Widget HTML #1

Intervensi Asuhan Keperawatan Pada Blastomycosis

Blastomycosis atau disebut penyakit Gilchrist adalah penyakit yang disebabkan oleh fungus yang menyerupai ragi, Blastomyces dermatitidis, yang biasanya menginfeksi paru-paru dan menyebabkan bronkopneumonia.

Fungus ini bisa menyebar melalui darah dan menyebabkan osteomielitis dan gangguan sistem saraf pusat (central nervous system - CNS), kulit, dan genital (tetapi tidak sering terjadi). Blastomikosis yang tidak ditangani akan berkembang perlahan-lahan dan biasanya berakibat fatal. 

Akan tetapi, kadang-kadang penderita sembuh secara spontan. Dengan terapi antifungal dan penanganan pendukung, prognosisnya baik. Umumnya, blastomikosis ditemukan di Amerika Utara yang biasanya tanahnya didiami Blastomyces dermatitidis dan berendemi sampai Amterika Serikat bagian tenggara. 

Image by Yale Rosen from: wikimedia.org

Beberapa kasus juga dilaporkan terjadi di Afrika. Biasanya, blastomycosis menginfeksi pria yang berusia antara 30 dan 50 tahun, namun tidak ditemukan adanya hubungan okupasional. 

Penyebab 

Blastomyces dermatitidis yang mungkin terhirup oleh orang yang berhubungan dekat dengan tanah. 

Tanda dan gejala 

  • Tanda dan gejala awal blastomikosis pulmoner menyerupai tanda dan gejala infeksi traktus respiratorik atas akibat virus. Temuan ini biasanya meliputi nyeri dada pleuritik, demam, gemetar, menggigil, berkeringat di malam hari, tidak enak badan, anoreksia, berat badan turun, dan batuk kering, pendek, atau produktif (kadang-kadang hemoptisis) 
  • Blastomikosis kutaneus menyebabkan makula atau papula kecil, tidak terasa sakit, dan nonpruritik, dan tidak khas pada bagian tubuh yang terpapar. Lesi ini menjadi timbul dan memerah, dan kadang-kadang berkembang menjadi abses atau fistula kulit yang mengalami drainase. 
  • Keterlibatan kerangka menyebabkan pembengkakan jaringan-lunak, rasa perih, dan hangat di lesi bertulang, yang umumnya muncul di wilayah toraks, lumbar, dan sakral; di tulang panjang di kaki; dan tengkorak (pada anak-anak). 
  • Keterlibatan genital menyebabkan pembengkakan testis, epididimis, atau prostat yang terasa menyakitkan; nyeri perineal mendalam; piuria; dan hematuria. 
  • Keterlibatan CNS menyebabkan meningitis atau abses serebral, sehingga mengakibatkan tingkat kesadaran (level ofconsciousness — LOC) menurun, letargi; dan perubahan pada mood atau perasaan. 

Uji diagnostik 

  • Kultur B. dermatitidis diambil dari lesi kulit, pus, sputum, atau sekresi pulmoner.
  • Biopsi jaringan dari kulit atau paru-paru atau biopsi pencucian bronkial, sputum, atau pus dilakukan sesuai ketentuan. 
  • Pengujian imunodefisiensi mendeteksi antibodi untuk antigen A dan B dari blastomikosis. 
  • Sinar-X dada bisa menunjukkan infiltrasi pulmoner pada blastomikosis pulmoner. 
  • Uji darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih dan kenaikan tingkat sedimentasi eritrosit. 
  • Studi darah lainnya menunjukkan kadar globulin serum yang sedikit naik anemia normokromik ringan, dan, jika ada lesi tulang, kadar fosfatase alkalin yang naik. 

Penanganan 

  • Semua bentuk blastomikosis merespons amphotericin B I.V. Terapinya berlangsung selama 8 sampai 10 minggu untuk lesi kulit dan paru-paru nonkavitari, dan 10 sampai 12 minggu untuk lesi kavitari atau infeksi yang meluas sampai keluar paru-paru dan kulit. 
  • Itraconazole oral (Sporanox) bisa digunakan sebagai alternatif, terutama untuk pasien blastomikosis monomeningeal yang bisa minum obat secara meyakinkan (6 sampai 12 bulan).

Intervensi Asuhan Keperawatan 

Intervensi Asuhan Keperawatan pada blastomycosis antara lain:

  • Jika pasien menderita blastornikosis pulnioner parah, periksa adakah hemoptisis. !a dernam, tempatkan ia di kamar yang dan sediakan air hangat-hangat kuku untuk mandi. 
  • Jika blastomikosis menyebabkan nyeri sendi atau bengkak, naikkan sendi dan kompreskan panas. 
  • Jika pasien mengalami infeksi CNS, awasi ia secara hati-hati untuk metihat adakah penurunan LOC dan respons pupil yang tidak sama.
  • Jika pasien adalah pria yang mengatami d:seminasi penyakit, tihat apakah ia mengalami hematuria. 
  • Lakukan infusi amphotericin B I.V. dengan pelan (infusi yang terlalu cepat bisa menyebabkan kolaps sirkulatorik). Saat melakukan infusi, pantau tanda vital. (Suhu bisa naik namun seharusnya turun lagi dalam waktu 1 sampai 2 jam.) Lihat adakah penurunan output urin, dan pantau hasil uji laboratoris untuk melihat kadar nitrogen urea darah dan kreatinin serum dan hipokalemia, yang bisa mengindikasikan toksisitas renal. Segera laporkan jika terjadi kehilangan pendengaran, tinitus, atau pusing. 
  • Untuk meringankan reaksi merugikan terhadap amphotericin B, beri pasien antiemetik, antihistamin, dan antipiretik seperlunya. 

Referensi:
Sanjay G. Revankar MD. 2021. Blastomycosis. Wayne State University School Of Medicine. MSD Manual
Nursing. Seri Untuk Keunggulan Klinis. 2011. Menafsirkan Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta: PT Indeks