Widget HTML #1

Perawatan dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus (DM)

Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah dan mempengaruhi kemampuan tubuh menggunakan energi dalam melakukan aktifitas sehari-hari.  

Perawatan dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus (DM)

Tanda dan Gejala

Diagnosis Diabetes Melitus (DM) dapat ditegakkan jika mengalami dua atau tiga hal berikut ini

1. Trias gejala ( banyak kencing, minum dan makan)

2. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa lebih dari 120 mg/dl

3. Kadar glukosa darah 2 jam pada pemeriksaan sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

4. Hasil pemeriksaan Kadar glukosa darah sewaktu/acak  lebih dari 200 mg/dl

Awalnya tanda dan gejala dari diabetes tidak disadari oleh sebagian masyarakat, adanya trias gejala menjadi sebuah indikator yang harus diketahui masyarakat sebagai wal tanda gejala diabetes mellitus. 

Tjokroprawiro, 2001 membagi tanda gejala diabetes mellitus menjadi gejala akut dan kronik.

Gejala akut :

  • Trias gejala ( polifagia, polidipsi, dan poliuria ) disertai dengan peningkatan berat badan karena insulin masih mencukupi

  • Apabila kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl biasanya muncul keluhan nafsu makan berkurang dan mual. Terjadi penurunan berat badan antara 5-20 kg dalam waktu 2 sampai 4 minggu yang disertai munculnya keluhan mudah lelah.

  • Jika kadar glukosa darah melebihi 600 mg/dl bisa terjadi koma diabetikum

Gejala kronis :

  • Sering mengalami Kesemutan atau muncul rasa tebal pada kaki waktu berjalan

  • Mudah lelah dan mengantuk

  • Kulit terasa panas dan kram

  • Penglihatan kabur

  • Gatal di daerah kemaluan impoten atau gangguan lainnya

  • Pada diabetes gestasional ada kemungkinan mengalami keguguran atau kematian janin atau bayi lahir dengan berat badan lahir lebih dari 4kg

Patofisiologi

Pankreas memiliki sel-sel beta yang menghasilkan insulin untuk mengatur metabolisme karbohidrat dan membran glukosa ke sel tubuh. Gangguan produksi insulin di pankreas akibat kerusakan sel pankreas atau kemampuan tubuh bereaksi terhadap insulin itu sendiri menjadi faktor penyebab terjadinya diabetes mellitus. Faktor genetik bukan menjadi penyebab utama diabetes, melainkan faktor kebiasaan hidup dan lingkungan juga dapat mempengaruhi.

1. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh gangguan pankreas dan biasanya dikenal dengan diabetes tergantung insulin. Adanya destruksi sel beta di pankreas oleh autoimun maupun akibat adanya infeksi akan merusak sel pankreas oleh autoimun ataupun akibat adanya infeksi akan merusak sel pankreas dan jika 80-90% sel rusak, akan mengakibatkan produksi insulin berkurang sehingga terjadi hiperglikemia.

2. Diabetes tipe 2

Penyebab diabetes tipe 2  adalah terjadinya resistensi insulin perifer dan ketidak adekuatan sekresi insulin oleh pankreas, dalam hal ini sel beta. Resisten insulin dapat dipengaruhi oleh adanya asam lemak bebas yang mengikat dan proinflammatory cytokines dalam plasma darah, sehingga memicu penurunan transport glukosa ke sel otot, peningkatan produksi glukosa dan pemecahan lemak juga mengikat.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes tipe 2, antara lain obesitas, riwayat keluarga, etnik minoritas, sosial ekonomi rendah dan aktifitas fisik rendah.

3. Diabetes gestasional

Pada kehamilan dapat terjadi diabetes mellitus  yang disebut sebagai diabetes gestasional. Plasenta yang terbentuk pada masa kehamilan akan memproduksi hormon seperti estrogen, kortisol dan human placenta lactogen. Hormon tersebut akan menghambat  fungsi dari insulin sebagai pembawa glukosa ke sel dalam jaringan, sehingga glukosa dalam plasma meningkat.

Pemeriksaan Penunjang

  • Pemeriksaan glukosa darah menggunakan sampel darah perifer atau vena. Hasil yang ditemukan sebagai kriteria hiperglikemia atau diabetes mellitus, yaitu;  glukosa darah puasa 120 gr/dl, glukosa darah 2 jam setelah makan>  200 gr/dl, dan glukosa darah acak > 200 mg/dl.

  • Urine menggunakan reaksi Fehling atau kertas strip (BM test/Glukotest/Diastix)

  • A1C dianjurkan oleh American Diabetic Association (ADA). A1C yang lebih dari 6,5% dalam dua kali pemeriksaan, maka dapat ditegakkan diabetes mellitus.

  • C peptida dapat digunakan untuk menetukan penyebab diabetes atau mengklasifikasikan diabetes mellitus. Diabetes  tipe 1 memiliki C peptida yang rendah (<1,5 ng/ml), sedangkan diabetes tipe 2 memiliki C peptida normal atau tinggi (> 1,51 ng/ml).

Pemeriksaan Fisik

  • Rambut lebih tipis dan mudah rontok
  • Penurunan pendengaran atau telinga mendenging
  • Penurunan penglihatan (kabur) atau terjadi glaukoma atau retinopati diabetik sebagai komplikasi lanjut
  • Gangguan pengecap, ludah kental dan mulut terasa kering , dan gigi mudah goyah
  • Glukosa yang tinggi menyebabkan penurunan daya tuhan tubuh, sehingga mudah terserang bakteri atau virus
  • Impotensi
  • Neuropatik diabetik : kesemutan, rasa tebal pada kaki, kram dan dapat terjadi ulkus.
  • Pembuluh darah tersumbat  akibat glukosa yang menentalkan darah, maka akan terjadi gangguan kardiovaskuler,
  • Kulit kering dan mudah terinfeksi bakteri dan jamur, serta timbul rasa gatal

Penatalaksanaan

1. Diet

Diet pada diabetes bukan berarti tidak makan karbohidrat sama sekali, melainkan mengatur jadwal makan, jenis makanan dan jumlah makanan. Diet diabetes dapat digunakan untuk mencegah terjadi diabetes atau manajemen untuk mengontrol glukosa.

Penderita diabetes mellitus harus memperhatikan keseimbangan makanan dengan insulin yang didapatkan atau obat per oral, serta latihan fisik untuk mengontrol kadar glukosa darah. Batasan diet untuk diabetes mellitus, yaitu; karbohidrat 130 gram/hari, kolesterol konsumsi 200 mg/hari, lemak tersaturasi hanya 7% per hari, dan tinggi protein.

Foto: Flickr

2. Latihan fisik

Prinsipnya latihan fisik pada diabetes sama dengan olahraga secara umum yaitu: memenuhi frekuensi, intensitas, durasi dan tipe. Latihan fisik pada diabetes sangat dianjurkan terutama pada diabetes tipe 2 dalam emngontrol gula darah dan dapat menjaga stamina.

Agar tidak terjadi komplikasi seperti hipoglikemia, hal yang perlu diperhatikan saat latihan fisik adalah jumlah unit insulin dan jenis diet yang dikonsumsi. Pada diabetes mellitus tipe 2 sekitar 150 menit per minggu atau kurang lebih 20 menit setiap hari untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitivitas insulin.

Pada diabetes tipe 1, jika kadar glukosa kurang dari 100 mg/dl maka perlu konsumsi karbohidrat sebelum mengawali latihan fisik. Latihan fisik yang direkomendasikan yaitu; frekuensi 3-5xper minggu, intensitas 60%-70% dengan Maximum Heart Rate atau MHR (220-umur), durasi 30-60 menit, dna jenis aerobik ( jalan, jogging sepeda/renang).

3. Edukasi

Edukasi atau pendidikan kesehatan juga memiliki peran penting dalam manajemen pengendalian glukosa darah pada diabetes. Selain klien, keluarga juga penting untuk mendapatkan pendidikan kesehatan terkait dengan merawat anggota keluarganya yang menderita diabetes.

Edukasi pada diabetes mellitus dapat mengoptimalkan kontrol metabolisme, menurunkan gejala atau mengatasi kondisi kegawatan, mencegah dan memanajemen komplikasi, koping adaptasi positif pada kondisi dan mendukung hubungan tenaga kesehatan dan pasien dalam perencanaan perawatan.

Edukasi pemberian insulin juga penting untuk emandirikan penderita diabetes mellitus dan mencegah komplikasi.

4. Obat anti diabetes (OAD)

Terapi farmakologi pada diabetes mellitus mempertimbangkan bagaimana penyebab diabetes mellitus, antara lain kekurangan insulin, resistensi insulin atau keduanya. Terapi insulin diberikan pada diabetes tipe 1akan tetapi juga diberikan pada diabetes tipe 2 jika terapi obat, diet dan olahraga tidak mampu mengontrol gula darah atau pada kondisi infeksi berat. Berikut ini beberapa terapi anti diabetes ;

  • Meningkatkan insulin; obat sulfonylureas ( Glibenclamide, Tolazamide, Chlorpropamide)

  • Meningkatkan sensitivitas insulin, biguanides (metformin)

  • Insulin; beberapa jenis insulin : rapid acting  ( Aspart/Novolog), Short acting, intermediate, Long acting basal.


Referensi :

  1. Ekaputra, E. 2013. Evoluasi Manajemen Luka. Trans info media, jakarta.
  2. Suriadi, 2015. Pengkajian luka dan penanganannya. Sagung Seto. Jakarta.
Marthilda Suprayitna, Ners., M.Kep
Marthilda Suprayitna, Ners., M.Kep Praktisi dan Dosen Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram