Widget HTML #1

Askep Abortus Imminens Sdki Slki Siki

Abortus imminens adalah kondisi yang menunjukkan potensi keguguran atau keguguran dini ditandai adanya perdarahan pervaginam namun tidak disertai pembukaan leher rahim. Kondisi ini biasanya terjadi sebelum usia kehamilan 20 Minggu. Pada Tulisan ini, Repro Note akan merangkum mengenai Konsep penyakit dan Askep Abortus Imminens menggunakan pendekatan Sdki Slki Siki. 

Tujuan

  • Memahami epidemiologi, penyebab, tanda gejala, dan patofisiologi abortus imminens
  • Memahami pemeriksaan dan penatalaksanaan pasien dengan abortus imminens
  • Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada askep abortus imminens menggunakan pendekatan Sdki
  • Merumuskan luaran dan kriteria hasil pada askep abortus imminens menggunakan pendekatan Slki
  • Melakukan intervensi keperawatan pada askep abortus imminens menggunakan pendekatan Siki
  • Melakukan edukasi pasien dan keluarga pada askep abortus Imminens
Askep Abortus Imminens Sdki Slki Siki
Image by Ed Uthman on Flickr

Konsep Medik dan Askep Abortus Imminens

Pendahuluan

Abortus adalah istilah medis untuk keguguran sebelum usia kehamilan 20 minggu. Jenis-jenis abortus dapat diklasifikasikan menjadi abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit, dan missed abortion.

Abortus  Imminens didefinisikan sebagai perdarahan pervaginam sebelum usia kehamilan 20 minggu dengan hasil tes urine dan/atau darah positif dengan ostium serviks tertutup, tanpa keluarnya produk konsepsi dan tanpa bukti kematian janin atau embrio. 

Definisi abortus imminens menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah perdarahan terkait kehamilan atau pendarahan nyata selama paruh pertama kehamilan tanpa dilatasi serviks .

Jika ostium servikalis terbuka, dipastikan ada kehamilan di luar rahim, dipastikan ada kehamilan intrauterin tanpa detak jantung janin, atau jika ada bukti keluarnya produk konsepsi, maka harus dipertimbangkan jenis abortus lain.

Hampir 25% wanita hamil mengalami beberapa tingkat perdarahan per-vaginam selama dua trimester pertama dan sekitar 50% dari ini berkembang menjadi keguguran. Pendarahan selama abortus imminens biasanya ringan sampai sedang. Nyeri perut dapat muncul disertai kram intermiten, nyeri suprapubik, tekanan panggul, atau nyeri punggung bawah.

Epidemiologi

Abortus imminens dapat terjadi pada setiap kehamilan tanpa memandang usia ibu, ras, penyakit penyerta, gaya hidup, atau status sosial ekonomi. 

Jika seorang wanita sebelumnya pernah mengalami perdarahan pada trimester pertama kehamilan, maka pada kehamilan berikutnya risiko perdarahan pada trimester pertama biasanya meningkat. 

Faktor risiko untuk semua jenis keguguran antara lain usia ibu lanjut, usia ayah lanjut, riwayat keguguran sebelumnya, infeksi TORCH, hiperglikemia yang tidak terkontrol, obesitas, penyakit tiroid yang tidak terkontrol, stres yang signifikan, penggunaan obat teratogenik, dan adanya perdarahan subkorionik.

Penyebab

Penyebab pasti terjadinya abortus imminens tidak selalu bisa diidentifikasi. Sebagian kasus diperkirakan karena kelainan kromosom sehingga tidak dapat dicegah atau dimodifikasi. Mengoptimalkan kondisi kesehatan ibu sebelum hamil, mengoreksi kelainan struktur rahim, dan meminimalkan paparan teratogen atau infeksi selama awal kehamilan dapat mengurangi resiko keguguran.

Pertimbangan khusus harus diberikan pada penyakit kronis seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, obesitas, perokok, penyalahgunaan alkohol, dan obat-obatan.  

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pemberian suplementasi asam folat sebelum dan selama awal kehamilan dapat mengurangi risiko abortus spontan. Hal ini juga telah ditunjukkan dalam beberapa penelitian bahwa peningkatan usia ayah dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran, kemungkinan karena peningkatan kelainan kromosom.

Calon ibu juga harus dididik tentang upaya untuk mengurangi risiko peristiwa traumatis dan harus diskrining untuk risiko kekerasan dari pasangan. Konseling prakonsepsi untuk memodifikasi faktor resiko sangat dianjurkan bagi pasangan suami istri.

Tanda dan Gejala

Abortus imminens terjadi ketika pasien hamil dengan usia kehamilan kurang dari 20 minggu mengalami perdarahan pervaginam dengan Os serviks tertutup pada hasil pemeriksaan fisik. 

Pasien juga mungkin mengalami kram perut, nyeri panggul, tekanan panggul, atau nyeri punggung. Pendarahan biasanya dimulai terlebih dahulu diikuti dengan nyeri perut dan kram berjam-jam hingga berhari-hari kemudian. 

Pada pemeriksaan, darah atau cairan kecoklatan mungkin terlihat. Serviks tidak lunak, dan ostium serviks tertutup, tidak ada jaringan atau selaput janin yang lewat, ultrasonografi menunjukkan kehamilan intrauterin. 

Pada abortus imminens, pemeriksaan dapat mengungkapkan os serviks yang tertutup tanpa jaringan dan biasanya tidak ada nyeri tekan serta gerakan serviks. Dalam kasus beberapa kasus yang jarang terjadi, pemeriksaan panggul akan mengungkapkan nyeri tekan uterus dan adneksa bilateral. 

Wanita dengan abortus imminens biasanya memiliki tanda vital yang stabil, tetapi jika ada hipovolemia, harus dicurigai adanya perdarahan atau sepsis.

Jika USG tidak dilakukan sebelumnya, maka diperlukan saat ini untuk menyingkirkan kehamilan ektopik yang dapat muncul dengan gejala yang sama. Jika rongga rahim kosong pada USG, pemeriksaan kadar human chorionic gonadotropin (hCG) diperlukan.

Sangat disarankan bahwa semua produk konsepsi dari semua jenis aborsi dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi. Untuk pasien dengan keguguran berulang, kariotipe harus diberikan sebagai pilihan untuk produk konsepsi untuk menyingkirkan kelainan kromosom sebagai kemungkinan penyebab aborsi spontan. 

Informasi ini dapat membantu pasien menentukan pilihan terbaik jika mereka menginginkan kehamilan lagi di masa depan.

Diagnostik

Pada abortus imminens, diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pengukuran beta-human chorionic gonadotropin (beta-hCG), dan USG.

Anamnesis yang lengkap harus diperoleh seperti riwayat kehamilan, riwayat medis, dan riwayat penyakit sekarang. Riwayat penyakit sekarang harus mencakup kapan dan bagaimana gejala perdarahan dimulai, faktor-faktor yang mempengaruhi, pengobatan apa yang dilakukan, dan perkiraan jumlah perdarahan yang sudah terjadi.

Ultrasonografi dapat digunakan untuk menemukan lokasi kehamilan dan menentukan apakah janin dapat hidup. Ultrasonografi juga dapat membantu menyingkirkan kehamilan ektopik dan untuk mengevaluasi produk konsepsi yang tertinggal. 

Tingkat beta-hCG dikaitkan dengan kantung kehamilan pada ultrasound. Beta-hCG berlipat ganda dalam 48 jam pada 85% kehamilan intrauterin. Beta-hCG biasanya terdeteksi pada sembilan sampai 11 hari pertama setelah ovulasi dan mencapai 200 IU/mL pada waktu menstruasi.

Kadar hemoglobin dan hematokrit membantu memantau tingkat kehilangan darah. Pemeriksaan urinalisis juga dapat dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan Infeksi saluran kemih (ISK) dan dikaitkan dengan tanda dan gejala abortus imminens.

Selama pemeriksaan panggul, suction atau cotton bud mungkin diperlukan untuk menghilangkan darah dan produk konsepsi agar visualisasi serviks lebih baik. Forceps juga dapat digunakan untuk mengangkat jaringan yang mungkin menonjol dari ostium servikalis.

Semua jaringan harus diperiksa untuk menentukan apakah itu bekuan atau hasil konsepsi. Bukti hasil konsepsi yang menonjol dari serviks mengubah diagnosis dari abortus imminens menjadi abortus komplit atau abortus inkomplit. 

Evaluasi jumlah perdarahan dan kehilangan darah harus dilakukan melalui anamnesis menyeluruh, serta selama pemeriksaan panggul.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan abortus imminens umumnya menggunakan pendekatan konservatif yaitu:

  • Bed Rest  atau tirah baring untuk mengurangi rangsangan mekanis 
  • Menghindari koitus minimal sampai 2 minggu setelah pendarahan berhenti
  • Pemberian obat penenang
  • Pemberian suplemen penambah darah
  • Diet tinggi protein dan  tambahan vitamin C
  • Membersihkan area vulva minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi
  • Tes kehamilan dan pemeriksaan USG untuk memastikan apakah janin masih hidup

Komplikasi

  • Kehilangan kehamilan atau perkembangan ke abortus spontan, abortus Inkomplit, atau missed abortion.
  • Pendarahan 
  • Syok
  • Hasil konsepsi yang tertahan
  • Endometritis
  • Abortus septik

Asuhan Keperawatan

Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki

1. Nyeri Akut (Sdki D.0077)

Luaran: Tingkat Nyeri Menurun (Slki L. 08066)

  • Keluhan nyeri menurun
  • Meringis menurun
  • Sikap protektif menurun
  • Gelisah menurun
  • Kesulitan tidur menurun
  • Frekuensi nadi membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Manajemen Nyeri (Siki I.08238)

  • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
  • Identifikasi skala nyeri
  • Identifikasi respon nyeri non verbal
  • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
  • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
  • Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
  • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
  • Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
  • Monitor efek samping penggunaan analgetik
  • Berikan Teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
  • Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
  • Fasilitasi istirahat dan tidur
  • Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
  • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
  • Jelaskan strategi meredakan nyeri
  • Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
  • Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
  • Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
  • Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Pemberian Analgesik (Siki I.08243)

  • Identifikasi karakteristik nyeri (mis: pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
  • Identifikasi Riwayat alergi obat
  • Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis: narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
  • Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
  • Monitor efektifitas analgesik
  • Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
  • Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
  • Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien
  • Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan
  • Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
  • Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

2. Risiko Perdarahan (Sdki D.0012)

Luaran: Tingkat perdarahan menurun (Slki L.02017)

  • Membran mukosa lembab meningkat
  • Kelembaban kulit meningkat
  • Hemoptisis menurun
  • Hematemesis menurun
  • Hematuria menurun
  • Hemoglobin membaik
  • Hematokrit membaik

Intervensi Keperawatan: Pencegahan Perdarahan (Siki I.02067)

  • Monitor tanda dan gejala perdarahan
  • Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
  • Monitor tanda-tanda vital ortostatik
  • Monitor koagulasi (mis: prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin dan/atau platelet)
  • Pertahankan bed rest selama perdarahan
  • Batasi tindakan invasive, jika perlu
  • Gunakan kasur pencegah decubitus
  • Hindari pengukuran suhu rektal
  • Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
  • Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
  • Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
  • Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
  • Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
  • Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
  • Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
  • Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
  • Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

3. Risiko Infeksi (Sdki D.0142)

Luaran: Tingkat Infeksi Menurun (Slki L.14137)

  • Demam menurun
  • Kemerahan menurun
  • Nyeri menurun
  • Bengkak menurun
  • Kadar sel darah putih membaik

Intervensi Keperawatan: Pencegahan Infeksi (Siki I.14539)

  • Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
  • Batasi jumlah pengunjung
  • Berikan perawatan kulit pada area edema
  • Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
  • Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
  • Jelaskan tanda dan gejala infeksi
  • Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
  • Ajarkan etika batuk
  • Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
  • Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
  • Anjurkan meningkatkan asupan cairan
  • Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

4. Ansietas (Sdki D.0080)

Luaran: Tingkat Ansietas Menurun (Slki L.09093)

  • Verbalisasi kebingungan menurun
  • Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
  • Perilaku gelisah menurun
  • Perilaku tegang menurun
  • Konsentrasi membaik
  • Pola tidur membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Reduksi Ansietas (Siki I.09314)

  • Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)
  • Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
  • Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
  • Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
  • Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
  • Pahami situasi yang membuat ansietas
  • Dengarkan dengan penuh perhatian
  • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
  • Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
  • Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
  • Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
  • Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
  • Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu
  • Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
  • Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
  • Latih Teknik relaksasi
  • Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

b. Terapi Relaksasi (Siki I.09326)

  • Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
  • Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
  • Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan Teknik sebelumnya
  • Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah Latihan
  • Monitor respons terhadap terapi relaksasi
  • Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
  • Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
  • Gunakan pakaian longgar
  • Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
  • Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau Tindakan medis lain, jika sesuai
  • Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis: musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
  • Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
  • Anjurkan mengambil posisi nyaman
  • Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
  • Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik yang dipilih
  • Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi (mis: napas dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)

Referensi: 

  1. Marianne Belleza RN. Abortion Nursing Management And Care. Nurses Labs
  2. Michelle Mouri et.al. 2022. Threatened Abortion. Treasure Island. Stat Pearls Publishing.
  3. Sotiriadis A, et al. 2004. Threatened miscarriage: evaluation and management. BMJ. 17;329(7458): 152-5. doi: 10.1136/bmj.329.7458.152. 
  4. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  5. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  6. PPNI, 2019.  Standart  Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat