Widget HTML #1

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Silikosis - Intervensi

Silikosis merupakan penyakit progresif yang ditandai lesi nodular dan sering berkembang menjadi fibrosis. Silikusis ntcrupakan bentuk pneumokoniosis yang paling  umum. 

Nodulus muncul jika makrofag alveolar mencerna partikel silica yang tidak mampu diprosesnya. Akibatnya makrofag mati dan melepaskan enzim proteolitik ke jaringan yang mengelilinginya. Inflamasi yang ditimbulkan menarik makrofag lain dan fibroblas ke dalam wilayahnya untuk menghasilkan jaringan fibrosa dan menimbulkan reaksi. Nodulus yang muncul memiliki tampilan mirip bawang saat dilihat melalui mikroskop. Nodulus berkembang ke bronkiola terminal dan respiratorik yang berdekatan, terkonsentrasi di lobus atas, dan sering disertai perubahan bergelembung di sekujur kedua paru-paru.

Silikosis bisa diklasifikasikan menurut keparahan penyakit pulmoner dan kecepatan serangan dan perkembangannya. Silikosis biasanya muncul sebagai penyakit asimtomatik sederhana. 

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Silikosis
Silicosis complicada. Image by Gumersindorego on wikimedia.org

Silikosis akut berkembang 1 sampai 3 tahun setelah pekerja terpapar silika bebas tingkat sangat tinggi seperti pekerja pasir, pekerja terowongan. Silikosis akselerasi muncul kira-kira 10 tahun setelah terpapar silika tingkat yang lebih rendah. Silikosis kronis berkembang 20 tahun atau lebih setelah terpapar silika tingkat yang lebih rendah. Prognosisnya baik, kecuali jika penyakit ini berkembang menjadi bentuk fibrotik yang disertai komplikasi, karena menyebabkan insufisiensi respiratorik dan kor pulmonale dan berkaitan dengan tuberkulosis (TB) pulmoner. 

Jika penyakit ini tidak berkembang, gangguan fisiologis minimal muncul tanpa ketidakmampuan. Tetapi, kadang-kadang respons fibrotik terakselerasi, sehingga mengepung dan menghancurkan area paru-paru besar (fibrosis raksasa progresif atau lesi). Fibrosis bisa terus terjadi walaupun paparan debu dihentikan.

Penyebab 

Inhalasi dan endapan debu silika kristalin yang bisa direspirasi dalam paru-paru, paling sering dari kuarsa.

Tanda dan gejala 

Stadium awal 

  • Bisa jadi tidak menunjukkan tanda dan gejala 
  • Dispnea saat mengerahkan tenaga umumnya dianggap "keluar bentuk”. 

Ciri progresif 

  • Dispnea yang memburuk saat mengerahkan tenaga 
  • Takipnea 
  • Batuk kering dan diam-diam yang terlihat paling jelas di pagi hari 

Stadium lanjut 

  • Dispnea saat mengerahkan sedikit tenaga, batuk yang semakin parah, dan hipertensi pulmoner, yang menyebabkan gagal jantung sisi kanan dan kor pulmonale 
  • Perubahan sistem saraf pusat: konfusi, letargi, dan penurunan tingkat dan kedalaman respirasi saat tekanan karbondioksida parsial naik. 

Uji diagnostik 

  • Auskultasi bisa memperlihatkan penurunan ekspansi dada, berkurangnya intensitas bunyi napas. area hiporesonansi dan hiperresonansi. dedas halus sampai sedang, dan takipnea. 
  • Pada silikosis sederhana, sinar-X dada menunjukkan lesi nodular yang kecil dan diskret yang menyebar ke sekujur kedua bidang paru-paru tetapi secara khas terkonsentrasi di zona paru-paru atas; nodus limfa hilar hisa membesar dan menunjukkan kalsifikasi "kulit telur” 
  • Pada silikosis yang disertai komplikasi, sinar-X dada menunjukkan satu atau beberapa kumpulan konglomerat jaringan padat. 
  • Uji fungsi pulmoner memperlihatkan hasil sebagai berikut: 

    • Kapasitas vital paksaan (forced vital capact — FVC) menurun pada silikosis yang disertai komplikasi. 
    • Volume ekspiratorik paksaan dalam l detik (forced expiratory volume in I second — FEV1) menurun pada penyakit obstruktif (area emfisematosa silikosis); nilai ini juga menurun pada silikosis yang disertai komplikasi, tetapi perbandingan FEV, dengan PVC normal sampai tinggi. 
    • Ventilasi volunter maksimum menurun pada penyakit restriktif dan obstruktif. 
    • Kapasitas difusi paru-pau bagi karbonmonoksida menurun jika fibrosis menghancurkan dinding alveolar dan melenyapkan kapiler pulmoner atau jika fibrosis menebalkan membran kapiler alveolar. 

  • Analisis arterial darah menunjukkan hal-hal berikut: 
    • Tekanan oksigen parsial normal pada silikosis sederhana; tekanan ini bisa turun secara signifikan jika pasien menghirup udara kamar saat ia menderita penyakit stadium lanjut yang kronis atau disertai komplikasi. 
    • Tekanan karbondioksida parsial normal pada stadium awal tetapi bisa turun akibat hiperventilasi; tekanan ini bisa naik saat pola restriktif berkembang, terutama jika pasien mengalami hipoksia dan gangguan ventilasi alveolar berat. 

Penanganan 

  • Gejala respiratorik bisa diringankan melalui penggunaan aerosol bronkodilasi setiap hari dan meningkatkan asupan cairan (setidaknya 3 qt [3L] tiap hari).
  • Inhalasi uap dan teknik fisioterapi dada, misalnya batuk terkontrol dan drainase bronkial segmental dengan perkusi dada dan vibrasi, membantu membersihkan sekresi.
  • Pada kasus parah, oksigen bisa diberikan melalui kanula atau masker bagi pasien yang mengalami hipoksia kronis atau melalui ventiltisi mekanis jika oksigen arterial tidak bisa dipertahankan. 
  • Infeksi respiratorik membutuhkan antibiotik yang tepat. 
  • Penanganan meliputi observasi teliti terhadap perkembangan tuberkulosis. 

Intervensi Asuhan Keperawatan 

  • Minta pasien mencegah infeksi dengan menghindari kepadatan orang dan penderita infeksi respiratorik dan dengan menerima vaksin influenza dan pneumokokal. 
  • Pasien berisiko tinggi mengalami TB. Uji TB harus rutin dilakukan. 
  • Tingkatkan toleransi latihan pasien dengan mendorongnya melakukan aktivitas teratur. Sarankan pasien merencanakan aktivitasnya sehari-hari untuk mengurangi beban pernapasan, ia sebaiknya patuh pada dirinya sendiri; sering beristirahat, dan bergerak pelan-pelan melalui rutinitasnya sehari-hari. 


Sumber:

Nursing. Seri Untuk Keunggulan Klinis (2011). Menafsirkan Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta: PT Indeks.

Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep
Ns.Radliyatul Fahmi, S.Kep Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat