Widget HTML #1

Asuhan Keperawatan Trombosis Vena Renal - Intervensi

Trombosis atau Penggumpalan di vena renal menyebabkan kongesti, kepenuhan, dan kemungkinan infarksi renal. Trombosis vena renal bisa menyerang kedua ginjal dan bisa akut maupun kronis. 

Trombosis kronis biasanya merusak fungsi ginjal, menyebabkan sindrom nefrotik. Serangan trombosis mendadak yang menyebabkan kerusakan ekstensif bisa menyebabkan infarksi renal yang berakibat fatal dengan cepat. 

Jika trombosis menyerang kedua ginjal, prognosisnya buruk. Akan tetapi, sebagian ginjal masih bisa bertahan jika trombosis yang tidak begitu parah dan hanya menyerang satu ginjal atau jika pasien mengalami perkembangan bertahap yang memungkinkan terjadinya sirkulasi kolateral.

Asuhan Keperawatan Trombosis Vena Renal
Image by OpenStax College on wikimedia.org

Penyebab 

  • Trauma punggung atau abdominal 
  • Komplikasi amiloidosis, lupus eritematosus sistemik, nefropati diabetik, atau glomerulonefritis membranoproliferatif 
  • Periarteritis 
  • Dehidrasi berat akibat diare (pada bayi) 
  • Striktur (pembentukan parut) 
  • Tromboflebitis pada vena cava inferior 
  • Tumor yang menghalangi vena renal (biasanya hipernefroma) 

Tanda dan gejala 

a. Akut 

  • Ginjal membesar dan bisa diraba (palpabel) dengan mudah 
  • Hematuria 
  • Leukositosis 
  • Oliguria dan tanda uremik lain (jika terjadi obstruksi bilateral) 
  • Pucat 
  • Edema periferal 
  • Proteinuria 
  • Nyeri lumbar parah dan perih di wilayah epigastrik dan sudut kostovertebral 

b. Kronis 

  • Hiperlipidemia 
  • Hipoalbuminemia 
  • Gejala sindrom nefrotik 
  • Edema periferal (kemungkinan) 
  • Proteinuria 

c. Pada bayi 

  • Ginjal membesar, oliguria, dan insufisiensi renal yang bisa berkembang menjadi gagal ginjal akut gtau kronis 

Uji diagnostik 

  • Sinar-X, computed tomography scan, magnetic resonance imaging, atau ultrasonografi abdominal menunjukkan oklusi vena renal. 
  • Urografi ekskretorik memberikan bukti diagnostik yang bisa dipercaya. 
    • Jika terjadi trombosis vena renal akut, ginjal tampak membesar dan fungsi ekskretorik berkurang. Medium kontras terlihat "mencoreng" jaringan renal nekrotik. 
    • Jika terjadi trombosis kronis, indentasi ureteral akibat saluran venosa kolateral bisa muncul. 
  • Arteriografi renal dan biopsi ginjal bisa memastikan diagnosis.
  • Urinanalisis memperlihatkan hematuria kasat mata maupun mikroskopis, proteinuria (lebih dari 2g/hari pada penyakit kronis), warna tambahan, dan oliguria.
  • Studi darah menunjukkan leukositosis, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia. 
  • Venografi memastikan adanya trombosis yang macet.

Penanganan 

  • Terapi antikoagulan dengan heparin atau warfarin (Coumadin) bisa diberikan untuk mencegah pembentukan gumpalan baru.
  • Terapi trombolitik, menggunakan streptokinase (Streptase) atau alteplase (Activase), juga efektif.
  • Penanganan konservatif bisa dilakukan; pasien bisa diistirahatkan di ranjang atau dibatasi aktivitasnya untuk sementara waktu, sehingga memungkinkan trombosis sembuh seiring berjalannya waktu.
  • Pembedahan harus dilakukan dalam waktu 24 jam sejak terjadinya trombosis, tetapi hanya memiliki tingkat keberhasilan yang terbatas karena umumnya trombi meluas ke vena kecil. Pendarahan intrarenal ekstensif dan hipertensi parah pada ginjal atrofik bisa memerlukan nefrektomi.
  • Pasien yang bisa bertahan dari trombosis mendadak disertai kerusakan ginjal ekstensif akan mengalami sindrom nefrotik dan membutuhkan penanganan gagal ginjal, misalnya dialisis dan kemungkinan transplantasi. 
  • Beberapa bayi yang mengalami trombosis vena renal bisa sembuh total berkat rehidrasi dan terapi heparin atau pembedahan, sedangkan bayi lain menderita kerusakan ginjal yang tidak reversibel. 

Intervensi Asuhan Keperawatan 

  • Kaji fungsi vital pasien secara teratur. Pantau tanda vital, asupan dan output, berat badan setiap hari, dan kadar elektrolitnya. 
  • Beri diuretik sesuai perintah jika terjadi edema dan patuhi batasan makanan, misalnya membatasi asupan natrium dan kalium. 

  • Pantau pasien secara saksama untuk melihat adakah tanda dan gejala emboli pulmoner, misalnya nyeri dada dan dispnea. 
  • Jika heparin diberikan melalui infusi I.V. konstan, seringkali pantaulah waktu tromboplastin parsial untuk menentukan respons pasien terhadapnya. Encerkan obat; berikan pada pasien melalui pompa infusi sehingga pasien menerima sesedikit mungkin dari yang diperlukannya.
  • Saat terapi antikoagulasi, lihat adakah tanda pendarahan, misalnya takikardia, hipotensi, hematuria, pendarahan dari hidung atau gusi, ekimosis, petekia, dan tinja berwarna hitam dan seperti ter. 

  • Minta pasien yang menjalani terapi warfarin pemerliharaan menggunakan alat cukur listrik dan sikat gigi lembut dan menghindari situasi yang membuatnya berisiko mengalami trauma. Anjurkan ia mengenakan gelang identifikasi medis dan menghindari aspirin, karena bisa tnemperburuk kecenderungan pendarahan. Tekankan perlunya perneriksaan medis lanjutan dengan saksama.


Sumber:

Nursing. Seri Untuk Keunggulan Klinis (2011). Menafsirkan Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta: PT Indeks.

Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat