Widget HTML #1

Askep Perikarditis Pendekatan SDKI SLKI dan SIKI

Perikarditis adalah peradangan kantung perikardial dan merupakan proses patologis yang umum terjadi pada perikardium. Perikarditis juga dapat dikaitkan dengan sindrom perikardial lainnya, seperti efusi perikardial, tamponade jantung, perikarditis konstriktif, dan perikarditis efusif konstriksi. Pada tulisan  ini, akan di bahas mengenai konsep askep perikarditis mulai dari definisi sampai intervensi asuhan keperawatan.

Askep Perikarditis, Tinjauan Teori
Picture by BruceBlaus on wikimedia.org

Konsep Asuhan Keperawatan (Askep) Perikarditis

Definisi

Perikarditis adalah kelainan perikardial yang paling umum. Perikarditis adalah peradangan pada laposan perikardium jantung, seringkali disertai dengan penumpukan cairan. Perikarditis dapat disebabkan oleh banyak kelainan seperti  infeksi, , trauma, tumor, gangguan metabolisme tetapi bisa juga idiopatik.

Gejala berupa nyeri dada atau sesak, sering kali diperburuk oleh pernapasan dalam. Curah jantung dapat sangat berkurang jika terjadi tamponade jantung atau perikarditis konstriktif. 

Diagnosis didasarkan pada gejala gesekan, perubahan elektrokardiografi, dan bukti akumulasi cairan perikardial pada x-ray atau ekokardiogram. Untuk menemukan penyebabnya membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Perawatan tergantung pada penyebabnya, tetapi tindakan umum termasuk analgesik, obat antiinflamasi, kolkisin, dan operasi. Perikarditis adalah kelainan perikardial yang paling umum. 

Perikardium memiliki 2 lapisan. Perikardium viseral adalah satu lapisan sel mesotelial yang melekat pada miokardium, dengan lapisan berserat yang kuat untuk menyelimuti jantung sebagai perikardium parietal. Perikardium membatasi distensi ruang jantung dan meningkatkan efisiensi jantung.

Penyebab 

  • Aneurisma aortik disertai kebocoran perikardial 
  • Penyakit autoimun (demam reumatik akut, lupus eritematosus sistemik) 
  • Infeksi bakteri, virus, atau fungus (perikarditis menular) 
  • Obat, misalnya hydralazine, nydrazid, phenytoin, dan procainamide 
  • Radiasi dosis-tinggi pada dada 
  • Hipersensitivitas
  • Faktor idiopatik (paling umum dalam perikarditis akut) 
  • Miksedema dengan endapan kolesterol dalam perikardium 
  • Neoplasma (primer atau metastasis) 
  • Cedera postkardiak (infarksi miokardial yang menyebabkan sindrom Dressler; trauma atau pembedahan) 
  • Penyakit sistemik 
  • Uremia 

Patofisiologi

Perikarditis akut berkembang dengan cepat, menyebabkan peradangan pada kantung perikardial dan seringkali efusi perikardial. Peradangan dapat meluas ke miokardium epikardial (mioperikarditis). Efek hemodinamik yang merugikan dan gangguan ritme jarang terjadi, meskipun bisa terjadi tamponade jantung.

Perikardiitis akut dapat sembuh total, bisa juga sembuh lalu terulang kembali, kejadiannya mencapai 30% kasus menjadi subakut atau kronis. Bentuk ini berkembang dengan ciri menonjol mereka adalah efusi.

Perikarditis subakut terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kejadian. Sedangkan Perikarditis kronis didefinisikan sebagai perikarditis yang berlangsung> 6 bulan.

Efusi perikardial adalah akumulasi cairan di perikardium. Cairan tersebut bisa berupa cairan serosa, cairan serosanguineous, darah atau nanah.

Tamponade jantung terjadi ketika efusi perikardial yang besar mengganggu pengisian jantung, menyebabkan curah jantung menrun dan terkadang syok sampai kematian. Jika cairan menumpuk dengan cepat, bisa menyebabkan tamponade karena perikardium tidak dapat meregang cukup cepat. Efusi terlokalisasi dapat menyebabkan tamponade terlokalisasi di sisi kanan atau kiri jantung.

Perikarditis juga bisa menyebabkan penebalan dan pengerasan pada perikardium (perikarditis konstriktif). Perikarditis konstriktif disebabkan oleh peradangan yang ditandai, penebalan fibrotik pada perikardium. 

Kadang-kadang lapisan visceral dan parietal menempel satu sama lain atau ke miokardium. Jaringan fibrotik sering mengandung endapan kalsium. Perikardium yang kaku dan menebal sangat mengganggu pengisian ventrikel, menurunkan stroke volume dan curah jantung. 

Tanda Dan Gejala

Beberapa pasien datang dengan gejala dan tanda peradangan pada perikarditis akut, atau datang dengan gejala akumulasi cairan (efusi perikardial) atau penyempitan. 

Gejala dan tanda bervariasi tergantung pada tingkat keparahan peradangan dan jumlah serta laju penumpukan cairan. Bahkan sejumlah besar cairan perikardial bisa asimtomatik jika berkembang perlahan misalnya selama berbulan-bulan.

Perikarditis akut

Perikarditis akut cenderung menyebabkan nyeri dada dan gesekan perikardial, terkadang disertai dispnea. Bukti pertama dapat berupa tamponade, dengan hipotensi, syok, atau edema paru. 

Karena persarafan perikardium dan miokardium yang sama, nyeri dada pada perikarditis terkadang mirip dengan radang miokard atau iskemia. Nyeri prekordial atau substernal tumpul atau tajam dapat menjalar ke leher, punggung trapezius terutama kiri, atau bahu. 

Nyeri berkisar dari ringan sampai berat. Tidak seperti nyeri dada iskemik, nyeri akibat perikarditis biasanya diperburuk oleh gerakan toraks, batuk, pernapasan, atau menelan makanan, yang mungkin lega dengan duduk dan mencondongkan tubuh ke depan.

Mungkin ada takipnea dan batuk nonproduktif, demam, menggigil, dan kelemahan sering terjadi. Pada 15 sampai 25% pasien dengan perikarditis idiopatik, gejala kambuh sesekali selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun (perikarditis berulang).

Temuan fisik terpenting adalah triphasic atau gesekan prekordial sistolik dan diastolik. Namun, gesekan tersebut sering kali terjadi sebentar-sebentar dan cepat hilang, bisa jadi muncul hanya selama sistol atau, hanya selama diastol. 

Jika tidak ada suara gesekan yang terdengar dengan pasien duduk dan mencondongkan tubuh ke depan, auskultasi dapat dilakukan dengan mendengarkan diafragma stetoskop saat pasien dalam posisi merangkak. Kadang-kadang, komponen pleura pada gesekan dicatat selama bernafas, yang disebabkan oleh peradangan pada pleura yang berdekatan dengan perikardium.

Efusi perikardial

Efusi perikardial seringkali tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi bila terjadi dengan perikarditis akut, dapat timbul nyeri. Jumlah cairan perikardial yang cukup banyak dapat meredam suara jantung, meningkatkan area jantung yang tumpul, dan mengubah ukuran serta bentuk siluet jantung. 

Mungkin terdengar gesekan perikardial. Dengan efusi yang besar, kompresi pangkal paru kiri dapat menurunkan bunyi napas terdengar di dekat skapula kiri dan menyebabkan kerutan. Denyut arteri, nadi vena jugularis, dan tekanan darah normal kecuali jika tekanan intraperikardial meningkat secara substansial, menyebabkan tamponade.

Pada sindrom pasca Infark Miokard, efusi perikardial dapat terjadi dengan demam, gesekan gesekan, radang selaput dada, efusi pleura, dan nyeri sendi. Sindrom ini biasanya terjadi dalam 10 hari hingga 2 bulan setelah Infark. Biasanya ringan tapi bisa parah. 

Tamponade jantung

Temuan klinis serupa dengan syok kardiogenik berupa penurunan curah jantung, tekanan arteri sistemik rendah, takikardia, dan dispnea. Pembuluh darah leher sangat melebar. 

Tamponade jantung berat hampir selalu disertai dengan penurunan tekanan darah sistolik > 10 mm Hg selama inspirasi (pulsus paradoxus). Dalam kasus lanjut, denyut nadi bisa hilang selama inspirasi. Namun, pulsus paradoxus juga dapat terjadi pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma bronkial, emboli paru, infark ventrikel kanan, dan syok nonkardiogenik. 

Bunyi jantung teredam kecuali efusinya kecil. Efusi terlokalisasi dan hematoma eksentrik atau terlokalisasi dapat menyebabkan tamponade terlokalisasi, di mana hanya bilik jantung tertentu yang dikompresi. Dalam kasus ini, tanda fisik, hemodinamik, dan beberapa tanda ekokardiografi mungkin tidak ada.

Perikarditis konstriktif

Fibrosis atau kalsifikasi jarang menimbulkan gejala kecuali terjadi perikarditis konstriktif. Satu-satunya kelainan awal dapat berupa peningkatan tekanan vena diastolik, atrium, paru, dan sistemik ventrikel.

Gejala dan tanda kongesti vena perifer misalnya edema perifer, distensi vena leher, dan hepatomegali dapat muncul dengan bunyi diastolik dini (ketukan perikardial), sering terdengar paling baik selama inspirasi. Bunyi ini disebabkan oleh melambatnya pengisian ventrikel diastolik secara tiba-tiba oleh perikardium yang kaku.

Fungsi sistolik ventrikel berdasarkan fraksi ejeksi biasanya dipertahankan. Peningkatan tekanan vena pulmonal yang berkepanjangan menyebabkan dispnea terutama selama aktivitas dan ortopnea.

Kelelahan bisa parah dan distensi vena leher dengan peningkatan tekanan vena selama inspirasi. Pulsus paradoxus jarang terjadi dan biasanya tidak separah tamponade. Paru-paru tidak tersumbat kecuali terjadi penyempitan ventrikel kiri yang parah.

Uji diagnostik 

  • Elektrokardiografi menunjukkan perubahan khas pada penderita perikarditis akut (misalnya kenaikan segmen ST dalam leads anggota tubuh dan sebagian besar leads prekordial, kompleks QRS berkurang, dan perubahan ritme). 
  • Sinar-X, ekokardiogram, magnetic resonance imaging, computed tomography, dan angiografi koroner bisa menunjukkan parut, kontraktur perikardium, atau pembesaran jantung. 
  • Dalam perikarditis akut, elektrokardiogram menunjukkan kenaikan segmen ST dalam leads anggota tubuh standar dan sebagian besar leads prekordial yang kekurangan perubahan signifikan dalam morfologi kompleks QRS. 
  • Dalam efusi perikardial, ekokardiografi biasanya bisa mendiagnosis 
  • Jumlah sel darah putih normal atau meningkat, terutama dalam perikarditis menular. 
  • Kadar enzim kardiak sedikit naik, disertai miokarditis yang berkaitan, memastikan diagnosis. 
  • Kultur cairan perikardial didapat dengan drainase melalui pembedahan terbuka atau kardiosentesis (kadang-kadang mengidentifikasi organisme penyebab dalam perikarditis bakterial atau fungal) juga memastikan diagnosis. 

Penanganan 

  • Pasien perlu beristirahat di ranjang saat menderita demam dan nyeri
  • Obat anti-inflamatorik nonsteroidal (NSAID), misalnya aspirin dan indomethacin (Indocin), diberikan untuk meringankan nyeri dan mengurangi inflamasi. 
  • Kortikosteroid diberikan secara hati-hati untuk meringankan gejala dengan cepat dan efektif jika gejala masih ada setelah pasien diberi NSA1D. 
  • Walaupun bisa meringankan dengan cepat dan efektif, kortikosteroid harus digunakan dengan hati-hati karena rangkaian gejala bisa muncuI kembali jika terapi dihentikan. 
  • Perikarditis menular membutuhkan antibiotik (bisa dengan injeksi perikardial langsung), drainase melalui pembedahan, atau keduanya. 
  • Tamponade kardiak bisa membutuhkan perikardiosentesis. 
  • Perikarditis rekuren bisa memerlukan perikardektomi parsial. 
  • Penderita perikarditis konstriktif bisa memerlukan perikardektomi total untuk memungkinkan kecukupan pengisian dan kontraksi jantung. 
  • Penanganan pada gangguan mendasar yang menyebabkan. 

Asuhan Keperawatan (Askep Perikarditis) SDKI SLKI dan SIKI

Pengkajian Keperawatan

Gejala utama pasien perikarditis biasanya adalah nyeri, yang bisa dinilai dengan mengamati dan mengevaluasi pasien dalam berbagai posisi. 

Saat mengamati pasien, perawat sebaiknya mengidentifikasi apakah nyeri tersebut dipengaruhi oleh gerakan pernapasan, fleksi, ekstensi, atau rotasi tulang belakang, termasuk leher, gerakan bahu dan lengan, batuk, atau dengan menelan. 

Mengenali kejadian yang memicu atau mengintensifkan nyeri dapat membantu menegakkan diagnosis dan membedakan nyeri perikarditis dari nyeri infark miokard.

Friction rub perikardial terjadi ketika permukaan perikardial kehilangan cairan pelumasnya karena peradangan. Gesekan akan terdengar pada auskultasi dan sinkron dengan detak jantung. 

Jika ada kesulitan dalam membedakan gesekan perikardial dengan gesekan gesekan pleura, pasien diminta untuk menahan napas, pada saat menahan napas gesekan perikardial akan tetap berlanjut.

Suhu pasien harus sering dipantau. Perikarditis dapat menyebabkan timbulnya demam secara tiba-tiba pada pasien yang sebelumnya tidak mengalami demam.

Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut b/d Agen Pencedera Fisiologis (D.0077)

Luaran: Tingkat Nyeri menurun (L.08066)
  • Keluhan nyeri menurun
  • Meringis, sikap protektif, dan gelisah menurun
  • Kesulitan tidur menurun
  • Anoreksia menurun
  • Mual muntah menurun
  • Frekuensi nadi dan tekanan darah membaik
  • Nafsu makan dan pola tidur membaik
Intervensi: Manajemen Nyeri (I. 08238)
  • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
  • Identifikasi skala nyeri
  • Identifikasi respon nyeri non verbal
  • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
  • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
  • Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
  • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
  • Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
  • Monitor efek samping penggunaan analgetik
  • Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
  • Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
  • Fasilitasi istirahat dan tidur
  • Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
  • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
  • Jelaskan strategi meredakan nyeri
  • Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
  • Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
  • Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
  • Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Hipertemia b/d Proses Penyakit (D.0130)

Luaran: Termoregulasi Membaik (L.14134)
  • Menggigil, kulit merah, dan vasokonstriksi perifer menurun
  • Suhu tubuh dan suhu kulit membaik
  • Pengisian kapiler, ventilasi, dan tekanan darah membaik
Intervensi: Manajemen Hipertermia (I.14134)
  • Identifkasi penyebab hipertermi 
  • Monitor suhu tubuh
  • Monitor kadar elektrolit
  • Monitor haluaran urine
  • Sediakan lingkungan yang dingin
  • Longgarkan atau lepaskan pakaian
  • Basahi dan kipasi permukaan tubuh
  • Berikan cairan oral
  • Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
  • Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
  • Anjurkan tirah baring
  • Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

3. Risiko Penurunan Curah Jantung b/d Perubahan Kontraktilitas (D.0011)

Luaran: Curah Jantung Meningkat (L.02008)
  • Kekuatan nadi perifer meningkat 
  • Ejection Fraction (EF), LVSWI, dan Stroke Volume Indeks (SVI) meningkat
  • Palpitasi menurun
  • Dispnea, Paroksymal nocturnal dyspnea (PND) menurun
  • Lelah, pucat/sianosis menurun
  • Suara jantung S3 dan S4 menurun
  • Tekanan darah membaik
Intervensi : Perawatan Jantung (I.02075)
  • Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV)
  • Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
  • Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
  • Monitor intake dan output cairan
  • Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
  • Monitor saturasi oksigen
  • Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
  • Monitor EKG 12 sadapoan
  • Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
  • Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)
  • Monitor fungsi alat pacu jantung
  • Periksa tekanan darah dan frekwensi nadisebelum dan sesudah aktifitas
  • Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian obat (mis. Betablocker, ACEinhibitor, calcium channel blocker, digoksin)
  • Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
  • Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
  • Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
  • Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi hidup sehat
  • Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
  • Berikan dukungan emosional dan spiritual
  • Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%
  • Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
  • Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
  • Anjurkan berhenti merokok
  • Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
  • Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
  • Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
  • Rujuk ke program rehabilitasi jantung

4. Intoleransi Aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

Luaran: Toteransi Aktivitas Meningkat (L.05047)
  • Saturasi oksigen meningkat
  • Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari hari meningkat
  • Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
  • Dispnea saat dan setelah aktivitas menurun
  • Perasaan lemah menurun
  • Aritmia saat dan setelah aktivitas menurun
Intervensi: Manajemen Energi (I.05178)
  • Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
  • Monitor kelelahan fisik dan emosional
  • Monitor pola dan jam tidur
  • Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
  • Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
  • Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
  • Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
  • Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
  • Anjurkan tirah baring
  • Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
  • Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
  • Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
  • Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

5. Ansietas b/d Kurang Terpapar Informasi (D.0080)

Luaran: Tingkat Ansietas menurun (L.09093)
  • Verbalisasi kebingungan dan khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
  • Perilaku gelisah dan tegang menurun
  • Palpitasi, tremor, dan pucat menurun
  • Konsentrasi dan pola tidur membaik
  • Orientasi membaik
Intervensi: Reduksi ansietas (I.09314)
  • Identifikasi saat tingkat ansietas berubah seperti Kondisi, waktu, dan stressor.
  • Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
  • Monitor tanda anxietas baik verbal dan non verbal
  • Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
  • Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
  • Pahami situasi yang membuat ansietas
  • Dengarkan dengan penuh perhatian
  • Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
  • Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
  • Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang
  • Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
  • Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
  • Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
  • Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
  • Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
  • Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
  • Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
  • Latih teknik relaksasi
Referensi:
  1. Brian D.Hoit.2020. Pericarditis. Case Western Reserve University. MSD Manual Professional Version
  2. Nursing. Seri Untuk Keunggulan Klinis (2011). Menafsirkan Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta: PT Indeks
  3. Dababneh E, Siddique MS.2021. Pericarditis. StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431080/
  4. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  5. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  6. PPNI, 2019.  Standart I Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram