Widget HTML #1

Asuhan Keperawatan Pada Asidosis Tubulus Renalis - Intervensi

Asidosis tubululus renalis atau renal tubular acidosis (RTA) adalah sindrom dehidrasi persisten, hiperkloremia, hipokalemia, asidosis metabolik, dan nefrokalsinosis, yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan bikarbonat. 

Gangguan ini muncul sebagai RTA distal (tipe I atau klasik) atau RTA proksimal (tipe II). Prognosis biasanya baik, tetapi tergantung pada keparahan kerusakan ginjal sebelum penanganan. RTA distal disebabkan oleh ketidakmampuan tubula distal untuk mensekresi ion hidrogen melawan gradien yang dibentuk di membran tubular. 

Hal ini menyebabkan berkurangnya ekskresi asam dan amonium yang bisa dititrasi, semakin berkurangnya kalium dan bikarbonat dalam urin, dan asidosis sistemik. Asidosis dalam waktu lama menyebabkan mobilisasi kalsium dari tulang dan akhirnya mengakibatkan hiperkalsiuria, yang membuat pasien mudah mengalami pembentukan kalkulus renal. 

Asuhan Keperawatan Pada Asidosis Tubulus Renalis
image by Artwork by Holly Fischer on wikimedia.org

Asidosis tubulus Renalis distal bisa diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder: 

  • RTA distal primer bisa muncul secara sporadis atau melalui kelainan turun-temurun dan paling sering menyerang wanita, anak-anak yang lebih tua, remaja, dan orang dewasa muda. 
  • RTA distal sekunder berhubungan dengan banyak kondisi renal dan sistemik, misalnya mati kelaparan, malnutrisi, sirosis hepatik, dan beberapa gangguan yang dihantarkan secara genetik. 

Asidosis tubulus Renalis proksimal disebabkan oleh gangguan reabsorpsi bikarbonat di tubula proksimal. Hal ini menyebabkan bikarbonat membanjiri tubula distal, yang normalnya mensekresi ion hidrogen, dan menyebabkan gangguan pembentukan asam dan amonium yang bisa dititrasi untuk ekskresi. Akhirnya, terjadilah asidosis metabolik.

RTA proksimal muncul dalam dua bentuk: 

  • Pada RTA proksimal primer, kelainan reabsorptif bersifat idiopatik dan hanya ada satu gangguan. 
  • Pada RTA proksimal sekunder, kelainan reabsorptif bisa salah satu dari beberapa kelainan dan disebabkan oleh kerusakan sel tubular proksimal akibat penyakit seperti sindrom Fanconi.

Penyebab 

Kelainan asidifikasi tubular normal ginjal pada urin.

Tanda dan gejala 

a. Pada bayi 

  • Anoreksia 
  • Apati 
  • Konstipasi 
  • Dehidrasi 
  • Retardasi pertumbuhan 
  • Nefrokalsinosis 
  • Kadang-kadang demam 
  • Poliuria 
  • Riket 
  • Penyusutan jaringan 
  • Lemah 

b. Pada anak-anak dan orang dewasa 

  • Masalah pertumbuhan (pada anak-anak) 
  • Riket 
  • lnfeksi traktus kencing 

Uji diagnostik 

  • Kerusakan asidifikasi urin dengan asidosis metabolik sistemik memastikan RTA distal.
  • Penyusutan bikarbonat akibat kerusakan reabsorpsi memastikan RTA proksimal. 
  • Hasil uji laboratoris relevan lainnya menunjukkan: 
    • kadar bikarbonat, pH, kalium, dan fosforus menurun 
    • kadar klorida dan alkalin fosfatase naik pH alkalin, dengan konten asam dan amonium yang bisa dititrasi di urin; dan kadar bikarbonat dan kalium kencing naik, dengan gravitasi spesifik rendah. 
  • Sinar-X bisa menunjukkan nefrokalsinosis (pada stadium lanjut). 

Penanganan 

  • Penanganan suportif pada pasien RTA membutuhkan penggantian substansi yang diekskresi secara abnormal, terutama bikarbonat. Penggantian ini bisa meliputi tablet natrium bikarbonat atau larutan Shohl untuk mengontrol asidosis, dan kalium oral untuk menangani kadar kalium rendah yang bisa berbahaya. Suplemen vitamin D dan kalsium biasanya tidak diberikan karena adanya kecenderungan terhadap nefrokalsinosis yang terjadi bahkan setelah terapi bikarbonat.
  • Antibiotik diberikan jika terjadi pielonefritis.
  • Penanganan kalkulus renal sekunder untuk nefrokalsinosis bervariasi dan bisa meliputi terapi penunjang sampai kalkulus renal mengalir atau sampai pembedahan untuk obstruksi parah dilakukan.

Intervensi Asuhan Keperawatan 

  • Dorong pasien untuk mematuhi aturan obat sesuai resep. Beri tahu ia dan keluarganya bahwa prognosis RTA dan penyembuhan lesi tulang berkaitan langsung dengan kecukupan penanganan. 
  • Pantau nilai laboratoris, terutama kadar kalium, untuk melihat tanda hipokalemia. 
  • Uji urin untuk melihat pH dan beri pewarnaan untuk melihat kalkulus.
  • Jika terjadi riket, jelaskan mengenai gangguan dan penanganannya pada pasien dan keluarganya.
  • Ajari pasien cara mengenali tanda dan gejala kalkulus (hematuria dan nyeri di abdomen bawah atau di bagian samping tubuh). Minta ia segera melaporkan tanda dan gejala semacam ini. 
  • Dorong pasien yang memiliki kadar kalium rendah mengkonsumsi makanan yang mengandung konten kalium tinggi, misalnya pisang, jeruk dan jus jeruk, dan kentang bakar. 
  • Sarankan anggota keluarga mendapatkan konseling genetik atau pemeriksaan (screening) RTA.


Sumber:

Nursing. Seri Untuk Keunggulan Klinis (2011). Menafsirkan Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta: PT Indeks

Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat