bR7izkJOiKy1QUHnlV5rpCDjiDlVyiP6q1XpDxAH
Bookmark

Kunjungan Pada Masa Nifas

Masa nifas adalah periode yang sangat penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Sebanyak 2/3 kematian ibu bisa dicegah jika ibu dan bayi mendapatkan perawatan yang tepat, baik melalui kunjungan ke fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, Polindes, maupun kunjungan rumah.

Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN. Di Singapura, angka kematian ibu adalah 14 per 100.000 kelahiran hidup, di Malaysia 62 per 100.000, di Thailand 110 per 100.000, dan di Vietnam 150 per 100.000 kelahiran hidup.

Image by Sarah Chai on Pexels

Pendahuluan

Di Indonesia, berdasarkan data global Millennium Development Goals, Angka Kematian Ibu (AKI) menurut BPS adalah 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005, 253 pada tahun 2006, dan 228 pada tahun 2007. Namun, pada tahun 2012 dan berdasarkan Survei Penduduk dan Keluarga Indonesia (SPKI) 2010, AKI di Indonesia justru meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKI menyimpang dari tren yang diharapkan. Meskipun angka AKI cenderung menurun dari tahun 1992 hingga 2007, pada tahun 2012 terjadi peningkatan.

Di Provinsi NTB, data terakhir mengenai AKI berdasarkan SDKI tahun 2007 menunjukkan angka 320 per 100.000 kelahiran hidup, yang masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional yang sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun demikian, angka AKI di NTB menunjukkan penurunan yang cukup signifikan pada tahun 1997, 2002, dan 2007.

Periode kematian ibu tertinggi terjadi pada masa nifas, dengan persentase sebesar 50%. Sementara itu, kematian saat persalinan mencapai 30%, dan kematian saat kehamilan sebesar 20%. Penyebab langsung kematian ibu selama masa nifas antara lain perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), dan komplikasi puerperium (8%). Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain kekurangan energi kronis (KEK) selama kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko kematian ibu, dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.

Penyebab kematian ibu yang tidak terkait langsung dengan kesehatan seringkali disebabkan oleh keterlambatan, seperti terlambat mengenali tanda bahaya, terlambat mengambil keputusan, dan terlambat membawa ibu ke fasilitas kesehatan. Selain itu, faktor mendasar yang mempengaruhi Angka Kematian Ibu (AKI) antara lain kurangnya akses pendidikan formal, tradisi dan budaya daerah, serta kondisi ekonomi dan lingkungan yang buruk.

Menurut World Health Organization (2009), kelahiran di rumah menghadirkan tantangan besar dalam memberikan perawatan yang tepat untuk ibu dan bayi pada jam-jam kritis setelah kelahiran. Salah satu solusi untuk hal ini adalah dengan mengadakan kunjungan rumah, yang sudah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1985 untuk memantau kesehatan ibu dan anak di wilayah setempat.

Untuk menurunkan kematian maternal dan neonatal, beberapa upaya pencegahan yang dilakukan antara lain memberikan pelayanan obstetri dan neonatal sesuai standar, penanganan kegawatdaruratan dan komplikasi, serta menyediakan akses pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin melalui Jampersal.

Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ reproduksi kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung sekitar 6-8 minggu.

Postpartum atau masa nifas adalah periode setelah melahirkan hingga 6 minggu berikutnya. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, "puer" yang berarti bayi, dan "parere" yang berarti melahirkan.

Postpartum atau puerperium adalah waktu mulai dari kelahiran bayi dan keluarnya plasenta hingga 6 minggu berikutnya, di mana organ-organ reproduksi yang mengalami perubahan selama kehamilan, seperti perlukaan, mulai pulih.

Masa nifas dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir sekitar 6 minggu kemudian. Namun, organ genital biasanya membutuhkan waktu hingga 3 bulan untuk pulih sepenuhnya seperti sebelum kehamilan.

Proses Yang Terjadi Pada Masa Nifas

Secara umum, ada tiga proses penting dalam masa nifas, yaitu:

Pengecilan Rahim (Involusi)

Rahim adalah organ yang unik karena bisa membesar dan mengecil dengan menambah atau mengurangi jumlah sel. Saat tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram, seukuran telur ayam. Selama kehamilan, rahim membesar seiring waktu. Bentuk otot rahim seperti jala berlapis tiga, dengan serat-serat yang berjalan horizontal dan transversal, serta pembuluh darah yang mengalirkan darah ke plasenta. 

Setelah plasenta lepas, otot rahim berkontraksi, menekan pembuluh darah dan menghentikan perdarahan. Setelah bayi lahir, berat rahim biasanya mencapai sekitar 1000 gram dan dapat diraba sekitar 2 jari di bawah pusar. 

Dalam waktu seminggu, beratnya turun menjadi sekitar 300 gram dan tidak lagi bisa diraba. Secara alami, rahim akan kembali mengecil perlahan. Setelah 6 minggu, beratnya mencapai 40-60 gram, yang menandakan masa nifas selesai. 

Namun, rahim akan sepenuhnya kembali ke ukuran normal (30 gram) dalam waktu 3 bulan setelah kelahiran. Selama masa ini, tidak hanya rahim yang pulih, tetapi juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan.

Kekentalan Darah (Hemokonsentrasi) Kembali Normal

Selama kehamilan, darah ibu lebih encer karena cairan darah meningkat, sementara sel darahnya berkurang. Pemeriksaan hemoglobin (Hb) akan menunjukkan penurunan dari angka normal (11-12 gr%). 

Jika Hb terlalu rendah, ibu bisa mengalami anemia. Oleh karena itu, ibu hamil perlu obat penambah darah agar sel darahnya bertambah dan kadar hemoglobin kembali normal. 

Setelah melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu kembali normal, dan darah mengental. Proses ini biasanya terjadi antara hari ke-3 hingga ke-15 pasca persalinan.

Proses Laktasi (Menyusui)

Proses menyusui dimulai setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon yang menghambat prolaktin, hormon yang merangsang produksi ASI. Begitu plasenta terlepas, hormon penghambat ini tidak diproduksi lagi, sehingga produksi ASI dimulai. 

ASI biasanya keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Sebelumnya, payudara sudah memproduksi kolostrum, cairan pertama yang sangat bergizi dan mengandung antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi.

Periode Nifas

Adapun periode masa nifas (postpartum/puerperium) dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:  

  • Puerperium dini, yaitu masa pemulihan awal ketika ibu sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan.  
  • Puerperium intermedial, yaitu masa pemulihan menyeluruh organ-organ genital, yang berlangsung sekitar 6–8 minggu.  
  • Puerperium lanjut (remot puerperium), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan hingga mencapai kondisi sehat sempurna, terutama jika selama kehamilan atau persalinan ibu mengalami komplikasi.  

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:

Periode Immediate Postpartum

Masa ini dimulai segera setelah plasenta lahir hingga 24 jam berikutnya. Pada periode ini, sering terjadi berbagai masalah, seperti perdarahan akibat atonia uteri. 

Oleh karena itu, bidan perlu secara teratur memeriksa kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu tubuh ibu.

Periode Early Postpartum (24 jam–1 minggu)

Pada fase ini, bidan memastikan bahwa involusi uterus berlangsung normal, tidak terjadi perdarahan, lokia tidak berbau busuk, ibu tidak mengalami demam, serta ibu mendapatkan cukup makanan dan cairan. Selain itu, bidan memastikan bahwa ibu dapat menyusui dengan baik.

Periode Late Postpartum (1 minggu–5 minggu)

Selama periode ini, bidan tetap melaksanakan perawatan dan pemeriksaan rutin, serta memberikan konseling keluarga berencana (KB) kepada ibu.

Kunjungan Pada Masa Nifas

Kunjungan nifas adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten untuk ibu setelah melahirkan. Kunjungan ini dilakukan setidaknya tiga kali selama 0–42 hari pasca persalinan, baik di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, 

Bidan Desa, Polindes, maupun lewat kunjungan rumah. Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk memeriksa kondisi ibu dan bayi baru lahir, sekaligus mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang mungkin muncul.

Pelayanan kesehatan ibu nifas dimulai dari 6 jam hingga 42 hari setelah melahirkan. Untuk mendeteksi dini komplikasi, pemantauan terhadap ibu nifas dilakukan dengan kunjungan minimal tiga kali sesuai jadwal berikut:

  • Kunjungan pertama dilakukan dalam 6 jam hingga 3 hari setelah melahirkan.
  • Kunjungan kedua dilakukan dalam 8–14 hari (sekitar 2 minggu) setelah melahirkan.
  • Kunjungan ketiga dilakukan dalam 36–42 hari (sekitar 6 minggu) setelah melahirkan.
  • Dengan mengikuti jadwal ini, kesehatan ibu dan bayi dapat dipantau dengan baik. 

Pelayanan Kesehatan Nifas

Asuhan nifas di rumah dilakukan bersamaan dengan kunjungan untuk ibu dan bayi. Kunjungan ini dimulai setelah bayi lahir hingga sekitar 6 minggu setelah persalinan. Berikut jadwal dan tujuan kunjungan nifas:  

Kunjungan pertama (6 jam–3 hari setelah persalinan)  

Pada kunjungan ini, bidan punya beberapa tugas, yaitu:  

  • Mencegah perdarahan pada masa nifas.  
  • Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, serta memberikan rujukan jika perdarahan berlanjut.  
  • Memberikan konseling kepada ibu atau keluarga tentang cara mencegah perdarahan akibat atonia uteri.  
  • Membantu ibu memulai pemberian ASI.  
  • Mengajarkan cara membangun kedekatan antara ibu dan bayi baru lahir.  
  • Menjaga bayi tetap sehat, misalnya dengan mencegah hipotermia (bayi kedinginan).  

Jika bidan yang menolong persalinan, ia harus tetap memantau ibu dan bayi selama 2 jam pertama atau sampai kondisi ibu dan bayi benar-benar stabil.  

Kunjungan kedua (8–14 hari setelah persalinan)  

Pada kunjungan ini, fokusnya adalah:  

  • Memastikan rahim kembali ke ukuran normal (involusi uterus), tidak ada perdarahan abnormal, dan lokia (cairan nifas) tidak berbau.  
  • Memantau apakah ada tanda-tanda demam, infeksi, atau masalah lain setelah melahirkan.  
  • Memastikan ibu cukup makan, minum, dan istirahat.  
  • Memastikan proses menyusui berjalan lancar tanpa masalah.  
  • Memberikan konseling tentang perawatan bayi, termasuk cara merawat tali pusat dan menjaga bayi agar tetap hangat.  

Kunjungan ketiga (36–42 hari setelah persalinan)  

Kunjungan ini mirip dengan kunjungan sebelumnya, tetapi dengan tambahan:  

  • Menanyakan apakah ada masalah yang dialami ibu atau bayinya selama masa nifas.  
  • Memberikan konseling tentang keluarga berencana (KB) sebagai persiapan.  


Pendekatan ini membantu memastikan kesehatan ibu dan bayi tetap terjaga hingga akhir masa nifas. 

Referensi :

  1. BKKBN. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Jakarta: Badan Pusat Statistik
  2. Saleha S. 2009. Asuhan Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
  3. Yulifah, R. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Posting Komentar

Posting Komentar