Widget HTML #1

Asuhan Keperawatan Pada Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah pelebaran dan kerusakan bronkus yang disebabkan oleh infeksi dan peradangan kronis. Penyebab umumnya adalah fibrosis kistik, gangguan imunitas, infeksi berulang, dan beberapa kasus idiopatik. 

Gejala batuk kronis dengan sputum purulent, beberapa pasien mungkin mengalami demam dan dispnea. Diagnosis didasarkan pada riwayat dan pemeriksaan penunjang. Pengobatan dan pencegahan eksaserbasi akut adalah dengan bronkodilator, pembersihan sekret, antibiotik, dan manajemen komplikasi, seperti hemoptisis dan kerusakan paru lebih lanjut akibat infeksi dari mikroorganisme resisten atau oportunistik. 

Asuhan keperawatan bronkiektasis
Gambar by. BruceBlaus from: wikimedia.org

Penyebab 

a. Bronkiektasis difus

Bronkiektasis difus berkembang paling sering pada pasien dengan kelainan genetik, imunologis, atau anatomik yang mempengaruhi saluran pernafasan. Di negara maju, sebagian besar kasus awalnya  idiopatik, hal ini karena onsetnya sangat lambat sehingga masalah pemicunya tidak langsung terlihat pada saat bronkiektasis dikenali. 

Dengan pengujian genetik dan imunologi terbaru, semakin banyak laporan yang menjelaskan penemuan etiologi dalam kasus idiopatik ini setelah evaluasi sistematis. Fibrosis Kistik (CF) umumnya dikaitkan dengan kondisi ini, yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat menyebabkan hingga 20% kasus idiopatik. 

Imunodefisiensi seperti common variable immunodeficiency (CVID) juga dapat menyebabkan bronkiektasis difus, seperti halnya kelainan terjadi pada struktur saluran napas. Kekurangan gizi dan infeksi human immunodeficiency virus (HIV) juga tampaknya meningkatkan risiko.

Bronkiektasis difus kadang-kadang mempersulit gangguan autoimun, seperti rheumatoid arthritis atau sindrom Sjögren, dan dapat terjadi dalam  keganasan hematologi, transplantasi organ, atau karena gangguan kekebalan yang terkait dengan pengobatan dalam kondisi ini. Bronkiektasis juga dapat dikaitkan dengan kondisi yang lebih umum, termasuk penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, atau aspirasi berulang kronis.

Aspergillosis bronkopulmonalis alergi, reaksi hipersensitivitas terhadap spesies Aspergillus yang paling sering terjadi pada penderita asma, tetapi terkadang pada pasien Fibrosis kistik, dapat menyebabkan atau berkontribusi pada bronkiektasis.

Di negara berkembang, sebagian besar kasus mungkin disebabkan oleh tuberkulosis, terutama pada pasien dengan gangguan fungsi kekebalan akibat kurang gizi atau infeksi human immunodeficiency virus (HIV).

b. Bronkiektasis fokal

Bronkiektasis fokal biasanya berkembang sebagai akibat dari pneumonia yang tidak diobati atau obstruksi karena benda asing, tumor, perubahan pasca operasi, dan limfadenopati. Mikobakterium  tuberkulosis atau nontuberkulosis dapat menyebabkan bronkiektasis fokal dan berkoloni di paru-paru pasien bronkiektasis. 

Tanda dan gejala 

Gejala khas dimulai  secara bertahap makin memburuk selama perkembangan, disertai dengan episode eksaserbasi akut.

Gejala yang paling umum muncul adalah batuk kronis yang menghasilkan dahak kental dan purulen. Dispnea dan mengi sering terjadi, dan nyeri dada pleuritik dapat berkembang. Pada kasus lanjut, hipoksemia dan gagal jantung sisi kanan akibat hipertensi pulmonal dapat meningkatkan dispnea. Hemoptisis terjadi secara masif  karena neovaskularisasi saluran napas.

Eksaserbasi akut sering terjadi akibat infeksi baru atau infeksi yang semakin parah. Eksaserbasi ditandai dengan batuk yang memburuk dan peningkatan dispnea serta volume dan purulensi sputum. Demam ringan dan gejala konstitusional seperti kelelahan dan malaise.

Halitosis dan suara napas yang tidak normal seperti ronki  dan mengi, merupakan temuan pemeriksaan fisik yang khas. Pada kasus lanjut, tanda-tanda hipoksemia, hipertensi paru seperti dispnea, pusing, dan gagal jantung sisi kanan sering ditemukan. Rinosinusitis kronis dan polip hidung mungkin ada. Massa tubuh biasanya menurun, kemungkinan karena peradangan dan kelebihan sitokin, dan pada pasien Fibrosis kistik. 

Uji diagnostik 

  • Riwayat pasien dan pemeriksaan fisik
  • Rontgen dada
  • CT dada resolusi tinggi
  • Tes fungsi paru untuk evaluasi dasar dan pemantauan perkembangan penyakit
  • Kultur dahak untuk bakteri dan mikobakteri untuk menentukan organisme yang berkoloni
  • Tes khusus untuk penyebab yang dicurigai

Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan pengujian radiologis, dimulai dengan rontgen dada. Bronkitis kronis dapat menyerupai bronkiektasis secara klinis, tetapi bronkiektasis dibedakan dengan peningkatan purulensi dan volume sputum harian serta dengan dilatasi saluran udara yang ditunjukkan pada studi pencitraan. 

Penanganan 

  • Pencegahan eksaserbasi dengan antibiotik
  • Tindakan untuk membantu membersihkan sekresi jalan napas
  • Bronkodilator dan kadangkala kortikosteroid inhalasi jika terdapat obstruksi jalan nafas yang reversibel
  • Antibiotik dan bronkodilator untuk eksaserbasi akut
  • Kadang-kadang reseksi bedah untuk penyakit lokal dengan gejala atau perdarahan yang sulit diatasi
  • Tujuan pengobatan utama adalah untuk mengontrol gejala dan meningkatkan kualitas hidup, mengurangi frekuensi eksaserbasi, dan mempertahankan fungsi paru-paru . 

Intervensi Asuhan Keperawatan 

Intervensi asuhan keperawatan pada bronkiektasis antara lain:

  • Beri perawatan suportif, dan bantu pasien menyesuaikan perubahan permanen dalam gaya hidup yang dipelukan oleh kerusakan tulang yang tidak bisa disembuhkan. Pengajaran menyeluruh pada pasien merupakan hal yang vital. 
  • Beri antibiotik sesuai dosis dan jelaskan semua uji diagnostik. 
  • Lakukan fisioterapi dada, termasuk drainase postural dan perkusi dada yang dirancang untuk lobus yang terlibat, selama beberapa kali per hari. Waktu terbaik untuk melakukannya adalah di awal pagi hari dan sesaat sebelum tidur di malam hari. Instruksikan pasien untuk mempertahankan posisi selama 10 menit. Kemudian lakukan perkusi, dan minta ia batuk. 
  • Untuk membantu mencegah bronkiektasis, tangani pneumonia bakterial secara menyeluruh dan tekankan perlunya imunisasi untuk mencegah penyakit di masa kanak-kanak. 
  • Ulas panduan pengajaran pada pasien.  


Referensi: 

  1. Basak Coruh & Alexander S.Niven. 2019. Bronchiectasis. University of Washington. MSD Manual Proffesional edition.
  2. Pamela.C.A.et.al.2008. Nursing: Understanding Disease. Lippincott William & Wilkins : Norristown Road.
Marthilda Suprayitna, Ners., M.Kep
Marthilda Suprayitna, Ners., M.Kep Praktisi dan Dosen Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram