Widget HTML #1

Asuhan Keperawatan Pneumonia Pneumocytis Carinii - Intervensi

Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) berkaitan dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan kondisi gangguan imun lain, termasuk transplantasi organ, leukemia, dan limfoma dan merupakan infeksi oportunistik. P. carinii merupakan bagian dari flora normal pada orang sehat dan menjadi patogen agresif pada pasien yang mengalami gangguan imun. 

Imunitas sel-termediasi (sel-T) yang rusak diduga lebih penting daripada imunitas humoral (sel-B) yang rusak dalam membuat pasien lebih mudah mengalami PCP. Akan tetapi, kelainan imun yang terlibat sangatlah tidak dipahami. Organisme menyerang paru-paru secara bilateral dan menggandakan diri secara ekstraselular. 

Saat infestasi tumbuh, alveoli terisi oleh oerganisme dan eksudat, sehingga mengganggu pergantian gas. Alveoli akan mengalami hipertrofi dan semakin menebal, sehingga akhirnya menyebabkan konsolidasi ekstensif. PCP menyerang sampai 90% penderita infeksi HIV di Amerika Serikat di beberapa titik dalam hidup mereka dan merupakan penyebab utama kematian pada pasien tersebut.

Asuhan Keperawatan Pneumonia Pneumocytis Carinii
Foto by Pulminary Pathology on wikimedia.org

Penyebab 

Infeksi P. carinii 

Tanda dan gejala 

  • Penggunaan otot asesori untuk bernapas 
  • Anoreksia 
  • Dedas 
  • Sianosis 
  • Bunyi napas melemah (dalam pneumonia tingkat atas)
  • Dispnea 
  • Letih tergeneralisasi 
  • Kondisi gangguan imun (misalnya infeksi HIV, leukemia, atau Iimfoma) atau prosedur (misalnya transplantasi organ) 
  • Sesak napas yang semakin parah 
  • Demam tingkat-rendah dan intermiten 
  • Takipnea 
  • Berat badan turun 

Uji diagnostik 

  • Studi histologis memastikan P. carinii Penderita infeksi HIV mungkin cukup membutuhkan pemeriksaan awal terhadap spesimen sputum di pagi pertama (yang dipicu dengan menghirup kabut yang mengandung garam yang diedarkan secara ultrasonik), tetapi teknik ini biasanya tidak efektif untuk pasien yang tidak terinfeksi HIV. 
  • Bronkoskopi serat-opetik memastikan PCP. Prosedur invasif, misalnya biopsi transbronkial dan biopsi transbronkial dan biopsi paru-paru-terbuka, tidak sering digunakan.
  • sinar X dada bisa menunjukkan infiltrasi halus yang berkembang lambat dan kadang-kadang lesi nodular atau pneumotoraks spontan. 
  • Scan galium bisa menunjukkan peningkatan ambilan paru-paru. 
  • Studi gas darah arterial (arterial blood gas — ABG) mendeteksi hipoksia dan peningkatan gradien alveolar-arterial. 

Penanganan 

  • Pilihan obat untuk semua tipe PCP adalah co-trimoxazole (Bactrim) yang diberikan secara oral atau I.V. 
  • Diphenhydramine bisa diberikan untuk mengurangi efek merugikan.
  • Pentamidine bisa diberikan secara (Pentam) atau dalam bentuk aerosol (Nebupent).
  • Pentamidine I.V. berkaitan dengan tingginya insidensi efek toksik yang parah, sedangkan bentuk yang dihirup biasanya bisa ditoleransi dengan baik. Akan tetapi, pentamidine yang dihirup mungkin tidak bisa mencapai apiks paru-paru secara efektif. Reaksi merugikan yang berkaitan dengan inhalasi meliputi rasa seperti logam, faringitis, batuk, bronkospasma, sesak napas, rinitis, dan laringitis.
  • Tindakan suportif, misalnya terapi oksigen, ventilasi mekanis, nutrisi yang cukup, dan keseimbangan cairan merupakan terapi adjuvan yang penting.
  • Morfin sulfat oral atau I.V. bisa menurunkan tingkat respiratorik dan meredakan kegelisahan, sehingga mempertinggi oksigenasi.

Intervensi Asuhan Keperawatan 

  • Lakukan tindakan standar untuk mencegah penularan.
  • Seringkali kajilah status respiratorik pasien dan pantau kadar ABG setiap 4 jam. 
  • Lakukan terapi oksigen seperlunya. Dorong pasien bergerak dan melakukan latihan bernapas-dalam dan spirometri insentif untuk mempermudah pertukaran gas secara efektif.
  • Beri antipiretik sesuai kebutuhan untuk meredakan demam. 
  • Pantau asupan dan output dan berat badan setiap hari untuk mengevaluasi keseimbangan cairan. Gantikan cairan seperlunya.
  • Jangan pernah memberi pentamidine I.M. karena bisa menyebabkan nyeri dan abses steril. Beri pentamidine dalam bentuk I.V. secara perlahan-lahan selama 60 menit untuk mengurangi risiko hipotensi.
  • Pantau adakah reaksi merugikan terhadap obat antimikrobial. 
  • Koordinasikan upaya masing-masing anggota perawatan kesehatan untuk memungkinkan pasien beristirahat dengan cukup di sela-sela prosedur, dan ajari pasien cara melakukan teknik menghemat energi. 
  • Beri suplemen nutrisi seperlunya. Minta pasien mengkonsumsi makanan kaya-kalori dan kaya-protein. Beri pasien makan dalam jumlah sedikit namun sering jika ia tidak bisa menoleransi makanan dalam jumlah besar.
  • Redakan keresahan pasien dengan menyediakan lingkungan yang santai, mengeliminasi stimulus lingkungan yang berlebihan, dan memberi pasien cukup waktu untuk makan. 
  • Beri dukungan emosional, dan bantu pasien mengidentifikasi dan menggunakan sistem dukungan yang bermakna. 
  • Beri tahu pasien mengenai aturan medikasi, terutama mengenai efek merugikan yang bisa muncul. 
  • Jika pasien akan membutuhkan terapi oksigen di rumah, jelaskan bahwa konsentrator oksigen bisa menjadi alat yang paling efektif. 


Referensi:

  1. Melinda Ratini. 2019. Pneumocytis Pneumonia (PCP). Web MD
  2. Veronica Bastow. 2000. Identifying and treating PCP. Nursing Times

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram