: pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
  • Identifikasi Riwayat alergi obat
  • Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis: narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
  • Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
  • Monitor efektivitas analgesik

Terapeutik

  • Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
  • Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
  • Tetapkan target efektivitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien
  • Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan

Edukasi

  • Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

3. Nyeri Kronis (Sdki D.0078)

Luaran: Tingkat Nyeri Menurun (Slki L.08066)

  • Keluhan nyeri menurun
  • Perasaan depresi menurun
  • Meringis menurun
  • Gelisah menurun
  • Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

Intervensi Keperawatan 

a. Manajemen Nyeri (Siki I.08238) 

b. Perawatan Kenyamanan (I.08245)

Observasi

  • Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis: mual, nyeri, gatal, sesak)
  • Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
  • Identifikasi masalah emosional dan spiritual

Terapeutik

  • Berikan posisi yang nyaman
  • Berikan kompres dingin atau hangat
  • Ciptakan lingkungan yang nyaman
  • Berikan pemijatan
  • Berikan terapi akupresur
  • Berikan terapi hipnosis
  • Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi/pengobatan
  • Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatan yang diinginkan

Edukasi

  • Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan
  • Ajarkan terapi relaksasi
  • Ajarkan Latihan pernapasan
  • Ajarkan Teknik distraksi dan imajinasi terbimbing

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian analgesik, antipruritus, antihistamin, jika perlu

c. Terapi Relaksasi (Siki I.09326)

Observasi

  • Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
  • Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
  • Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan Teknik sebelumnya
  • Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah Latihan
  • Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Terapeutik

  • Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
  • Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
  • Gunakan pakaian longgar
  • Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
  • Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau Tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi

  • Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis: musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
  • Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
  • Anjurkan mengambil posisi nyaman
  • Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
  • Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik yang dipilih
  • Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi (mis: napas dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)

4. Ansietas (Sdki D.0080)

Luaran : Tingkat Ansietas Menurun (Slki L.09093)

  • Verbalisasi kebingungan menurun
  • Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
  • Perilaku gelisah menurun
  • Perilaku tegang menurun
  • Konsentrasi membaik
  • Pola tidur membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Reduksi Ansietas (Siki I.09314)

Observasi

  • Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)
  • Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
  • Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

Terapeutik

  • Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
  • Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
  • Pahami situasi yang membuat ansietas
  • Dengarkan dengan penuh perhatian
  • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
  • Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
  • Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi

  • Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
  • Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
  • Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu
  • Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
  • Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
  • Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

b. Terapi Relaksasi (Siki I.09326)

Referensi : 

  1. Chiodo AE, Bhat SN, Van Harrison R, et al. 2020. Low Back Pain . Ann Arbor (MI): Michigan Medicine University of Michigan.
  2. Urits I et.al. 2019. Low Back Pain, a Comprehensive Review: Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment. Curr Pain Headache Mar 11;23(3):23. doi: 10.1007/s11916-019-0757-1. 
  3. Y Hayashi. 2004. Classification, Diagnosis, And Treatment Of Low Back Pain. JMAJ 47(5):227-233. 
  4. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  5. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia edisi (SIKI) 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  6. PPNI, 2019.  Standart  Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat