Widget HTML #1

Penyakit Rheumatoid Arthritis Pada Persendian

Istilah Rheumatoid arthritis berasal dari bahasa Yunani, Rematism berarti mucus yaitu suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain setiap kondisi yang disertai rasa nyeri dan kaku pada system muskuluskletal dinamakan rheumatoid atau penyakit jaringan ikat.

Penyakit rematik merupakan kelompok terbesar gangguan otot dan persendian pada lansia karena prevalensinya yang tinggi. 

Memang kadang keluhan ini tersamarkan oleh keluhan yang tidak jelas. Penyakit penyerta yang tidak berhubungan dengan system otot dan persendian, serta sering terjadi bersamaan dengan beberapa fungsi sistem organ tubuh .

Rheumatoid arthritis merupakan suatu bentuk peradangan sendi yang biasanya menyerang jari-jari kaki, bisa juga menyerang lutut, tumit, pergelangan kaki, pergelangan tangan, jari tangan dan siku.

Penyakit Rheumatoid Arthritis

Penyebab

Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dan masih terus diteliti di berbagai belahan dunia, namun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur, sering dicurigai sebagai pencetusnya. 

Sejumlah ilmuan juga berpendapat, bahwa beberapa faktor resiko seperti faktor genetik dan kondisi lingkungan pun ikut berperan dalam timbulnya Rheumatoid Arthritis.

1. Genetik

Faktor genetik merupakan salah satu faktor penyebab rheumatoid arthritis karena struktur tulang dan sendi yang hampir sama dengan orang tuanya dan sebagai akibat dari mutasi molekul- molekul DNA dari orang tuanya.

2. Jenis Kelamin

Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan lebih banyak menderita penyakit ini.

3. Infeksi

Dengan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara mendadak dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga oleh bakteri, mikroplasma atau virus. 

Rheumatoid arthritis pada persendian dapat disebabkan karena adanya infeksi, virus, atau bakteri. Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang mendadak. Tanda tandanya berupa demam, nyeri pada persendian tulang dan otot, disertai dengan peradangan seperti bengkak, panas, bercak bercak merah pada kulit.

4. Heart Shock Protein (HSP)

HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh sebagai respon terhadap stres. 

5. Radikal Bebas

Radikal superoksida dan lipid peroksidase yang merangsang keluarnya prostaglandin dan pembengkakan. Menurut Lueckenotte (2006), penyebab rematoid athritis belum diketahui dengan jelas, namun teori yang paling banyak diterima menyebutkan bahwa rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan penyambung.

Insiden meningkat dengan bertambahnya usia terutama pada wanita. Insiden puncak adalah antara 40-60 tahun dan penyakit ini menyerang orang diseluruh dunia dan berbagai suku bangsa.

Faktor Yang Mempengaruhi Rheumatoid arthritis

Faktor yang mempengaruhi rematik tergantung pada jenis penyakitnya. Serangan pada jenis penyakit yang satu dipengaruhi oleh faktor yang berbeda.

Berikut beberapa hal yang mempengaruhi rheumatoid arthritis.

1. Faktor Usia

Rematik juga dipicu oleh faktor usia, setiap persendian tulang memiliki lapisan pelindung sendi yang menghalangi terjadinya gesekan antara tulang. Dan didalam sendi terdapat cairan yang berfungsi sebagi pelumas sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa.

Pada mereka yang sudah berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan tulang mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat bergerak. Biasanya lebih banyak menyerang usia diatas 60 tahun. 

2. Jenis Kelamin

Wanita lebih sering terkena rheumatoid arthritis lutut dan sendi, dan lelaki sering terkena athritis paha, pergelangan tangan, dan leher. 

Secara keseluruhan usia 45 tahun frekuensi rheumatoid arthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi rematoid athritis lebih banyak pada wanita daripada pria, hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogensis penyakit ini.

3. Pekerjaan atau aktifitas lansia

Sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari melakukan kegiatan atau aktifitas berat seperti memindahkan barang barang dengan beban yang sangat berat, tidak hanya itu aktifitas yang berlebihan juga sangat mempengaruhi terjadinya rheumatoid arthritis.

Mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci, mengepel rumah dalam frekuensi waktu yang cukup lama juga biasa mempengaruhi terjadinya rematoid athritis. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk dapat menyebabkan sakit punggung. 

Penyebab lainnya seperti pekerjaan yang berhubungan dengan cuaca yang dingin juga bias berpengaruh terhadap rentannya penyakit ini,dan juga pekerjaan lansia diluar aktifitas rumah juga tidak menutup kemungkinan akan terkena penyakit rheumatoid arthritis.

4. Jenis Makanan dan pola makan

Kopi Meskipun hubungan antara kopi dengan reumatik masih diperdebatkan, tapi studi menunjukkan kopi tanpa kafein bisa meningkatkan risiko terkena reumatik sedangkan kopi berkafein tidak memiliki dampak. 

Alkohol Dalam studi terbaru di jurnal Rheumatology, peneliti meminta sekitar 1.000 orang yang memiliki kebiasaan konsumsi alkohol dan kondisi reumatik. Peneliti menemukan orang yang mengonsumsi alkohol 3-4 hari dalam seminggu lebih memungkinkan untuk mendrita penyakit rheumatoid arthritis.

Rematoid athritis merupakan salah satu jenis rematoid yang salah satunya dipengaruhi oleh makanan. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung purin dapat meningkatkan kadar asam urat, yang menyebabkan terjadinya pengkristalisasian dalam sendi. Agar terhindar dari penyakit ini salah satu caranya adalah dengan menjaga pola makan.

Penderita Rematik sebaiknya menghindari memakan makanan yang mengandung tinggi purin  karena dapat memperparah penyakit sendi yang dideritanya, tidak hanya itu lansia juga tidak di perbolehkan menkonsumsi tinggi kolesterol (daging ayam, daging sapi, jeroan, gorengan, susu, mentega, santan), dan tinggi protein seperti tahu tempe (kacang-kacangan,). Diposisi normal yaitu 5,7 mg% .

Batasan tertinggi untuk pria 6,5 mg% sedangkan untuk wanita 5,5 mg%. Diatas batas ini biasanya terjadi pengkristalan, diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purine per/hari. Namun bagi penderita rematoid athritis, asupan purin harus dibatasi sekitar100-150 mg purin per/hari.

Makanan untuk diet asam urat menjadi 3 jenis, yaitu bahan makanan yang kandungan tinggi purin, sedang, dan rendah

a. Tinggi purin (150-100 mg/100 gram bahan pangan)

Ikan teri, ikan jerohan, daging angsa, burung darah, telur ikan, kaldu, sarden, alkohol, ragi, melinjo (emping dan makanan yang diawetkan).

b. Sedang (50-100 mg/100 g bahan pangan)

Bahan pangan ini sebaiknya dibatasi 50 g per hari. Ikan tongkol, tenggiri, balwel, bandeng, daging sapi, daging ayam , kerang asporagus, kacang-kacangan, jamur, bayam, kembang kul, buncis, kapri, tahu tempe.

c. Rendah purin (0-100 mg/100g bahan panagn )

Nasi, roti, makaroni, mie, cracket, susu, keju, telur, sayuran dan buah buahan kecuali durian dan alpukat, akan tetpai pada rematoid athritis salah satunya dipengaruhi oleh defisiensi kalsium akibat makanan rendah, kalsium dan vitamin D dalam waktu yang lama.

Tanda Dan Gejala

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita rheumatoid arthritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.

Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.

Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.

Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi terutama menyerang sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.

Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.

Deformitas. kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. 

Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.

Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. 

Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat, hal ini sangat identik sekali dengan lansia.

Manifestasi ekstra-artikular: arthritis rheumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.

Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis

Non Farmakologi

Tindakan non farmakologi mencangkup intervensi perilaku-kognitif dan penggunaan agen-agen fisik. Tujuannya adalah mengubah persepsi penderita tentang penyakit, mengubah perilaku, dan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar. 

Menggunakan terapi modalitas maupun terapi komplementer yang digunakan pada kasus dengan Rheumatoid Arthritis pada lansia mencangkup :

1. Diit

Diit makanan merupakan alternatif pengobatan non farmakologi untuk penderita Rheumatoid Arthritis. Prinsip umum untuk memperoleh diit seimbang bagi pederita dengan Rheumatoid Arthritis adalah penting dimana pengaturan diit seimbang pada penderita akan menurunkan kadar asam urat dalam darah. 

Umumya penderita akan mudah menjadi terlalu gemuk disebabkan oleh aktivitas penderita rendah. Bertambahnya berat badan dapat menambah tekanan pada sendi panggul, lutut, dan sendi-sendi pada kaki.

Diit dan terapi yang berfungsi sebagai pengobatan bagi penderita Rheumatoid Arthritis seperti mengkonsumsi jus seledri dan daun salada, kubis, bawang putih, bawang merah, dan wortel.

Penderita dapat mengkonsumsi buah musiman yaitu anggur, ceryy, sirsak, aprikort, dan buah tin serta sebaiknya hindari makanan seperti lobak, buncis, kacang tanah, adas, dan tomat. 

Mengkonsumsi minyak ikan yang mengandung Omega 3 seperti ikan salmon, tuna, sarden, dan makarel akan mengurangi dan menghilangkan kekakuan pada sendi di pagi hari dan pembengkakan. 1 gram minyak ikan yang dikonsumsi dapat menurunkan pembengkakan dan nyeri pada sendi. 

Begitu pula dengan mengkonsumsi multivitamin setiap hari yang mempunyai sifat anti inflamasi dan anti oksidan sangat bermanfaat bagi penderita Rheumatoid Arthritis.

Adapun makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita Rheumatoid Arthritis seperti minuman alkohol, bersoda dan kafein, tinggi protein, jeroan (hati,ginjal), makanan laut, seafood, gorengan, emping, dan kuah daging atau daging merah serta merokok. 

Akan tetapi makanan yang bersumber dari hewani seperti, ikan tawar sangat penting dalam mencegah dan mengobati Rheumatoid Arthritis.

Dalam mengkonsumsi makanan pada lansia dengan Rheumatoid Arthritis, jumlah proteinnya harus dibatasi sebesar 20-40 gram/hari,hal ini bisa membantu lansia dalam mengurangi kandungan protein.

2. Kompres panas dan dingin serta massase

Penelitian membuktikan bahwa kompres panas sama efektifnya dalam mengurangi nyeri. Pilihan terapi panas dan dingin bervariasi menurut kondisi penderita, misalnya panas lembab menghilangkan kekakuan pada pagi hari, tetapi kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi yang mengalami peradangan.

Namun pada sebagian penderita, kompres hangat dapat meningkatkan rasa nyeri, spasme otot, dan volume cairan sinovial. Jika proses inflamsi bersifat akut, kompres dingin dapat di coba dalam bentuk kantung air dingin atau kantung es.

Massase dengan menggunakan es dan kompres menggunakan kantung es sangat efektif menghilangkan nyeri. Meletakkan es di atas kulit memberikan tekanan yang kuat, diikuti dengan massase melingkar, tetap, dan perlahan. 

Lokasi pengompresan yang paling efektif berada di dekat lokasi aktual nyeri, serta memakan waktu 5 sampai 10 menit dalam mengkompres dingin.

3. Olah raga dan istirahat.

Penderita Rheumatoid Arthritis harus menyeimbangkan kehidupannya dengan istirahat dan beraktivitas. Saat lansia merasa nyeri atau pegal maka harus beristirahat. 

Istirahat tidak boleh berlebihan karena akan mengakibatkan kekakuan pada sendi. Latihan gerak (Range of Motion) merupakan terapi latihan untuk memelihara atau meningkatkan kekuatan otot.

Otot yang kuat membantu dan menjaga sendi yang terserang penyakit Rheumatoid Arthritis. Ketidakaktifan penderita dapat menimbulkan ketidakaktifan oleh karena itu tindakan untuk membangun kertahankan fisik harus dilaksanakan dengan latihan kondisioning seperti berjalan kaki, senam, berenang atau bersepeda, dan berkebun dilakukan secara bertahap dan dengan pemantauan.

Dengan berolahraga, penderita Rheumatoid Arthritis akan menurunkan nyeri sendi, mengurangi kekakuan, meningkatkan kelenturan otot, meningkatkan daya tahan tubuh, tidur menjadi nyenyak, dan mengurangi kecemasan.

Lansia melakukan olahraga dengan diit secara seimbang berdasarkan penelitian Jong et al, kepada 217 lansia selama 17 minggu menemukan terjadi perbedaan antara lansia yang melakukan olahraga dengan lansia yang tidak berolahraga dapat menurunkan berat badan 0.5 kg sampai dengan 1.2 kg dengan P Value = 0.02 dan dapat terhindar dari kekakuan dan nyeri pada sendi.

Adanya nyeri, pembatasan gerak, keletihan, maupun malaise dapat menggangu istirahat oleh karena itu penderita sebaiknya menggunakan kasur atau matras yang keras dengan meninggikannya sesuai kebutuhan, mengambil posisi yang nyaman saat tidur atau duduk di kursi. 

Gunakan bantal untuk menyokong sendi yang sakit dalam mempertahankan posisi netral, ataupun memberikan massase yang lembut encegah ketidaknyamanan akibat stress aktivitas atau stress akibat menanggung beban berat pada sendi, penggunaan perban tekan, bidai, dan alat bantu mobilitas seperti tongkat, kruk, dan tripod dapat membantu mengurangi rasa nyeri dengan membatasi gerakan.

4. Sinar Inframerah.

Cara yang lebih modern untuk menghilangkan rasa sakit akibat rematik adalah penyinaran menggunakan sinar inframerah. Meskipun umumnya dilakukan di tempat-tempat fisioterapi, penyinaran tidak boleh melampaui 15 menit dengan jarak lampu dan bagian tubuh yang disinari sekitar 1 meter. Harus diperhatikan juga agar kulit di tempat rasa sakit tadi tidak sampai terbakar.

5. Terapi Komplementer

Menggunakan obat-obatan dari herbal. jenis herbal yang biasa membuat mengurangi dan menghilangkan nyeri pada Rheumatoid Arthritis misalnya jahe dan kunyit, biji seledri, daun lidah buaya, naroma terapi, rosemary, atau minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.

Accupresure. merupakan latihan untuk mengurangi nyeri pada Rheumatoid Arthritis. Accrupresure memberikan tekanan pada alur energi disepanjang jalur tubuh. 

Tekanan yang diberikan pada alur energi yang terkongesti untuk memberikan kondisi yang sehat pada penderita ketika titik tekanan di sentuh, maka dirasakan sensasi ringan dengan denyutan di bawah jari-jari.

Mula-mula nadi dibeberapa titik akan terasa berbeda, tetapi karena terus-menerus dipegang nadi akan menjadi seimbang, setelah titik tersebut seimbang dilanjutkan dengan menggerakan nadi-nadi tersebut dengan lembut.

Relaksasi Progresif Dapat diberikan dengan pergerakan yang dilakukan pada keseluruhan otot, trauma otot extrim secara berurutan dengan gerakan peregangan dan pelemasan. Realaksasi progresif dilakukan secara berganitan. 

Terapi ini memiliki tujuan untuk mengurangi ketegangan pada otot khususnya otot-otot extremitas atas, bawah, pernapasan, dan perut serta melancarkan sistem pembuluh darah dan mengurangi kecemasan penderita.

Penatalaksanaan Farmakologi

Rheumatoid Arthritis saat ini belum ada obatnya, kecuali dibebabkan oleh infeksi. Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya. 

Tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk mengurangi nyeri, mengurangi terjadinya proses inflamasi pada sendi, memelihara, dan memperbaiki fungsi sendi dan mencegah kerusakan tulang.

Mengingat keluhan utama penderita Rheumatoid Arthritis adalah timbulnya rasa nyeri, inflamasi, kekakuan, maka strategi penetalaksanaanya nyeri mencangkup pendekatan farmakologi dan non farmakologi.

Mengkombinasikan beberapa tipe pengobatan dengan menghilangkan nyeri. Obat anti infalamasi yang dipilih sebagai pilihan pertama adalah aspirin dan NSAIDs dan pilihan ke dua adalah kombinasi terapi terutama Kortikosteroid.

Pada beberapa kasus pengobatan bertujuan untuk memperlambat proses dan mengubah perjalanan penyakit dan obat-obatan yang digunakan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Pengobatan dengan Aspirin dan Asetaminofen diberikan untuk menghindari terjadinya infalamasi pada sendi dan menggunakan obat NSAIDs untuk menekan prostaglandin yang menyebabkan timbulnya peradangan dan efek samping obat ini adalah iritasi pada lambung.

Penelitian yang dilakukan oleh Gotzsche & Johansen (1998), penggunaan obat ini dapat menurunkan ambang nyeri mencapai 0.25% sampai dengan 2.24%, tetapi obat ini mempunyai suatu efek lebih besar dibanding anti inflamatori selama penggunaan jangka panjang.

Pemberian kortikosteroid digunakan untuk mengobati gejala Rheumatoid Arthritis saja seperti nyeri pada sendi, kaku sendi pada pagi hari, lemas, dan tidak nafsu makan. Cara kerja obat Kortokosteroid dengan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada penderita berkurang.

Efek samping jangka pendek menggunakan Kortikosteroid adalah pembengkakan, emosi menjadi labil, efek jangka panjang tulang menjadi keropos, tekanan darah menjadi tinggi, kerusakan arteri pada pembuluh darah, infeksi, dan katarak. Penghentian pemberian obat ini harus dilakukan secara bertahap dan tidak boleh secara mendadak.

Bagi penderita rematoid athritis erosif, persisten, bedah rekonstruksi merupakan indikasi jika rasa nyeri tidak dapat diredakan dengan tindakan konservatif. Prosedur bedah mencangkup tindakan Sinovektomi (eksisi membran sinovial), Tenorafi (penjahitan tendon), Atrodesis (operasi untuk menyatukan sendi), dan Artroplasti (operasi untuk memperbaiki sendi).
Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram