Widget HTML #1

Asuhan Keperawatan Spondilitis Ankilosis

Ankylosing Spondilitis atau spondilitis ankilosis adalah suatu bentuk artritis yang menyerang tulang belakang, meskipun sendi lain juga bisa terkena. Spondilitis ankilosis menyebabkan peradangan pada sendi tulang belakang (vertebra) yang dapat menyebabkan nyeri kronis dan ketidak nyaman yang parah.

Dalam kasus yang lebih parah, peradangan ini dapat menyebabkan celah bantalan melebur menjadi  tulang sehingga tulang belakang kehilangan elastisitasnya. Kondisi ini menyebabkan kesulitan dalam gerakan dan perubahan postur tubuh pasien.

Spondidlitis ankilosis juga menyebabkan peradangan, nyeri, dan kekakuan di area tubuh lain seperti bahu, piggul, tulang rusuk, tumit, dan persendian kecil tangan dan kaki.

Image by BruceBlaus on wikimedia.org

Ciri khas spondilitis ankilosis adalah keterlibatan sendi sakroiliaka selama perkembangan penyakit. Sendi sakroiliaka terletak di dasar tulang belakang, tempat tulang belang terhubung dengan panggul.

Penyebab 

Sampai saat ini penyebab pasti spondilitis ankilosis belum diketahui. Namun diduga faktor genetika memiliki peranan dalam penyakit ini. Lebih dari 90% penderita spondilitis ankilosis memilki penanda gen tertentu yang ditemukan dalam sel darah putih mereka yaitu HLA-B27.

Selain itu, beberapa faktor diduga sebagai pemicu antara lain infeksi bakteri. Para peneliti juga mengidentifikasi beberapa gen yang terkait dengan Spondilitis ankilosis seperti ERAP1, IL-12, IL-17, dan IL-23.  

Tanda dan gejala 

Perjalanan penyakit dan tanda gejala yang muncul sangat bervariasi pada tiap-tiap orang. Gejala dapat muncul pada akhir masa remaja sampai usia dewasa (usia 17-45 tahun), bisa juga muncul pada anak-anak. 

Gejala spondilitis ankilosis yang paling umum adalah keluhan nyeri dan kekakuan di punggung bawah dan bokong, yang muncul secara bertahap dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Nyeri bisa dirasakan hanya pada satu sisi atau keduanya. Nyeri biasanya bersifat tumbul dan menyebar.

Nyeri dan kekakuan biasanya akan meningkat pada pagi dan malam hari, bisa membaik dengan mandi air hangat atau olahraga ringan. 

Selain itu bisa juga muncul gejala-gejala lain seperti demam ringan, kehilangan nafsu makan, dan rasa ketidaknyamanan secara umum.

Nyeri biasanya peresisten berlangsung setidaknya selama tiga bulan atau bahkan bertahun tahun. Kekakuan dan nyeri bisa menyebab ke tulang belakang, leher, tulang rusuk tulang belikat, pinggul, paha, dan tumit.

Gejala lain yang bisa muncul adalah kelelahan. Hal ini disebabkan karena tubuh harus menegeluarkan energi untuk mengatasi peradangan sehingga menyebabkan peradangan, sehingga menyebabkan kelelahan. 

Selain itu, bisa juga muncul anemia ringan sampai sedang, yang mungkin disebabkan oleh peradangan dan memperberat timbulnya rasa lelah secara keseluruhan.

Pada sebagaian kecil individu, nyeri tidak dimulai dari punggung bawah, atau bahkan leher, tapi dari sendi perifer seperti pinggul, pergelangan kaki, siku, lutut, tumit, atau bahu. 

Diagnostik 

Diagnosis dini sangat penting untuk pasien spondilitis ankilosis. Kesulitan mendiagnosis terletak pada pembedaan gejalanya dari gejala nyeri punggung bawah akibat penyakit lainnya. Untuk membedakannya, diperlukan kombinasi uji diagnostik, pemeriksaan fisik, studi pencitraan dan tes laboratorium.

Untuk memperjelas hasil pencitraan sinar-X,  diperlukan untuk evaluasi lebih rinci menggunakan CT Scan atau MRI. Tes laboratorium diperlukan untuk mendeteksi tanda-tanda proses inflamasi. Tes darah untuk penanda gen HLA-B27 dapat membantu dan dikombinasikan dengan riwayat pemeriksaan lainnya.  

Penanganan 

  • Tidak ada penanganan andal yang bisa menghentikan perkembangan penyakit ini, sehingga penanganannya bertujuan untuk mencegah deformitas lebih jauh. 
  • Analgesik antiinflamatori seperti indomethacin dan sulfasalazine bisa diberikan untuk rnengontrol nyeri dan inflamasi. 
  • Keterlibatan pinggul yang parah biasanya membutulikan penggantian pinggul dengan pembedahan. 
  • Keterlibatan tulang belakang yang parah bisa membutuhkan osteotomi baji tulang belakang untuk memisahkan dan memposisikan vertebra kembali. 

Untuk meminimalkan deformitas, sarankan pasien: 

  • Menghindari aktivitas fisik yang menekan punggung, misalnya mengangkat benda yang berat 
  • Berdiri tegak; duduk tegak di kursi yang tinggi dan tegak; dna tidak membungkuk di atas meja 
  • Tidur dengan posisi tiarap di matras yang keras dan meletakkan bantal di bawah leher atau lutut 
  • Tidak berjalan, berdiri, duduk, dan mengemudi datam waktu lama 
  • Melakukan peregangan dan latihan bernapas dalam secara teratur, dan berenang secara teratur, jika memungkinkan 
  • Mengukur tinggi badan tiap tiga sampai empat bulan untuk mendeteksi adanya kecenderungan terjadinya kifosis 
  • Memakai penyangga berat badan 
  • Mencari konseling vokasional jika pekerjaan pasien menuntut ia harus berdiri dan duduk dalam waktu lama di belakang meja 
  • Menghubungi Yayasan Artritis lokal untuk mendapatkan dukungan kelompok 

Intervensi Asuhan Keperawatan 

  • Spondilitis ankilosis bisa sangat menyakitkan dan melumpuhkan, sehingga tanggung jawab utama dari perawat adalah menambah kenyamanan pasien dan membantu mobilitasnya sesering mungkin. Ingat bahwa ROM-nya yang terbatas akan membuat kegiatan yang sederhana menjadi sulit. Berikan dukungan dan keyakinan. 
  • Kompreskan panas lokal dan beri pijatan untuk meringankan nyeri. Seringkali kajilah mobilitas dan tingkat ketidaknyamanan.
  • Bila perlu, ajari dan bantu pasien melakukan lanhan sehari-hari untuk inembantunya mempertahankan kekuatan dan fungsi tubuhnya. Tekankan pentingnya menjaga postur tubuh yang baik
  • Jika penanganan melibatkan pembedahan, lakukan perawatan postoperatif. 


Referensi:

  1. Spondilitis Association of America. Overview of Ankylosing Spondylitis  https://spondylitis.org
  2. Theodore. R. Fields.Ankylosing Spondylitis: An Overview. https://www.hss.edu
  3. Nursing. Seri Untuk Keunggulan Klinis (2011). Menafsirkan Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta: PT Indeks
Marthilda Suprayitna, Ners., M.Kep
Marthilda Suprayitna, Ners., M.Kep Praktisi dan Dosen Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram