Widget HTML #1

Askep Asma Bronkial SDKI SLKI dan SIKI

Asma bronkial bronkial merupakan penyakit kronis yang umum di seluruh dunia dan merupakan penyebab umum rawat inap untuk anak-anak. Hal ini membutuhkan penangan yang tepat baik secara medis dan pemberian asuhan keperawatan. Pada tulisan ini Repro Note akan merangkum mengenai konsep medik dan askep asma bronkial dengan pendekatan Sdki Slki dan Siki.

Tujuan:

  • Memahami Definisi, penyebab, dan tanda gejala pada penyakit asma bronkial
  • Memahami pemeriksaan dan penatalaksanaan medik pada pasien dengan asma bronkial
  • Merumuskan diagnosa keperawatan pada askep asma bronkial menggunakan pendekatan Sdki
  • Merumuskan luaran keperawatan dan kriteria hasil pada askep asma bronkial dengan pendekatan metode slki
  • Melaksanakan intervensi keperawatan pada askep asma bronkial dengan menggunakan pendekatan Siki

Asuhan Keperawatan Asma Bronkial, Konsep Teori

Konsep Medik dan Askep Asma Bronkial

Pendahuluan

Patofisiologi asma bronkial sangat kompleks dan melibatkan inflamasi saluran napas, obstruksi aliran udara intermiten, dan hiperresponsif bronkus. Mekanisme inflamasi padabisa akut, subakut, atau kronis. Adanya edema saluran napas dan sekresi mukus juga berkontribusi terhadap obstruksi aliran udara dan reaktivitas bronkus.

Terdapat berbagai tingkat infiltrasi sel mononuklear dan eosinofil, hipersekresi mukus, deskuamasi epitel, hiperplasia otot polos, dan remodeling saluran napas.

Hiperresponsif saluran napas atau hiperreaktivitas bronkus pada asma bronkial adalah respons berlebihan terhadap berbagai rangsangan eksogen dan endogen.

Mekanisme yang terlibat antara stimulasi langsung otot polos saluran napas dan stimulasi tidak langsung oleh zat aktif farmakologis dari sel-sel yang mensekresi mediator seperti sel mast atau neuron sensorik nonmyelinated. Derajat hiperresponsivitas saluran napas umumnya berkorelasi dengan keparahan klinis asma bronkial.

Temuan fisik bervariasi menurut tingkat keparahan asma bronkial dan ada tidaknya episode episode akut serta tingkat keparahannya. Tingkat keparahan diklasifikasikan menjadi intermiten, persisten ringan, persisten sedang, atau persisten berat. Pasien dari berbagai tingkat keparahan mungkin mengalami eksaserbasi ringan, sedang, atau berat.

Definisi

Asma Bronkial adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan yang menyebakan peningkatan sensitifitas saluran pernafasan, pembengkakan mukosa, dan produksi lendir.

Peningkatan sensitifitas ini menyebakan serangan akan berulang jika terpapar lagi oleh zat yang menyebabkan alergi tersebut. Pasien bisa menglami episode bebas gejala, kemudian muncul serangan akut yang terjadi dalam hitungan menit, jam, atau hari. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang biasanya mulai muncul pada masa anak-anak.

Patofisiologi

Patofisiologi yang mebdasari asma bronkial adalah peradangan saluran nafas yang reversibel dan menyebar sehingga menyebabkan penyempitan saluran nafas. Serangan akan dimulai dengan aktifnya sel mast, yang kemudian melepaskan bahan kimia yang disebut mediator inflamasi.

Mediator inflamasi ini akan menyebabkan peningkatan aliran darah, vasokonstriksi, perembesan cairan dari pembuluh darah, dan menyebabkan migrasi sel darah putih ke loksai tersebut. Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi yang akan menjadikan bronkus menyempit, sehingga terjadi keterbatasan aliran udara.

Penyebab 

Beberapa hal yang menjadi penyebab dan mempengaruhi perkembangan asma bronkial antara lain: 

  • Alergi merupakan faktor predisposisi utama 
  • Paparan zat tertentu yang bersifat iritan. Seperti serbuk sari, rumput, bulu binatang, dan debu.
  • Stress atau gangguan emosional juga bisa menjadi pemicu timbulnya serangan 
  • Jenis obat-obatan tertentu dapat juga menjadi pemicu
  • Olahraga berlebihan 
  • Udara dingin atau penurunan suhu  

Tanda dan gejala

Tanda dan gejala asma bronkial yang timbul mudah dikenali  dan memilki ciri khas. Berikut tanda dan gejala yang biasanya muncul pada pasien: 

  • Batuk : Batuk merupakan gejala awal yang sering muncul
  • Dispnea : Munculnya keluhan susah bernafas atau sesak 
  • Mengi  : Adanya bunyi nafas yang muncul akbat pergerakan udara pada saluran yang menyempit. Biasanya muncul saat ekspirasi dan kadang pada saat inspirasi.
  • Serangan sering terjadi pada malam hari
  • Ekspirasi memanjang dan membutuhkan kontraksi dinding dada. Normalnya ekspirasi atau keluarnya udara saat pernafasan bersifat pasif, artinya tidak membutuhkan kontraksi dinding dada.
  • Kadang muncul tanda-tanda sianosis yang merupakan akibat sekunder dari hipoksia atau kekurangan oksigen
  • Gejala tambahan seperti diaforesis (keringat dingin), takikardi (peningkatan denyut nadi), dan pelebaran tekanan nadi.
  • Pada asma bronkial akibat olahraga, Gejala maksimal akan muncul setelah berolah raga, kadang pasien mengalami rasa seperti tercekik.
  • Jika serangan berulang dan parah, bisa mengancam jiwa
  • Bisa juga muncul ruam dan edema yang menyertai reaksi alergi. 

Pencegahan 

Untuk mencegah timbulnya serangan asma bronkial pada waktu yang akan datang, pasien sebaiknya menjalani tes alergi untuk mengidentifikasi jenis zat yang menjadi pemicu timbulnya serangan(alergen).

Jika jenis alergennya sudah teridentifikasi, maka pasien harus menghindari kontak dengan zat tersebut agar serangan tidak timbul lagi di hari kemudian.

Komplikasi 

Komplikasi penyakit asma bronkial meliputi: 

  • Status asmatikus : Terjadinya obstruksi atau sumbatan jalan nafas yang menyebakan terjadinya kekurangan pasokan oksigen ke dalam tubuh (Hipoksia)
  • Kegagalan Pernafasan : Jika tidak diobati bisa berkembang menjadi gagal nafas
  • Pneumonia : Timbulnya peradangan pada organ paru akibat lendir yang mengumpul dan infeksi oleh bakteri. 

Pemeriksaan Penunjang 

Untuk menegakan diagnosa asma bronkial, dokter biasanya akan memastikan gejala episodik obstruksi jalan nafas yang ada.

Adanya riwayat keluarga yang juga menderita asma bronkial. Karena penyakit ini juga bisa diturunkan, dan ada kemungkinan ada anggota keluarga lain yang juga menderita.

Identifikasi faktor lingkungan seperti perubahan musim, peningkatan jumlah serbuk sari pada musim semi, bulu hewan peliharaan, perubahan iklim, peningkatan debu pada musim panas, dan polusi udara juga bisa menjadi pemicu timbulnya serangan.

Kondisi adanya penyakit komorbid yang menyertai seperti Gastroesofagial reflux (GERD), asma bronkial akibat obat, dan alergi lainnya. 

Penatalaksanaan Medik

Terapi Farmakologis meliputi: 

  • Short Acting Beta Adenergik Agonist ---> Merupakan obat pilihan untuk gejala akut dan pencegahan asma bronkial akibat olahraga
  • Antikolinergik ---> Obat golongan antikolinergik bekerja dengan cara menghambat reseptor kolinergik dan mengurangi tonus otot vagal intrinsik jalan nafas
  • Kortikosteroid ---> Golongan kortikosteroid merupakan golongan yang paling efektif untuk meredakan gejala yang berupa penyempitan jalan nafas, dan mengurangi variabilitas Peak Flow (Aliran Puncak)
  • Imunomodulator ---> Imunomodulator mencegah pengikatan IgE ke reseptor yang memilki afinitas tinggi seperti basofil dan Sel Mast 

Peak Flow Meter

Mengukur aliran puncak dilakukan dengan mengukur aliran tertinggi selama ekspirasi paksa. Pemantauan aliran puncak harian juga perlu dilakukan. 

Pemantauan Peak Flow  harian direkomendasikan pada pasien yang memiliki asma bronkial peresisten sedang atau berat, adanya gejala yang memburuk, memiliki respon terhadap paparan lingkungan yang tidak dapat dijelaskan, atau atas pertimbangan tertentu dari dokter yang merawatnya.

Asuhan Keperawatan (Askep)Asma Bronkial

Asuhan Keperawatan (Askep Asma Bronkial) tergantung pada tingkat keparahan dan berat ringannya gejala yang muncul.

Pengkajian Keperawatan.

Pengakajian pada asuhan keperawatan asma bronkial antara lain: 

  • Kaji Tingkat keparahan gejala dan terus pantau status pernafasan pasien
  • Kaji Bunyi nafas
  • Kaji Aliran puncak pasien (peak Flow)
  • Kaji tingkat saturasi Oksigen melalui oksimeter
  • Pantau tanda-tanda vital pasien 

Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang dikumpulkan, diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada Asuhan keperawatan Asma Bronkial antara lain: 

  • Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus dan bronkospasme
  • Gangguan pertukaran gas sehubungan kurangnya jumlah oksigen yang masuk saat inspirasi
  • Kecemasan sehubungan ancaman kematian yang dirasakan

Untuk mencapai keberhasilan dalam askep asma bronkial, tujuan yang harus di tetapkan antara lain:

  • Pemeliharaan patensi jalan nafas
  • Pengeluaran sekresi bronkus
  • Pengurangan kongesti yang ditandai dengan suara nafas jernih, tidak muncul suara pernafasan, dan pertukaran oksigen meningkat.
  • Pasien menyatakan pemahaman tentang penyebab penyakit dan regimen pengobatan yang sedang dijalani
  • Identifikasi potensi komplikasi dan bagaimana memulai tindakan pencegahan atau korektif yang sesuai. 

Intervensi Keperawatan

Intervensi asuhan keperawatan asma bronkial meliputi: 

  • Identifikasi riwayat reaksi alergi terhadap obat-obatan sebelum pemberian obat
  • Kaji status pernafasan dengan memantau tingkat keparahan gejala, bunyi nafas, Peak Flow, oksimetri, dan tanda vital
  • Identifikasi obat yang pernah dikonsumsi pasien. 
  • Berikan obat sesuai resep dan pantau respon pasien terhadap obat tersebut. Demikian jika ada pemberian antibiotik dikarenakan adanya infeksi saluran pernafasan yang mendasarinya
  • Berikan terapi cairan jika pasien mengalami dehirasi 

Evaluasi

Untuk memastikan efektifitas rencana asuhan keperawatan (askep asma bronkial), evaluasi harus dilakukan. Beberapa hal yang harus dievaluasi antara lain: 

  • Pemeliharaan Patensi jalan nafas
  • Hasil Ekspetoran atau pembersihan jalan nafas
  • Tidak adanya kongesti ditandai dengan suara nafas yang jernih, pernafasan tanpa suara tambahan, dan pertukaran oksigen meningkat
  • Pemahaman verbal tentang penyebab dan regimen manajemen terapiutik
  • Tingkah laku yang ditunjukan untuk memperbaiki atau mempertahankan jalan nafas yang bersih

Update Askep Asma Bronkial SDKI, SLKI dan SIKI

Diagnosa, Luaran dan Intervensi

1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b/d Respon Alergi (D.0149)

Luaran: Bersihan Jalan Napas Meningkat (L.01001)

  • Batuk Efektif Meningkat
  • Produk sputum menurun
  • Dispnea dan Wheezing menurun 
  • Sianosis dan gelisah menurun
  • Frekuensi napas membaik
  • Pola napas membaik 

Intervensi:

a. Manajemen Jalan napas (I.01011)
  • Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas)
  • Monitor bunyi napas tambahan
  • Monitor sputum baik jumlah dan warna
  • Pertahankan kepatenan jalan napas
  • Posisikan semi-fowler atau fowler
  • Berikan minum hangat
  • Lakukan fisioterapi dada jika perlu
  • Berikan oksigen jika perlu
  • Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi
  • Ajarkan teknik batuk efektif
  • Kolaborasi pemberian brinkodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu 
b. Latihan Batuk Efektif (I.01006)
  • Identifikasi kemampuan batuk
  • Monitor adanya retensi sputum
  • Monitor tanda dan  gejala infeksi saluran napas
  • Atur posisi semi-fowler atau fowler
  • Pasang perlak serta bengkok di pangkuan pasien
  • Buang sekret pada tempat sputum
  • jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
  • Kolaborasi pemberian mukolitik dan ekspektoran bila perlu

2. Gangguan Pertukaran Gas b/d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003)

Luaran: Pertukaran Gas Meningkat (L.01003)

  • Dispnea dan bunyi napas tambahan menurun
  • Pengelihatan kabur dan diaforesis menurun
  • Gelisah dan napas cuping hidung menurun
  • PO2 dan PCO2 membaik
  • Sianosis dan warna kulit membaik
  • Pola napas membaik 

Intervensi: 

a. Pemantauan Respirasi (I.01014)

  • Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
  • Monitor pola napas 
  • Monitor kemampuan batuk efektif
  • Monitor adanya produksi sputum
  • Monitor adanya sumbatan jalan napas
  • Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
  • Auskultasi bunyi napas
  • Monitor saturasi oksigen
  • Monitor nilai AGD
  • Monitor hasil X-ray toraks
  • Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
  • Dokumentasikan hasil pemantauan
  • Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
  • Informasikan hasil pemantauan jika perlu

b. Terapi Oksigen

  • Monitor kecepatan aliran oksigen
  • Monitor posisi alat terapi oksigen
  • Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
  • Monitor efektifitas terapi oksigen
  • monitor tanda-tanda hipoventilasi
  • Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
  • Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
  • Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
  • Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea
  • Pertahankan kepatenan jalan napas
  • Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
  • Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
  • Kolaborasi penentuan dosis oksigen

3. Gangguan ventilasi Spontan b/d Kelelahan otot pernafasan (D.0004)

Luaran: Ventilasi Spontan Meningkat (L.01007)

  • Volume tidal meningkat
  • Dispnea menurun
  • Penggunaan ott bantu napas menurun
  • Gelisah menurun
  • Takikardi, PO2 dan PCO2 membaik

Intervensi:

a. Dukungan Ventilasi (I.01002)
  • Identifikasi adanya kelelahan otot bantu pernapasan
  • Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan
  • Monitor status respirasi dan oksigenisasi
  • Pertahankan kepatenan jalan napas
  • Berikan posisi semi-fowler atau fowler
  • Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
  • Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
  • Gunakan Bag-valve mask jika perlu
  • Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
  • Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
  • Ajarkan teknik batuk efektif
  • Kolaborasi pemberian bronkodilator jika perlu

Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat