Widget HTML #1

Mengenal Andropause, Menopause Yang Terjadi Pada Pria

Istilah lain untuk andropause adalah “Menopause Pria”. Kondisi ini menggambarkan perubahan yang terjadi  dalam proses penuaan dan  penambahan usia pada pria. Beberapa gejala  yang muncul  berupa defisiensi testosteron, defisiensi androgen, dan hipogonadisme onset lambat.  

Andropause digambarkan sebagai kondisi penurunan produksi testosteron pada pria yang berusia 50 tahun atau lebih. Juga sering dikaitkan dengan hipogonadisme.  Letak perbedaan Andropause pada pria dan menopause pada wanita adalah bahwa kalau menopause dialami oleh hampir semua wanita, sedangkan pada pria, tidak semua mengalami andropause.

Mengenal Andropause, Menopause Yang Terjadi Pada Pria

Andropause Pria 

Definisi

"Andras" dalam bahasa Yunani berarti  manusia laki laki dan "pause" berarti  penghentian.  Jadi secara harfiah "andropause" didefinisikan sebagai sindrom yang terkait dengan penurunan kelelakian atau penurunan perasaan kesejahteraan umum dengan rendahnya kadar testosteron pada pria yang memasuki usia  tua atau lansia

Andropause atau hipogonadisme onset lambat adalah gangguan umum yang prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia. Diagnosis hipogonadisme onset lambat didasarkan pada adanya gejala yang menunjukkan defisiensi testosteron, hilangnya libido dan disfungsi ereksi.

Pada tahun 1946, Werner menerbitkan makalah di JAMA yang berjudul, "Klimakterik pria" yang ditandai dengan kegugupan, berkurangnya potensi, penurunan libido, lekas marah, kelelahan, depresi, masalah memori, gangguan tidur, dan muka memerah. 

Hipogonadisme adalah istilah ilmiah yang luas dan mengacu pada sindrom klinis yang disebabkan oleh defisiensi androgen, yang dapat berdampak buruk pada berbagai fungsi organ dan kualitas hidup.

Banyak iistilah  yang diberikan untuk andropause, seperti  seperti menopause pria, klimakterik pria, androklise, androgen decline in ageing male (ADAM), Ageing male syndrome, dan hipogonadisme onset lambat (LOH). 

Kadar testosteron menurun seiring dengan proses penuaansekitar 1% per tahun dan penurunan ini lebih jelas pada tingkat testosteron bebas karena perubahan SHGB.  Tingkat penurunan kadar testosteron bervariasi pada individu yang berbeda dan dipengaruhi oleh penyakit kronis, obesitas, stres emosional yang serius, dan obat-obatan. 

Penyebab

Sebelum mencapai pubertas, kadar testosteron pada anak laki-laki masih rendah. Kemudian meningkat saat memasuki pubertas dan masa remaja dewasa. Selanjutnya setelah berusia 30 tahun, rata-rata kadar testosteron cenderung menurun rata-rata 1% setiap tahun penambahan usia. Beberapa kondisi kesehatan juga dapat menyebabkan penurunan kadar testosteron lebih awal atau lebih besar.

Kejadian andropause merupakan fenomena kompleks yang menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada tiap orang. Meskipun gejala ini muncul pada pria lanjut usia dengan penurunan kadar testosteron, namun gejala andropause lebih sering muncul pada pria lansia dengan penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes melitus tipe-2. Hal ini menunjukan bahwa penurunan kadar testosteron bukan merupakan satu-satunya penyebab munculnya gejala andropause.

Faktor lain yang  di identifikasi ikut mendasari munculnya gejala andropause antara lain:

  • Kurang Olah raga
  • Kebiasaan merokok
  • Konsumsi alkohol
  • Stress
  • Kurang tidur
  • DE yang disebabkan gangguan pembuluh darah dan syaraf

Beberapa pria mengalami dampak psikologis dari kondisi “krisis Paruh Baya”, dimana pria menjadi khawatir tentang pencapaian profesional dan pribadi.  Hal ini bisa menjad penyebab depresi, yang bisa memicu berbagai faktor yang mengarah ke gejala fisik ADAM (Androgen Deficiency-Aging Male).  

Selain itu penyebab lain yang terindikasi adalah hipoginadisme. Hipogonadisme merupakan dimana testis tidak menghasilkan cukup hormon. Pada pria yang lebih muda dapat menyebabkan pubertas tertunda.  Jika berkembang pada usia yang lebih tua, kemungkinan terkait dengan obesitas atau diabetes melitus tipe 2, gejala andropause dapat terjadi.

Tanda dan Gejala Andropause

Andropause bisa menyebabkan masalah fisik dan psikologis. Kondisi ini biasanya memburuk seiring pertambahan usia. Gejala yang muncul antara lain:

  • Kurang energi dan cepat lelah
  • Depresi dan kesedihan
  • Motivasi menurun
  • Penurunan kepercayaan diri
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Insomnia atau susah tidur
  • Peningkatan lemak tubuh
  • Berkurangnya massa otot
  • Ginekomasti
  • Penurunan kepadatan tulang
  • Berkurangnya libido
  • Rambut rontok dan hot flashes

Kadar testosteron yang rendah juga dikaitkan dengan osteoporosis, dimana tulang menjadi rapuh dan lemah. Namun gejala ini jarang terjadi pada pria. 


Diagnosis

Saat ini diagnosis andropause atau LOH membutuhkan adanya gejala dan tanda yang menunjukkan defisiensi testosteron. Gejala yang paling terkait dengan hipogonadisme adalah libido rendah.

Manifestasi lain dari hipogonadisme meliputi  disfungsi ereksi, penurunan massa dan kekuatan otot, peningkatan lemak tubuh, penurunan kepadatan mineral tulang dan osteoporosis, serta penurunan vitalitas dan suasana hati yang tertekan. 

Tak satu pun dari gejala-gejala ini khusus untuk keadaan androgen rendah, tetapi dapat meningkatkan kecurigaan defisiensi testosteron. Satu atau lebih dari gejala ini harus dikuatkan dengan hasil pemeriksaan kadar testosteron serum yang rendah.

Depresi, hipotiroidisme, alkoholisme kronis, dan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid, simetidin, spironolakton, digoksin, analgesik opioid, antidepresan, dan agen antijamur harus disingkirkan sebelum membuat diagnosis. Demikian pula, diagnosis tidak boleh dilakukan selama penyakit akut yang menurunkan kadar testosteron sementara.

Tiga gejala utama yaitu penurunan libido, ereksi pagi hari, dan disfungsi ereksi yang dikombinasikan dengan kadar testosteron total kurang dari 11 nmol/l dan kadar testosteron bebas kurang dari 220 pmol/l, dapat dianggap sebagai kriteria minimum untuk diagnosis LOH atau andropause pada pria lanjut usia.

Kuesioner seperti Aging Male Symptom Score (AMS) dan ADAM tidak direkomendasikan untuk diagnosis hipogonadisme karena spesifisitas yang rendah, dimana masing-masing 30 dan 39%.

Faktor risiko andropause meliputi  penyakit kronis seperti  diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronik, penyakit radang sendi, penyakit ginjal, penyakit terkait human immunodeficiency virus (HIV), obesitas, sindrom metabolik, dan hemokromatosis.

Penatalaksanaan Andropause

Karena kondisi andropause tidak memiliki definisi dan batasan yang jelas, maka pria yang mengalami masalah ini akan diberikan penatalaksanaan sesuai dengan gejala yang timbul.  

Seorang yang obesitas akan menjalani program penurunan berat badan, baik dengan olahraga atau, diit seimbang, dan penyesuaian asupan makanan.

Pada pasien dengan diabetes dan penyakit kardiovaskular akan memerlukan manajemen pengontrolan gula darah dan penanganan penyakit kardiovaskularnya.

Penatalaksanaan umum untuk gejala andropause adalah pilihan gaya hidup yang lebih sehat, seperti:

  • Makan makanan yang sehat
  • Berolahraga secara teratur
  • Tidur yang cukup
  • Kurangi stress 
  • Jika mengalami depresi diberikan obat antidepresan

Terapi penggantian hormon bisa menjadi pilihan namun perlu memperhatikan beberapa kondisi khusus pasien. Selain itu terapi testosteron dapat meningkatkan resiko penyumbatan saluran kemih dan kanker prostat.


Referensi

  1. Parminder Singh. 2013. Andropause: Current Concept. Indian J Endocrinology and Metabolism. DOI : 10.4103/2230-8210.123552
  2. Krnas B .2018. What Is Male Menopause. Healthline.com
  3. Sabrina Felson. 2021. Male Menopause. Webmd.com
  4. Adam Felman.2018. Is The Male menopause real?.Medical News Today.


Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram