Widget HTML #1

Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan

Komunikasi terapeutik keperawatan adalah jenis komunikasi profesional yang digunakan oleh perawat dengan pasien dan didefinisikan sebagai proses transmisi informasi interpersonal yang bertujuan pada pemahaman dan partisipasi pasien. Komunikasi yang baik akan membangun hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien. 

Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan
Image by RODNAE Productions on pexels

Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan

Pendahuluan

Bagi seorang perawat, keterampilan komunikasi yang baik sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang aman, berkualitas, dan berpusat pada pasien.

Perawat harus mengembangkan hubungan terapeutik dengan pasien dan anggota keluarga setiap hari untuk memastikan bahwa masalah dan kebutuhan perawatan kesehatan terpenuhi. 

Jika komunikasi terputus, pertukaran informasi berhenti dan kebutuhan pasien tidak teridentifikasi. Perawat harus mengoptimalkan proses komunikasi dengan pasien dan keluarga dengan membangun kepercayaan dan secara aktif mendengarkan masalah terkait perawatan kesehatan yang sedang dijalani. 

Selain itu, sangat penting bagi perawat untuk memastikan bahwa komunikasi dengan seluruh tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien berjalan dengan baik. 

Komunikasi dengan anggota tim lainnya senantiasa harus profesional, terorganisir, akurat, lengkap, dan ringkas.

Komunikasi yang efektif adalah salah satu Standar Kinerja Profesional dalam bidang keperawatan. Beberapa hal yang terkait dengan komunikasi yang efektif seperti menunjukkan komunikasi verbal dan nonverbal yang tepat, menggunakan komunikasi asertif, menghormati privasi, dan mengatasi masalah.

Tipe Komunikasi

Komunikasi Verbal

Komunikasi yang efektif membutuhkan interaksi antara pengirim pesan, pesan yang jelas dan ringkas, serta penerima yang dapat memahami dan menafsirkan pesan tersebut.

Penerima juga memberikan pesan umpan balik kembali ke pengirim sebagai tanggapan atas pesan yang diterima.

Perawat membantu pasien dan anggota keluarganya untuk memahami kebutuhan dan perawatan kesehatan dengan menggunakan komunikasi verbal, nonverbal, dan tertulis.

Komunikasi verbal lebih dari sekedar berbicara. Komunikasi verbal yang efektif didefinisikan sebagai pertukaran informasi menggunakan kata-kata yang dipahami oleh penerima dengan cara yang menyampaikan perhatian dan rasa hormat profesional.

Saat berkomunikasi dengan orang lain, penting bagi perawat untuk menilai metode komunikasi yang disukai pasien dan karakteristik individu penerima yang mungkin mempengaruhi komunikasi, serta selanjutnya menyesuaikan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Komunikasi nonverbal

Selain berkomunikasi secara verbal, perawat juga harus memperhatikan pesan yang dikirim melalui komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal dapat berdampak luar biasa pada pengalaman komunikasi dan mungkin jauh lebih kuat daripada pesan verbal itu sendiri.

Secara umum, 80% komunikasi yang terjadi pada manusia adalah komunikasi nonverbal. Proporsi komunikasi nonverbal yaitu 55% adalah bahasa tubuh, 38% nada suara, dan 7% kata-kata aktual yang diucapkan.

Komunikasi nonverbal meliputi bahasa tubuh dan ekspresi wajah, nada suara, dan kecepatan percakapan. Perawat harus memperhatikan isyarat komunikasi nonverbal dan pesan yang mereka berikan kepada pasien dan keluarga mereka. 

Perawat harus memiliki tujuan dalam penggunaan komunikasi nonverbal yang menyampaikan perasaan peduli. 

Perawat menggunakan komunikasi nonverbal seperti langsung menghadap pasien, mencondongkan tubuh sedikit ke depan, dan melakukan kontak mata untuk mengkomunikasikan bahwa mereka peduli dengan apa yang dikatakan orang tersebut dan mereka mendapatkan perhatian penuh.

Hambatan Komunikasi

Hambatan Komunikasi yang sering dialami antara perawat dan pasien khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan antara lain:

  • Penggunaan Istilah: Hindari menggunakan terminologi medis yang rumit atau penggunaan kata-kata asing untuk pasien. Saat berkomunikasi dengan pasien, jelaskan informasi dalam bahasa sederhana yang mudah dipahami oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang medis atau keperawatan.
  • Kurangnya perhatian: Perawat biasanya sangat sibuk dengan berbagai tugas yang harus diselesaikan untuk banyak pasien. Saat memasuki kamar pasien, berhenti sejenak menarik napas dalam-dalam dan memberi pasien perhatian penuh. Pasien harus merasa seolah-olah mereka yang menjadi pusat perhatian.
  • Kebisingan dan gangguan lainnya: Bangsal perawatan bisa sangat bising karena berbagai hal seperti orang-orang yang berbicara, suara TV, alarm, dan aktivitas lainnya. Ciptakan lingkungan yang tenang dan hening saat berkomunikasi dengan pasien dengan menutup pintu, mengurangi volume TV, atau tindakan lainnya.
  • Pencahayaan: Ruangan yang terlalu gelap atau terlalu terang dapat menimbulkan hambatan komunikasi. Pastikan pencahayaan sesuai dengan preferensi pasien.
  • Masalah pendengaran dan bicara: Jika pasien memiliki masalah pendengaran atau bicara, gunakan strategi untuk meningkatkan komunikasi. 
  • Perbedaan bahasa: Jika bahasa Indonesia bukan bahasa utama pasien, penting untuk mencari penerjemah dalam bahasa pilihan pasien jika memungkinkan. 
  • Perbedaan dalam keyakinan budaya: Norma interaksi sosial sangat bervariasi dalam budaya yang berbeda, serta cara ekspresi emosi. Misalnya, konsep privasi bervariasi antar budaya.
  • Hambatan psikologis: Keadaan psikologis perawat dan pasien memengaruhi bagaimana pesan dikirim, diterima, dan dirasakan. Misalnya, jika perawat merasa stres dan kelelahan dalam bertugas, akan berdampak pada komunikasi nonverbal yang terkait seperti kurangnya kontak mata, tergesa-gesa, atau bahasa pendek dapat memengaruhi cara pasien memahami pesan tersebut. 
  • Hambatan fisiologis: Penting untuk menyadari potensi hambatan fisiologis pasien saat berkomunikasi. Misalnya, jika pasien kesakitan, mereka cenderung tidak mendengar dan mengingat apa yang dikatakan, jadi pereda nyeri harus diberikan sesuai kebutuhan sebelum memberikan edukasi kepada pasien. 
  • Perbedaan persepsi dan sudut pandang: Setiap orang memiliki keyakinan dan sudut pandang masing-masing dan ingin merasa “didengar”. Ketika pasien merasa keyakinan atau perspektif mereka tidak dihargai, mereka sering menutup diri dari percakapan atau rencana perawatan. Perawat harus memberikan informasi perawatan kesehatan dengan cara yang tidak menghakimi, bahkan jika perspektif, sudut pandang, dan keyakinan pasien berbeda dengan perawat.

Teknik Komunikasi Terapeutik Keperawatan

Teknik komunikasi terapeutik adalah metode khusus yang digunakan untuk memberikan dukungan dan informasi kepada pasien sambil berfokus pada masalah mereka. 

Perawat membantu pasien untuk menetapkan tujuan dan memilih strategi untuk rencana perawatan mereka berdasarkan kebutuhan, nilai, keterampilan, dan kemampuan mereka.

Penting untuk mengenali otonomi pasien untuk membuat keputusan sendiri, mempertahankan sikap tidak menghakimi, dan menghindari interupsi. Tergantung pada tahap perkembangan dan kebutuhan pendidikan pasien, terminologi yang tepat harus digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan hubungan pasien. 

Saat menggunakan komunikasi terapeutik, perawat sering mengajukan pertanyaan  terbuka, mengulangi informasi untuk mendorong pasien mengatasi masalah mereka sendiri.

Selain teknik terapeutik, perawat dan mahasiswa keperawatan harus benar-benar berkomunikasi dengan empati. Berkomunikasi dengan jujur, dan tulus. Sikap ini akan menciptakan hubungan yang baik dengan pasien.  

Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika tim perawatan kesehatan berkomunikasi dengan empati, penyembuhan pasien meningkat, gejala depresi berkurang, dan kesalahan medis berkurang.

Berikut ini teknik komunikasi terpeutik dalam keperawatan yaitu:

  • Mendengarkan Secara Aktif: Dengan menggunakan isyarat nonverbal dan verbal seperti mengangguk dan berkata "Saya mengerti," perawat dapat mendorong pasien untuk terus berbicara. Mendengarkan secara aktif menunjukkan minat pada apa yang dikatakan pasien, mengakui bahwa perawat mendengarkan dan memahami, serta terlibat dengan mereka selama percakapan. 
  • Diam sejenak: Pada kondisi tertentu akan berguna untuk tidak berbicara sama sekali. Diam sejenak dapat memberi perawat dan pasien kesempatan untuk memikirkan dan memproses apa yang akan terjadi selanjutnya dalam percakapan. Hal ini memberi pasien waktu dan ruang yang mereka butuhkan untuk membicarakan topik baru.
  • Penerimaan: Penting untuk mengakui pesan pasien dan menegaskan bahwa mereka telah didengar. Penerimaan tidak harus sama dengan persetujuan, cukup dengan melakukan kontak mata dan berkata, "Ya, saya mendengar apa yang anda katakan." Pasien yang merasa perawat mereka mendengarkan mereka dan menganggap mereka serius lebih mungkin menerima perawatan.
  • Memberikan Pengakuan: Memberikan pengakuan atas perilaku baik pasien terutama yang berkaitan dengan proses keperawatan yang sedang berlangsung. Seperti memuji saat pasien minum obat dengan teratur dan lain-lain.
  • Meluangkan waktu: Masa inap di Rumah Sakit terkadang bisa membuat pasien merasa kesepian dan stres. Ketika perawat hadir bersama pasien mereka, itu menunjukkan kepada pasien bahwa perawat menghargai mereka dan bersedia memberi mereka waktu dan perhatian. Sekadar duduk bersama pasien selama beberapa menit adalah cara ampuh untuk menciptakan hubungan terpeutik.
  • Pertanyaan Terbuka: Komunikasi terapeutik seringkali paling efektif ketika pasien mengarahkan alur percakapan dan memutuskan apa yang akan dibicarakan. Untuk itu, berikan pasien pertanyaan terbuka seperti "Apa yang Anda pikirkan hari ini?" atau "Apa yang ingin Anda bicarakan?" dapat menjadi cara yang baik untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk mendiskusikan apa yang ada di pikiran mereka.
  • Klarifikasi: Mendengarkan secara aktif dan meminta klarifikasi kepada pasien ketika mereka mengatakan sesuatu yang membingungkan atau ambigu adalah hal penting. 
  • Menempatkan Peristiwa dalam Waktu atau Urutan: Mengajukan pertanyaan tentang kapan peristiwa tertentu terjadi sehubungan dengan peristiwa lain dapat membantu pasien dan perawat mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang gambaran keseluruhan.
  • Observasi: Observasi tentang penampilan, sikap, atau perilaku pasien dapat membantu mengidentifikasi area yang mungkin menunjukkan masalah.
  • Merangkum: Meringkas apa yang dikatakan pasien merupakan hal yang bermanfaat. Hal ini menunjukkan kepada pasien bahwa perawat mendengarkan dan memungkinkan perawat untuk memverifikasi informasi dan memberikan izin eksplisit kepada pasien untuk melakukan koreksi jika diperlukan.
  • Refleksi: Pasien sering meminta nasihat perawat tentang apa yang harus mereka lakukan tentang masalah tertentu. Perawat dapat bertanya kepada pasien apa yang menurut mereka harus mereka lakukan, yang mendorong mereka untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri dan membantu mereka menemukan solusi sendiri.
  • Fokus: Terkadang selama percakapan, pasien menyebutkan sesuatu yang sangat penting. Ketika ini terjadi, perawat dapat fokus pada pernyataan mereka, mendorong pasien untuk mendiskusikannya lebih lanjut. Pasien tidak selalu memiliki perspektif objektif tentang apa yang relevan dengan kasus mereka, perawat dapat lebih mudah memilih topik yang menjadi fokus.
  • Motivasi dan Humor: Karena rumah sakit dapat menjadi tempat yang penuh tekanan bagi pasien, berbagi harapan bahwa mereka dapat bertahan melalui situasi mereka saat ini dan mencairkan suasana dengan humor dapat membantu perawat menjalin hubungan dengan cepat. Teknik ini dapat menjaga pasien dalam keadaan pikiran yang lebih positif. Namun, penting untuk menyesuaikan humor dengan selera humor pasien.

Referensi:

Kimberly E, MSN RN & Dr. Elizabeth DPN, RN. 2021. Communication. in: Nursing Fundamentals Textbook. wtcs.pressbooks

Abdolrahimi, M, et.al. 2017. Therapeutic communication in nursing students: A Walker & Avant concept analysis. Electronic Physician, 9(8), 4968–4977.

Smith, L. 2018. Strategies for effective patient communication. American Nurse.

Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat