bR7izkJOiKy1QUHnlV5rpCDjiDlVyiP6q1XpDxAH
Bookmark

Prosedur Injeksi Intramuscular IM

Injeksi intramuskular (IM) adalah cara menyuntikkan obat ke dalam otot pada bagian tubuh yang telah ditentukan. Otot yang besar memiliki aliran darah yang baik, sehingga obat yang disuntikkan bisa cepat masuk ke dalam sirkulasi darah secara keseluruhan dan kemudian menuju ke area kerja atau sel target dan melewati proses metabolisme di hati. 

Injeksi intramuskular (IM) merupakan salah satu prosedur medis yang paling umum dan banyak dilakukan pada berbagai jenjang fasilitas kesehatan, mulai tingkat pelayanan dasar sampai fasilitas pelayanan lanjutan. 

Injeksi Intramuskular (IM)
Image From Freerange

Obat-obatan dapat diberikan secara intramuskular baik untuk tujuan profilaksis maupun untuk tujuan kuratif antara lain: Antibiotik seperti penisilin G benzatin penisilin dan streptomisin,  agen biologis seperti vaksin dan toksoid, serta agen hormonal seperti testosteron dan medroksiprogesteron. Secara umum, obat apa pun yang tidak menyebabkan iritasi dan larut dapat diberikan secara IM sesuai indikasi yang ditentukan.

Kelebihan Injeksi IM

  • Penyerapan obat yang cepat dan merata.
  • Onset kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan rute oral dan subkutan.
  • Injeksi Intramuskular (IM) menghindari metabolisme lintas pertama obat.
  • Menghindari faktor lambung yang dapat memengaruhi penyerapan obat.
  • Memiliki kemanjuran dan potensi yang sebanding dengan sistem penghantaran obat intravena.
  • Sangat efektif dalam kondisi darurat seperti psikosis akut dan status epileptikus.
  • Suntikan juga memungkinkan kerja obat yang lambat, berkelanjutan, dan berkepanjangan.
  • Dapat memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan rute subkutan.

Kekurangan Injeksi IM

  • Memerlukan tenaga yang terlatih untuk memberikan obat melalui rute injeksi Intrauskular IM.
  • Penyerapan obat tergantung pada sebagian besar otot dan vaskularisasinya.
  • Permulaan dan durasi kerja obat tidak dapat disesuaikan.
  • Dalam kondisi yang tidak terduga seperti anafilaksis atau cedera neurovaskular, diperlukan jalur intravena (IV) tambahan untuk pemberian obat darurat.
  • Injeksi IM pada lokasi yang tepat mungkin sulit dilakukan pada anak-anak atau pasien yang memerlukan pengekangan fisik.
  • Injeksi yang tidak disengaja pada bidang subkutan dapat mengakibatkan tertundanya kerja obat.
  • Prosedur injeksi IM dapat menyebabkan rasa sakit.
  • Suspensi dan obat-obatan berminyak tidak dapat diberikan melalui rute ini.
  • Pengendapan obat setelah penyerapan pelarut yang lebih cepat dapat mengakibatkan tertundanya kerja obat.
  • Gejala sisa yang tidak diinginkan dapat terjadi setelah pelepasan obat pada kompartemen otot.
  • Perlunya pengekangan sementara pada pasien terutama pada anak-anak yang menangis.

Lokasi Injeksi

Hal khusus yang perlu dipertimbangkan saat memberikan suntikan IM adalah untuk mencegah timbulnya komplikasi neurovaskular. Area atau lokasi spesifik yang umum digunakan untu injeksi intramuskular (IM) antara lain:

  • Regio Dorsogluteal : 5 hingga 7,5 cm di bawah puncak iliaka dan kuadran luar atas bokong.
  • Regio Ventroglutel: Tangan ditempatkan di trokanter mayor, jari telunjuk di spina iliaka anterior superior (SIAS) dan jari tengah di bawah krista iliaka. Obat disuntikkan ke dalam segitiga yang dibentuk oleh telunjuk, jari tengah, dan puncak iliaka. 
  • Otot Deltoid: Terletak 2,5 hingga 5 cm di bawah prosesus akromion. 
  • Vastus Lateralis: Sejajar dengan sepertiga tengah garis yang menghubungkan trokanter mayor femur dan kondilus femoralis lateral lutut.

Indikasi Injeksi Intramuskuler

Injeksi Intramuskular (IM) untuk tujuan terapeutik direkomendasikan untuk pasien-pasien berikut, antara lain:

  • Tidak patuh dengan perawatan.
  • Tidak kooperatif.
  • Merasa ragu-ragu.
  • Tidak mampu menerima obat melalui jalur oral.
  • Tidak dapat mentoleransi obat yang diminum. 

Kontra Indikasi IM

  • Infeksi aktif, selulitis, atau dermatitis di tempat penyuntikan.
  • Terdapat riwayat alergi atau hipersensitivitas terhadap obat.
  • Pada infark miokard akut, pelepasan enzim otot dapat mempersulit strategi penatalaksanaan.
  • Trombositopenia dan cacat koagulasi.
  • Syok hipovolemik dapat menghambat penyerapan obat karena gangguan vaskularisasi otot.
  • Miopati dan atrofi otot yang terkait dapat menunda penyerapan obat dan meningkatkan risiko komplikasi neurovaskular.

Prosedur Injeksi Intramuskular

Persiapan 

  • Pilihlah lokasi penyuntikan yang tepat. Untuk dewasa, umumnya pilihan terbaik adalah otot gluteus maximus atau otot deltoid. Sedangkan untuk bayi dan anak-anak, otot vastus lateralis seringkali lebih disarankan.
  • Pilih jarum yang sesuai: Untuk dewasa, panjang jarum biasanya antara 1 hingga 1,5 inci, tergantung pada lokasi penyuntikan. Untuk bayi dan anak-anak, panjang jarum bisa lebih pendek, bergantung pada usia dan berat badan mereka.
  • Pastikan alat suntik dalam kondisi steril dan tidak rusak. 
  • Pastikan obat yang akan disuntikkan sudah siap dalam dosis yang tepat. Periksa kembali label obat untuk memastikan keakuratannya, Prinsip 6B: Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar lokasi, benar waktu pemberian.
  • Gunakan larutan antiseptik berbahan dasar alkohol untuk membersihkan area penyuntikan dan mencegah infeksi.
  • Persiapkan kapas kering dan perban berperekat untuk membersihkan dan menutup area suntikan setelah prosedur selesai.
  • Persiapkan tempat untuk membuang jarum bekas dan limbah medis lainnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan

  • Cuci tangan sesuai SOP dan kenakan sarung tangan sebelum melakukan prosedur.
  • Usap area penyuntikan dengan alkohol 70% selama 30 detik dan biarkan kulit mengering.
  • Gunakan jarum untuk menyedot obat dan ganti jarum sebelum penyuntikan dengan tindakan steril.
  • Untuk mencegah jarum melengkung atau tumpul saat menusuk karet, masukkan jarum dengan posisi miring ke atas.
  • Saat menarik suntikan, peganglah wadah dengan stabil dan hindari menarik tetes terakhir.
  • Jika obat menetes pada jarum, bersihkan dengan kain kasa steril.
  • Cek dan buang jika ada gelembung udara.
  • Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat.
  • Gerakkan jarum dengan cepat saat dimasukkan.
  • Pastikan posisi jarum intramuskular dengan memastikan pergerakan jarum yang terbatas dari sisi ke sisi dibandingkan dengan saat jarum berada di bidang subkutan.
  • Lakukan aspirasi selama 5-10 detik saat melakukan suntikan dorsogluteal sebelum menyuntikkan obat.
  • Injeksi lambat (10 detik per mililiter) memungkinkan serat otot meregang untuk menahan obat, sehingga mengurangi risiko kebocoran di sepanjang jalur jarum.
  • Tunggu selama 10 detik agar obat dapat meresap ke dalam massa otot.
  • Tarik jarum dengan gerakan halus dan mantap.
  • Gunakan metode 'sendok' untuk mengganti tutup jarum dan menghindari cedera tusukan yang tidak disengaja.
  • Buang jarum suntik dan limbah medis dengan aman.
  • Lakukan penilaian tempat suntikan untuk mengevaluasi kemungkinan komplikasi awal dan akhir.

Komplikasi

Komplikasi umum dari injeksi intramuskular (IM) yang bisa timbul meliputi:

  • Rasa nyeri yang terus-menerus di tempat suntikan.
  • Fibrosis dan kontraktur.
  • Abses di tempat Injeksi
  • Ganggren.
  • Cedera saraf, seperti saraf sciatic pada injeksi gluteal, saraf femoral pada injeksi broadus lateralis, saraf gluteal superior pada injeksi dorsogluteal, dan saraf radial pada injeksi deltoid.
  • Kulit mengelupas.
  • Periostitis dan osteomielitis.
  • Penularan HIV dan virus hepatitis.
  • Injeksi partikel kaca yang tidak disengaja saat menggunakan botol kaca dan ampul.
  • Cedera pembuluh darah.


Referensi:

Polania GJ, Munakomi S. 2023. Intramuscular Injection. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.

Shaw H. 2015. Intramuscular Injection. Nurse Stand. 30(6):61-2.

Nicoll LH, Hesby A. Intramuscular Injection: An Integrative Research Review and Guideline For Evidence Based Practice. Appl Nurs Res. 15(3):149-62