Widget HTML #1

Asuhan Keperawatan Aneurisma Aortik Toraks

Sahabat Repro Note, Kali ini kita membahas intervensi asuhan keperawatan pada aneurisma aortik toraks.

Aneurisma aortik toraks adalah ekspansi atau penggelembungan bagian aorta di dalam toraks yang perlahan lahan mengalami degenerasi. 

Aorta merupakan pembuluh darah utama tubuh, dimulai dari jantung dan meluas ke panggul, di mana ia bercabang ke kaki. Semakin besar aneurisma maka semakin tinggi risikonya pecah, yang menyebabkan kerusakan dinding aorta dan pendarahan yang dapat menyebabkan kematian.


Image by BruceBlaus from: wikimedia.org

Aneurisma aortik toraks termasuk kelainan yang jarang terjadi, prevalensinya 6-10 per 100.000 orang. Sekitar 20% dari kasus tersebut terkait riwayat keluarga. Risiko lebih tinggi jika Anda memiliki sindrom genetik tertentu, bertambahnya usia, kebiasaan merkok dan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Penyebab 

Penyebab paling umum dari aneurisma aorta toraks adalah pengerasan diniding arteri. Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang dengan kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi jangka panjang, atau memiliki kebiasaan merkok.

Faktor risiko lain untuk aneurisma toraks meliputi:

  • Perubahan yang disebabkan oleh usia
  • Gangguan jaringan ikat
  • Peradangan aorta
  • Cedera karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor
  • Infeksi yang tidak tertangani

Tanda dan gejala

Aneurisma berkembang perlahan selama bertahun-tahun. Kebanyakan orang tidak memiliki gejala sampai aneurisma mulai bocor atau meluas.

Gejala sering muncul tiba-tiba saat neurisma tumbuh dengan cepat atau pecah sehingga menimbulkan Kebocoran darah di sepanjang dinding aorta (diseksi aorta).

Jika aneurisma menekan struktur di dekatnya, gejala berikut dapat terjadi:

  • Suara serak
  • Masalah menelan
  • Nafas bernada tinggi (stridor)
  • Bengkak di leher

Gejala lain mungkin muncul:

  • Nyeri dada atau punggung atas
  • Kulit berkeringat
  • Denyut jantung cepat

Penanganan

  • Antihipertensif bisa diberikan. 
  • Inotropik negatif yang mengurangi dorongan kontraktilitas,  bisa diberikan. 
  • Oksiten diberikan untuk distres 
  • Opoid digunakan untuk meringankan nyeri 
  • Transfusi cairan dan darah secara I.V. bila diperlukan. 
  • Bedah yang meliputi reseksi aneurisma, mengembalikan aliran darah normal melalui penggantian graf Dacron atau Teflon dan jika pasien mengalami insufisiensi katup aorta, ia bisa menjalani bedah yang juga meliputi penggantian katup aorta. 

Intervensi Asuhan Keperawatan

Adapun intervensi asuhan keperawatan pada aneurisma aortik toraks antara lain:

  • Pantau tekanan darah pasien, tekanan baji arteri pulmoner (Pulmonary artery wedge pressure - PAWP), dan tekanan vena sentral (central venous pressure - CVP). Selain itu, lakukan evaluasi pada nyeri, napas, dan nadi karotid, radial, dan femoral 
  • Ulas hasil uji laboratoris, yang harus jumlah darah lengkap dengan diferensial, kadar elektrolit, penentuan tipe dan suai silang seluruh darah, analisis gas darah arterial, dan urinalisis. 
  • Masukkan kateter tertanam untuk kencing. Berikan dekstrosa 5% dalam air atau larutan Ringer yang dilaktasi dan antibiotik seperlunya. Secara saksama, pantaulah infusi nirogrusside I.V. gunakan selang I.V. yang terpisah untuk infusi. Sesuaikan dosis dengan perlahan-lahan menaikkan tingkat infusi. Sementara itu, periksa tekanan darah setiap 5 menit sampai stabil. 
  • Jika diduga terjadi pendarahan akibat aneurisma, lakukan transfusi darah secara menyeluruh. 
  • Jelaskan uji diagnostik. Jika pasien dijadwalkan menjalani pembedahan, jelaskan prosedur dan perawatan postoperatif yang disarankan (selang I.V., pipa endotrakeal dan drainase, pemantauan kardiak, ventilasi).

Setelah perbaikan aneurisma toraks: 

  • Lakukan evaluasi pada tingkat kesadaran pasien. Pantau  tanda vital, tekanan arteri pulmoner, PAWP, CVP tingkat denyut nadi, output urin, dan nyeri. 
  • Periksa fungsi respiratorik. Secara saksama, lakukan observasi dan catat tipe dan banyaknya drainase pipa dada, dan  kajilah secara rutin bunyi jantung dan napas.
  • Pantau terapi I.V. 
  • Berikan medikasi yang tepat. 
  • Lihat adakah tanda infeksi, terutarna demam, dan drainase luka yang berlebihan. 
  • Bantu pasien melakukan latihan jangkauan-pergerakan untuk kaki, untuk mencegah tromboembolisme akibat venostasis selama masa istirahat di ranjang yang berkepanjangan.
  • Setelah tanda vital dan respirasi sudah distabilkan, minta dan bantu pasien membalikkan badannya, batuk, dan bernapas dalam. Jika perlu, beri pernapasan tekanan-positif intermiten untuk membantu ekspansi paru-paru. 
  • Bantu pasien berjalan segera setelah ia mampu. 
  • Sebelum pasien pulang, pastikan ia menjalani terapi antihipertensif dengan menjelaskan pentingnya obat-obatan semacam itu, dan juga efeknya yang merugikan. Ajari pasien cara memantau tekanan darahnya. 
  • Selama dirawat inap, beri dukungan psikologis pada pasien dan keluarganya. 


Sumber:

  1. Maththew J Eagleton. Thoracic Aortic Aneurysm. Society for Vascular Surgery
  2. Medline Plus.Thoracic Aortic Aneurysm.
  3. Nursing. Seri Untuk Keunggulan Klinis (2011). Menafsirkan Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta: PT Indeks
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat