Widget HTML #1

Askep Pneumonia Pendekatan SDKI SLKI dan SIKI

Pneumonia adalah bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang paru-paru, dimana terjadi peradangan pada alveol dan jaringan di sekitarnya. Pneumonia sering menyebabkan demam tinggi tiba-tiba, kelemahan, batuk dan sesak napas. Oleh sebab itu, diperlukan penanganan medik yang intensif dan asuhan keperawatan atau askep pneumonia yang adekuat.

Tujuan :

  • Memahami definisi, epidemiologi, dan tipe pneumonia
  • Memahami Penyebab dan Faktor resiko terjadinya penyakit pneumonia
  • Memahami pemeriksaan diagnostik dan penanganan Pneumonia
  • Merumuskan Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada askep pneumonia berdasarkan pendekatan SDKI
  • Merumuskan luaran dan kriteria hasil yang menjadi indikator pelaksaanaan askep pneumonia dengan pendekatan SLKI
  • Melaksanakan intervensi keperawatan pada askep pneumonia dengan pendekatan SIKI

Askep Pneumonia Pendekatan SDKI SLKI dan SIKI
Foto by mikael Haggstrom MD on wikimedia.org

Konsep Medik dan Asuhan Keperawatan (Askep) Pneumonia

Definisi

Pneumonia adalah infeksi pada kantung udara di paru-paru atau alveoli serta jaringan di sekitarnya. Diagnosis awal biasanya didasarkan pada rontgen dada dan temuan klinis. Penyebab, gejala, pengobatan, tindakan pencegahan, dan prognosis berbeda tergantung pada apakah infeksi itu bakteri, mikobakteri, virus, jamur, atau parasit.

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian dan Seringkali, adalah penyakit terakhir yang menyebabkan kematian pada orang yang mengidap penyakit kronis lainnya.

Epidemiologi

merupakan penyebab kematian infeksi terbesar pada anak-anak di seluruh dunia, yaitu 740.180 anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2019, terhitung sekitar 14% dari semua kematian anak di bawah lima tahun.  

Pneumonia mempengaruhi anak-anak dan keluarga seluruh dunia, tetapi kematian tertinggi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara.

Di Amerika Serikat, sekitar 4 hingga 5 juta orang mengalami pneumonia setiap tahun, dan 55.000 di antaranya meninggal. Di Amerika Serikat, pneumonia bersama dengan influenza, adalah penyebab kematian kedelapan dan penyebab kematian yang menular.

Pneumonia juga adalah penyebab kematian paling umum di antara infeksi yang berkembang saat orang dirawat di rumah sakit dan merupakan penyebab kematian keseluruhan yang paling umum di negara berkembang.

Pneumonia juga merupakan salah satu infeksi serius yang paling umum pada anak-anak dan bayi, dengan kejadian tahunan 34 hingga 40 kasus per 1.000 anak di Eropa dan Amerika Utara.

Tipe Pneumonia

Pneumonia dikelompokan sesuai dengan jenis organisme yang menyebabkan peradangan, seperti  bakteri, virus, atau jamur.

Jenis pneumonia berdasarkan penyebabnya yaitu:

  • Pneumonia aspirasi berkembang sebagai akibat menghirup makanan atau minuman, dan droplet ke dalam paru-paru. Kondisi ini terjadi ketika refleks menelan terganggu, seperti pada cedera otak atau pada orang yang mabuk.
  • Beberapa jenis bakteri, termasuk Legionella pneumophila, Mycoplasma pneumoniae, dan Chlamydophila pneumoniae, menyebabkan pneumonia atipikal. Kadang-kadang disebut "walkingp neumonia " dan disebut sebagai atipikal karena gejalanya berbeda dari jenis pneumonia bakteri lainnya.
  • Pneumonia yang muncul karena menggunakan ventilator untuk bantuan pernapasan di ruang perawatan intensif dikenal sebagai pneumonia terkait ventilator atau ventilator Associated Pneumonia (VAP).
Pneumonia dapat dikelompokan berdasarkan cara infeksi diperoleh, seperti pneumonia yang didapat dari komunitas atau pneumonia yang didapat di rumah sakit.
  • Community-acquired pneumonia (CAP), sesuai dengan namanya, adalah infeksi pernapasan pada paru-paru yang berkembang di luar rumah sakit. Jenis pneumonia Ini lebih umum daripada pneumonia yang didapat di rumah sakit. CAP paling umum di musim dingin dan diperkirakan mempengaruhi sekitar 4 juta orang per tahun di AS.
  • Hospital-acquired pneumonia (HAP) diperoleh ketika seseorang sudah dirawat di rumah sakit untuk kondisi lain.

Sistem klasifikasi lain untuk pneumonia menggambarkan cara sel-sel inflamasi masuk dan penyebarannya di jaringan paru-paru, antara lain:

  • Bronkopneumonia menyebabkan infiltrat peradangan yang tersebar dan tidak merata di kantung udara di seluruh paru-paru. Ini lebih menyebar daripada pneumonia lobaris.
  • Pneumonia lobaris menyebabkan peradangan pada satu lobus paru-paru dan biasanya melibatkan semua ruang udara dalam satu lobus.
  • Pneumonia lipoid ditandai dengan akumulasi lemak di dalam alveoli. Hal ini dapat disebabkan oleh aspirasi minyak atau berhubungan dengan obstruksi jalan napas.

Penyebab

Berbagai jenis mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, seperti bakteri dan virus, atau jamur. Tubuh biasanya mencegah mikroorganisme ini menginfeksi paru-paru, namun terkadang mikroorganisme ini dapat mengalahkan sistem kekebalan tubuh meskipun dalam status kesehatan secara umum baik.

Pneumonia diklasifikasikan menurut jenis mikroorganisme yang menyebabkannya dan di mana mendapat infeksi.

Pneumonia yang didapat dari komunitas

Merupakan pneumonia yang didapat du luar fasilitas kesehatan, jenis ini mungkin disebabkan oleh:

Bakteri

Penyebab paling umum pneumonia bakteri di AS adalah Streptococcus pneumoniae. Pneumonia jenis ini dapat terjadi dengan sendirinya atau setelah mmengalami pilek atau flu. Jenis pneumonia Ini dapat mempengaruhi satu bagian (lobus) paru-paru, suatu kondisi yang disebut pneumonia lobaris.

Organisme mirip bakteri yaitu mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan pneumonia. Jenis Ini biasanya menghasilkan gejala yang lebih ringan daripada jenis pneumonia lainnya yang dikenal dengan “Walking Pneumonia”.

Jamur

Penumonia akbat infeksi jamur merupakan jenis pneumonia ini paling sering terjadi pada orang dengan masalah kesehatan kronis atau sistem kekebalan yang lemah, dan pada orang yang menghirup organisme dalam jumlah yang besar.

Virus

Beberapa virus yang menyebabkan pilek dan flu dapat menyebabkan pneumonia, termasuk juga virus Covid-19.

Virus merupakan penyebab paling umum pneumonia pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun. Pneumonia virus biasanya ringan. Namun dalam beberapa kasus bisa menjadi sangat serius seperti covid 19.

Pneumonia yang didapat di rumah sakit

Beberapa orang bisa terkena pneumonia selama dirawat di rumah sakit karena penyakit lain.

Pneumonia yang didapat di rumah sakit bisa berdampak serius karena bakteri yang menjadi penyebabnya mungkin lebih kebal atau resisten terhadap antibiotik.

Selain itu, peningkatan keparahan juga di sebabkan karena orang yang mengidapnya juga sudah dalam keadaan sakit. Orang yang menggunakan ventilator berisiko lebih tinggi terkena pneumonia jenis ini.

Pneumonia aspirasi

Pneumonia aspirasi terjadi ketika makanan, minuman, muntah atau air liur masuk ke dalam paru-paru. Aspirasi lebih mungkin terjadi jika ada sesuatu yang mengganggu refleks muntah normal, seperti cedera otak, ganguan menelan, penggunaan alkohol, atau obat-obatan yang berlebihan.

Faktor Resiko Pneumonia

Pneumonia bisa menyerang siapa saja. Tetapi dua kelompok usia dengan risiko tertinggi adalah:

  • Anak-anak yang berusia 2 tahun atau lebih muda
  • Orang yang berusia 65 tahun ke atas atau lansia

Faktor risiko lainnya yaitu:

  • Sedang dirawat di rumah sakit.
  • Penyakit kronis seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), atau penyakit jantung.
  • Kebiasaan Merokok yang merusak pertahanan alami tubuh, sehingga lebih rentan terhadap bakteri dan virus yang menyebabkan pneumonia.
  • Sistem kekebalan tubuh yang melemah atau tertekanse seperti pada orang yang mengidap HIV/AIDS, transplantasi organ, sedang manjalani kemoterapi atau penggunaan steroid jangka panjang.

Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pneumonia bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, usia, dan kesehatan secara keseluruhan. Tanda dan gejala ringan seringkali mirip dengan pilek atau flu, tetapi berlangsung lebih lama.

Beberapa Tanda dan gejala pneumonia yang sering muncul antara lain:

  • Nyeri dada saat bernapas atau batuk
  • Kebingungan atau perubahan kesadaran mental, terutama pada lansia.
  • Batuk yang dapat menghasilkan dahak
  • Kelelahan
  • Demam, berkeringat dan menggigil kedinginan
  • Suhu tubuh lebih rendah dari normal terutama pada lansia dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
  • Mual, muntah atau diare
  • Sesak napas

Uji diagnostik

  • Sinar-X menunjukkan infiltrasi.
  • Pulasan sputum memperlihatkan sel intlamastorik akut.
  • Kultur darah positif pada pasien dengan infiltasi pulmoner dengan kuat menunjukkan pneumonia yang disebabkan oleh organisme yang diisolasl dari kultur darah.
  • Efusi pleural, jika ada, sebaiknya dialirkan keluar dan cairan dlanalisis untuk membuktikan adanya infeksi di dalam ruang pleural.
  • Aspirasi transtrakeal sekresi trakeobronkial atau bronkoskopi dengan penyikatan dan pembasuhan bisa dilakukan untuk mendapatkan bahan pulasan dan kultur.


Penanganan

  • Terapi antimikrobial bervariasi menurut agens penyebab.
  • Terapi oksigen yang dilembabkan dilakukan untuk menangani hipoksia.
  • Penderita gagal respiratorik bisa memerlukan ventilasi mekanis.
  • Makanan kaya kalori
  • Asupan cairan yang cukup, dan istirahat.
  • Analgesik bisa diberikan untuk meredakan nyeri dada pleuritik.
  • Pasien yang menderita pneumonia parah dan menjalani ventilasi mekanis mungkin membutuhkan tekanan akhir-ekspiratorik positif untuk membatu kecukupan oksigenasi.

Asuhan Keperawatan (Askep) Pneumonia

Pengkajian

Fokus pengkajian pada Askep Pneumonia yaitu:

  • Kaji gejala pernapasan. Gejala demam, menggigil, atau keringat malam pada pasien harus segera dilaporkan karena ini bisa menjadi tanda pneumonia bakteri.
  • Kaji manifestasi klinis. Pengkajian pernapasan lebih lanjut harus mengidentifikasi manifestasi klinis seperti nyeri pleuritik, bradikardia, takipnea, dan kelelahan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk, dan sputum purulen.
  • Pemeriksaan fisik. Kaji perubahan suhu dan nadi, jumlah dan warna sekret, frekuensi dan keparahan batuk, tingkat takipnea atau sesak napas, dan perubahan temuan rontgen dada.
  • Penilaian pada pasien lanjut usia. Kaji pasien usia lanjut untuk perubahan status mental, dehidrasi, perilaku yang tidak biasa, kelelahan yang berlebihan, dan resiko gagal jantung yang bisa terjadi bersamaan.

Intervensi Keperawatan

Intervensi Askep Pneumonia antara lain:

  • Jaga kepatenan jalan napas dan kecukupan oksigenasi. Ukur kadar gas darah arterial, terutama pada pasien hipoksik. Beri oksigen suplemental sesuai perintah. Pasien yang menderita penyakti paru-paru mendasar yang kronis sebaiknya diberi oksigen secara hati-hati.
  • Ajari pasien cara batuk dan melakukan latihan bernapas-dalam untuk membersihkan sekresi, dan dorong ia sering melakukannya.
  • Untuk pneumonia parah yang membutuhkan intubasi endotrakeal (ET) atau trakeostomi dengan atau tanpa ventilasi mekanis, lakukan perawatan respiratorik secara menyeluruh dan seringkali lakukan pengisapan dengan teknik steril untuk membuang sekresi.
  • Dapatkan spesimen sputum melalui pengisapan jika pasien tidak bisa mengambil spesimen sendiri. Kumpulkan spesimen dalam wadah steril dan segera kirim ke laboratorium mikrobiologi.
  • Beri medikasi nyeri seperlunya dan catat respons pasien terhadap medikasi tersebut.
  • Jaga kecukupan nutrisi untuk mengganti kehilangan akibat penggunaan kalori yang tinggi yang mengikuti infeksi. Minta bagian makanan menyediakan makanan kaya-kalori dan kaya-protein, serta lunak dan mudah dimakan. Beri makanan melalui pipa NG atau nutrisi parenteral sesuai perintah.
  • Pantau asupan dan output cairan.
  • Sediakan lingkungan yang sunyi dan tenang bagi pasien, dan beri ia banyak waktu untuk beristirahat.
  • Untuk mengontrol penyebaran infeksi, buang sekresi dengan benar. Minta pasien bersin dan batuk ke dalam tisu yang bisa dibuang, dan ikatkan kantung yang dilapisi lilin di samping ranjang untuk tempat membuang tisu.
  • Dorong vaksinasi influenza dan Pneumovax tahunan pada pasien berisiko-tinggi, misalnya yang menderita COPD, penyakit jantung kronis, atau penyakit sel sabit.
  • Untuk mencegah aspirasi selama pasien makan melalui pipa, naikkan kepalanya, periksa posisi pipa, dan beri formula secara perlahan-lahan. Jangan beri dalam volume besar dalam satu waktu karena bisa membuat pasien muntah. Jika pasien menggunakan pipa ET, bubungkan manset (cuff) pipa. Jaga agar kepala pasien tetap terangkat selama setidaknya 30 menit setelah makan. Periksa adakah formula yang tersisa pada interval 4 sampai 6 jam.

Update Askep Pneumonia pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI

Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan.

1. Bersihan Jalan Napas tidak efektif b/d Proses Infeksi (D.0149)

Luaran : bersihan jalan napas meningkat (L.01001)

  • Kemampuan batuk efektif pasien meningkat.
  • Produksi dahak menurun
  • Mengi/wheezing menurun
  • Sesak napas menurun
  • Ortopnea menurun
  • Kesulitan bicara menurun
  • Sianosis menurun
  • Perasaan gelisah menurun
  • Frekuensi dan pola napas membaik

Intervensi

a. Latihan Batuk Efektif (l.01006)

  • Identifikasi kemampuan batuk
  • Monitor adanya retensi sputum
  • Atur posisi semi-fowler atau fowler
  • Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
  • Buang dahak pada tempat sputum
  • Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
  • Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu selama 8 detik
  • Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
  • Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke 3
  • Kolaborasipemberian mukolitik atau ekspektoran jika perlu

b. Manajemen Jalan Napas (l.01011)

  • Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
  • Monitor bunyi napas
  • tambahan (wheezing, mengi)
  • Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
  • Posisikan semi fowler atau fowler
  • Berikan minum air hangat
  • Lakukan fisioterapi dada

c. Pemantauan Respirasi (l.01014)

  • Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
  • Monitor pola napas
  • Monitor kemampuan batuk efektif
  • Monitor adanya produksi sputum
  • Auskultasi bunyi napas

2. Gangguan Pertukaran Gas b/d Perubahan alveolus-kapiler (D.0003)

Luaran : pertukaran gas meningkat (L.01003)

  • Dispnea menurun
  • Bunyi napas tambahan menurun
  • Diaforesis menurun
  • PCO2 membaik
  • PO2 membaik
  • Pola napas membaik

Intervensi :

a. Pemantauan Respirasi (l.01014)

  • Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
  • Monitor pola napas 
  • Monitor kemampuan batuk efektif
  • Monitor adanya produksi sputum
  • Monitor adanya sumbatan jalan napas
  • Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
  • Auskultasi bunyi napas
  • Monitor saturasi oksigen
  • Monitor nilai AGD
  • Monitor hasil X-ray toraks
  • Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
  • Dokumentasikan hasil pemantauan
  • Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
  • Informasikan hasil pemantauan jika perlu

b. Terapi Oksigen (l.01026)

  • Monitor kecepatan aliran oksigen
  • Monitor posisi alat terapi oksigen
  • Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
  • Monitor efektifitas terapi oksigen
  • monitor tanda-tanda hipoventilasi
  • Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
  • Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
  • Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
  • Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea
  • Pertahankan kepatenan jalan napas
  • Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
  • Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
  • Kolaborasi penentuan dosis oksigen

3. Gangguan Ventilasi Spontan b/d Kelelahan otot pernapasan (D.0004)

Luaran: Ventilasi Spontan Meningkat (L.01007)

  • Volume tidal meningkat
  • Dispnea menurun
  • Penggunaan ott bantu napas menurun
  • Gelisah menurun
  • Takikardi, PO2 dan PCO2 membaik

Intervensi:

a. Dukungan Ventilasi (I.01002)

  • Identifikasi adanya kelelahan otot bantu pernapasan
  • Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan
  • Monitor status respirasi dan oksigenisasi
  • Pertahankan kepatenan jalan napas
  • Berikan posisi semi-fowler atau fowler
  • Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
  • Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
  • Gunakan Bag-valve mask jika perlu
  • Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
  • Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
  • Ajarkan teknik batuk efektif
  • Kolaborasi pemberian bronkodilator jika perlu

4. Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan/Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

Luaran: Toleransi Aktivitas Meningkat (L.05047)

  • Frekuensi nadi meningkat
  • Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
  • Keluhan lelah menurun
  • Dispnea saat dan setelah berkativitas menurun
  • Perasaan lemah menurun
  • Tekanan darah dan frekuensi napas membaik

Intervensi:

a. Manajemen Energi (I.05178)

  • Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan kelelahan
  • Monitor kelelahan fisik dan emosional
  • Monitor pola dan jam tidur
  • Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
  • Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
  • Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
  • Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
  • Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
  • Anjurkan tirah baring
  • Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
  • Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
  • Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
  • Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

b. Terapi Aktivitas (I.05186)

  • Identifikasi defisit tingkat aktivitas
  • Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
  • Identifikasi sumberdaya untuk aktivitas yang diinginkan
  • Monitor respon emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
  • Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
  • Fasilitasi aktivitas fisik rutin sesuai kebutuhan
  • Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energi, atau gerak
  • Libatkan keluarga dalam aktivitas jika perlu
  • Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas

5. Hipertermia b/d Proses Penyakit (D.0130)

Luaran: Termoregulasi Membaik (L.14134)

  • Menggigil, Pucat, takipneu, dan takikardi menurun
  • Suhu tubuh membaik
  • Suhu Kulit membaik
  • Ventilasi membaik
  • Tekanan darah membaik

Intervensi:

a. Manajemen Hipertermia (I.15506)

  • Identifikasi penyebab hipertermia
  • Monitor suhu tubuh
  • Monitor kadar elektrolit
  • Monitor Haluaran Urin
  • Monitor Komplikasi akibat hipertermia
  • Sediakan lingkungan yang dingin
  • Longgarkan atau lepaskan pakaian
  • Basahi dan kipasi permukaan tubuh
  • Berikan Cairan Oral
  • Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
  • Lakukan pendinginan eksternal
  • Anjurkan tirah baring
  • Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu

6. Risiko Defisit Nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme (D.0032)

Luaran : Status Nutrisi Membaik (L.03030)

  • Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
  • Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
  • Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman meningkat
  • Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan kesehatan
  • Frekwensi makan membaik
  • Indeks massa tubuh (IMT) membaik
  • Nafsu makan membaik
  • Membran mukosa membaik

Intervensi:

a. Manajemen Nutrisi (I.03119)

  • Identifikasi status nutrisi
  • Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
  • Identifikasi makanan yang disukai
  • Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
  • Identifikasi perlunya pengguanaan selang nasogastrik
  • Monitor asupan makanan
  • Monitor berat badan
  • Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
  • Lakukan oral hygiene sebelum makan bila perlu
  • Fasilitasi menentukan program diet
  • Sajikan makanan secara menarik dengan suhu yang sesuai
  • Berkan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
  • Berikan suplement makanan jika perlu
  • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan jika perlu

b. Manajemen Gangguan Makan (I.03111)

  • Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
  • Timbang berat badan secara rutin
  • Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku
  • Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan
  • Ajarkan pengaturan diit yang tepat
  • Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
  • Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan , kebutuhan kalori dan pilihan makanan

Referensi:

  1. Sanjay Sethi MD. 2020. Overview of Pneumonia. MSD Manual
  2. Melissa Conrad S. 2021. Pneumonia. Medicine Net. https://www.medicinenet.com/pneumonia_facts/article.htm
  3. WHO. 2021. Pneumonia. World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia
  4. Mayo Clinic. 2020. Pneumonia. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pneumonia/symptoms-causes/syc-20354204
  5. Pamela.C.A.et.al.2008. Nursing: Understanding Disease. Lippincott William & Wilkins : Norristown Road.
  6. Wei Shen Lim. 2020. Pneumonia-Overview. Reference Module in Biomedical Sciences. doi:10.1016/B978-0-12-801238-3.11636-8
  7. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  8. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
  9. PPNI, 2019.  Standart I Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta 

Zul Hendry
Zul Hendry Dosen Program Studi Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram