Organisme manusia tersusun dari triliunan sel yang bekerja sama untuk menjaga keberlangsungan seluruh tubuh. Meskipun setiap sel mampu menjalankan fungsi yang berbeda-beda, semua sel memiliki kebutuhan metabolisme yang hampir serupa.
Untuk memastikan kelangsungan hidup sel-sel tersebut, menjaga lingkungan internal tetap stabil dengan menyediakan semua yang dibutuhkan oleh sel seperti oksigen, glukosa, ion mineral, pengeluaran limbah, dan lain sebagainya merupakan hal yang sangat penting.
Proses ini berperan dalam menjaga kesejahteraan sel-sel secara individu serta keseluruhan tubuh untuk bertahan hidup. Seluruh rangkaian proses yang dilakukan oleh tubuh untuk mengatur lingkungan internalnya secara bersama-sama dikenal sebagai homeostasis.
Apa Itu Homeostasis
Homeostasis secara umum merujuk pada stabilitas atau keseimbangan dalam individu atau organisme. Homeostasis adalah usaha tubuh untuk menjaga kestabilan lingkungan internalnya.
Untuk menjaga stabilitas lingkungan internal yang konstan, diperlukan pemantauan dan penyesuaian yang berkelanjutan seiring perubahan kondisi. Proses penyesuaian sistem fisiologis dalam tubuh ini disebut sebagai regulasi homeostasis.
Konsep homeostasis pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Perancis, Claude Bernard (1813-1878), dalam studinya tentang menjaga stabilitas lingkungan internal. Bernard menyatakan, "Segala macam mekanisme vital, meskipun sangat bervariasi, memiliki satu tujuan tunggal, yaitu menjaga kondisi kehidupan dalam lingkungan internal tetap stabil".
Istilah "homeostasis" sendiri kemudian diciptakan oleh fisiolog Amerika, Walter Cannon, penulis buku "The Wisdom of the Body" pada tahun 1932. Asal kata "homeostasis" berasal dari bahasa Yunani, yaitu "homoios" yang berarti "sama," "seperti," atau "menyerupai," dan "stasis" yang berarti "berdiri" atau "postur."
Regulasi homeostasis melibatkan 3 komponen utama yaitu: 1) reseptor, 2) pusat pengendali, dan 3) efektor. Reseptor berfungsi menerima informasi tentang perubahan yang terjadi di lingkungan. Pusat pengendali atau pusat integrasi bertugas menerima dan mengolah informasi dari reseptor. Dan efektor merespons perintah dari pusat pengendali dengan cara mengimbangi atau memperkuat rangsangan yang diberikan.
Hal ini merupakan proses yang berkelanjutan yang terus bekerja untuk memulihkan dan menjaga homeostasis. Sebagai contoh, dalam regulasi suhu tubuh, terdapat reseptor suhu di kulit yang mengirimkan informasi ke otak sebagai pusat pengendali, sementara pembuluh darah dan kelenjar keringat bertindak sebagai efektor.
Karena lingkungan tubuh, baik internal maupun eksternal, terus berubah dan penyesuaian harus terus menerus dilakukan untuk menjaga stabilitas atau mendekati titik stabil, homeostasis bisa dianggap sebagai keseimbangan sintetis.
Mekanisme Homeostasis
Umpan Balik Negatif
Umpan balik negatif adalah suatu proses di mana sistem merespons perubahan dengan cara yang mengarah pada pemulihan ke kondisi semula. Hal ini biasanya berkontribusi dalam menjaga kestabilan dan homeostasis.
Sebagai contoh, ketika konsentrasi karbon dioksida dalam tubuh manusia meningkat, paru-paru akan menerima sinyal untuk meningkatkan aktivitasnya dengan mempercepat frekwensi pernafasan dan mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida, sehingga mengembalikan konsentrasi karbon dioksida ke tingkat yang normal.
Termoregulasi juga merupakan contoh umpan balik negatif. Ketika suhu tubuh naik atau turun di luar batas normal, reseptor di kulit dan hipotalamus mendeteksi perubahan tersebut, memicu respons dari otak untuk mengembalikan suhu tubuh ke tingkat yang optimal.
Umpan Balik Positif
Umpan balik positif adalah suatu respons sistem yang menguatkan perubahan dalam tubuh, yang pada gilirannya menghasilkan efek destabilisasi dan tidak mendukung homeostasis.
Meskipun umpan balik positif jarang terjadi secara alami dibandingkan dengan umpan balik negatif, tetapi memiliki perannya sendiri. Sebagai contoh, proses pembekuan darah dan kejadian selama melahirkan adalah contoh lain dari umpan balik positif.
Namun, penting untuk dicatat bahwa umpan balik positif bisa menjadi berbahaya. Sebagai contoh, ketika seseorang mengalami demam tinggi, hal ini dapat memicu perubahan metabolisme yang mendorong demam semakin tinggi. Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, suhu tubuh yang sangat tinggi menyebabkan berhentinya fungsi protein seluler dan metabolisme, yang akhirnya mengakibatkan kematian.
Secara keseluruhan, tubuh manusia memerlukan keseimbangan antara kedua jenis umpan balik ini. Umumnya, ketika ada perbedaan signifikan dari kondisi homeostatis, umpan balik positif dapat digunakan, sementara ketika kondisi mendekati homeostasis, umpan balik negatif akan bekerja untuk melakukan penyesuaian.
Mekanisme ini menciptakan situasi yang disebut "metastabilitas," di mana kondisi homeostatis dipertahankan dalam batas-batas yang tetap, tetapi jika batas ini terlampaui, sistem dapat berubah secara drastis ke kondisi homeostatis yang berbeda, yang mungkin tidak diinginkan.
Faktor Yang Mempengaruhi Homeostasis
Homeostasis bisa dipertahankan melalui berbagai mekanisme pengendalian. Jika gagal, tubuh dapat mengalami berbagai penyakit atau kerusakan. Ketika sel-sel dalam tubuh mengalami gangguan fungsi, keseimbangan homeostasis terganggu, yang pada akhirnya dapat menyebabkan timbulnya penyakit atau kerusakan sel.
Penyakit dan kerusakan sel biasanya disebabkan oleh dua mekanisme dasar yaitu defisiensi (ketika sel tidak mendapatkan semua yang dibutuhkannya) atau toksisitas (ketika sel diracuni oleh substansi yang tidak diperlukan).
Selain dari mekanisme pengendalian internal, pengaruh dari faktor eksternal juga memegang peran penting dan dapat mempengaruhi kemampuan tubuh kita untuk menjaga kesehatan seluler, seperti:
Nutrisi
Apabila pola makan tidak mencukupi vitamin atau mineral tertentu, maka sel-sel dalam tubuh mungkin tidak akan berfungsi dengan baik, yang dapat mengakibatkan munculnya kondisi penyakit. Sebagai contoh, seorang wanita yang mengalami menstruasi dengan asupan zat besi yang kurang akan mengalami anemia.
Kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pembawaan oksigen. Pada tingkat yang lebih ringan, gejalanya mungkin tidak begitu jelas misalnya misalnya mudah lelah.
Tetapi jika tingkat anemianya parah, tubuh akan berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan meningkatkan denyut jantung, yang dapat mengakibatkan detak jantung yang cepat dan berkeringat, dan mungkin menyebabkan gangguan jantung.
Toksin
Racun atau toksin merujuk pada zat apa pun yang mengganggu fungsi sel sehingga menyebabkan kerusakan sel. Ini dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti paparan bahan kimia, tumbuhan beracun, insektisida, atau bahkan gigitan hewan berbisa.
Contoh umumnya adalah ketika seseorang mengonsumsi terlalu banyak obat. Ketika ini terjadi, tanda-tanda vital tubuh dapat mengalami fluktuasi, baik itu meningkat atau menurun, yang pada akhirnya dapat menyebabkan masalah serius, termasuk risiko koma, kerusakan otak, bahkan kematian.
Psikologis
Kesehatan fisik dan kesehatan mental kita saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Pikiran dan emosi kita memiliki kemampuan untuk memicu perubahan kimiawi dalam tubuh, baik itu melalui praktik seperti meditasi yang bermanfaat, atau melalui dampak buruk seperti stres yang merugikan.
Fisik
Pemeliharaan kesehatan fisik sangat penting bagi kesejahteraan sel dan tubuh manusia. Ini termasuk mendapatkan istirahat yang cukup, paparan sinar matahari, dan menjalani aktivitas fisik.
Kurang tidur, sebagai contoh, telah terkait dengan sejumlah penyakit, seperti gangguan irama jantung, kelelahan, kecemasan, dan sakit kepala.
Genetik
Warisan genetik kita bisa mencakup kekuatan dan kelemahan tertentu. Beberapa gen dapat dimatikan atau diaktifkan oleh faktor eksternal yang dapat kita kendalikan, tetapi dalam beberapa kasus, sedikit yang dapat dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi penyakit genetik.
Pada tingkat sel, banyak penyakit berasal dari mutasi genetik. Sebagai contoh, kanker dapat memiliki faktor keturunan atau dipicu oleh mutasi yang diinduksi oleh faktor eksternal seperti radiasi atau paparan zat berbahaya selama perkembangan janin jika ibu mengonsumsi obat tertentu.
Pengobatan
Karena perbedaan genetik, beberapa individu memerlukan intervensi medis untuk memperoleh atau menjaga homeostasis. Dalam konteks pengobatan modern, berbagai bentuk bantuan dapat diberikan kepada tubuh, mulai dari antibodi untuk melawan infeksi hingga kemoterapi untuk mengatasi sel-sel kanker yang berbahaya.
Terapi medis tradisional dan alternatif dapat memberikan banyak manfaat, tetapi seperti dalam pengobatan lainnya, terdapat risiko potensial. Infeksi yang dapat terjadi di rumah sakit atau dosis obat yang salah dapat mengganggu homeostasis yang sedang diperbaiki.
Proses percobaan dan kesalahan dalam pengobatan bisa memiliki potensi efek berbahaya dan jika tidak segera diidentifikasi, dapat mengakibatkan kematian.
Kontribusi Sistem Tubuh terhadap Homeostasis
Setiap sistem dalam tubuh berperan penting dalam menjaga homeostasis serta saling berinteraksi dengan sistem lainnya dan dengan keseluruhan organisme. Tidak ada sistem tubuh yang beroperasi secara terpisah, dan kesejahteraan individu sangat tergantung pada kesejahteraan semua sistem tubuh yang berinteraksi satu sama lain.
Sistem Saraf
Karena sistem saraf tidak menyimpan nutrisi, ia harus terus-menerus mendapatkan pasokan dari darah. Gangguan pada aliran darah dapat berpotensi menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
Sistem saraf menjaga homeostasis dengan mengendalikan dan mengatur berbagai bagian tubuh. Ketika terjadi penyimpangan dari kondisi normal, sistem ini merespon dengan cara yang tertentu yaitu reseptor mendeteksi penyimpangan tersebut dan mengirimkan impuls saraf ke pusat pengatur di otak.
Otak kemudian memberikan instruksi kepada efektor untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengembalikan kondisi tubuh ke dalam keadaan normal. Sebagai contoh, jika penyimpangan tersebut adalah penurunan suhu tubuh, maka efektor akan bertindak untuk meningkatkan suhu tubuh.
Respon adaptif ini membawa tubuh kembali ke kondisi normal, dan pada saat itu aktivitas reseptor pusat pengatur dan efektor berhenti sementara waktu. Proses ini disebut sebagai kontrol umpan balik negatif.
Cara ini mengatur tubuh dengan fluktuasi antara dua tingkat ekstrem. Sebelum suhu tubuh turun di bawah normal, reseptor akan merangsang pusat pengatur dan efektor akan bertindak untuk meningkatkan suhu tubuh. Pusat pengatur terletak di dalam sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Hipotalamus adalah bagian otak yang terkait khusus dengan homeostasis, berpengaruh pada tindakan medula oblongata, bagian bawah otak, sistem saraf otonom, dan kelenjar pituitari.
Sistem saraf memiliki dua komponen utama: sistem saraf pusat dan sistem saraf. Sistem saraf tepi terdiri dari saraf kranial dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf tepi dan berisi neuron motorik yang mengontrol organ-organ dalam tubuh.
Operasi sistem saraf otonom terjadi di tingkat bawah sadar dan memiliki dua divisi, yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Secara umum, sistem simpatis memberikan respon yang terkait dengan situasi darurat, sementara sistem parasimpatis menghasilkan efek yang diperlukan dalam aktivitas sehari-hari kita.
Sistem Endokrin
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan hormon-hormon ke dalam aliran darah. Setiap hormon ini memiliki dampak pada satu atau lebih jaringan target dalam tubuh. Dengan cara ini, sistem endokrin mengatur berbagai aspek metabolisme dan perkembangan sebagian besar sel dan sistem tubuh.
Untuk lebih merinci, sistem endokrin juga menghasilkan hormon-hormon seks yang memiliki efek seperti mengaktifkan kelenjar sebaceous, memengaruhi perkembangan kelenjar susu, mengatur aliran darah di dermis, dan melepaskan lipid dari sel adiposit.
Selain itu, hormon MSH dapat merangsang melanosit pada kulit kita. Pertumbuhan tulang kita juga diatur oleh sejumlah hormon, dan sistem endokrin membantu dalam pengaturan mobilisasi kalsitonin dan kalsium.
Dalam hal sistem otot, hormon mempengaruhi metabolisme otot, produksi energi, dan pertumbuhannya. Pada sistem saraf, hormon-hormon berperan dalam mengatur metabolisme saraf, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mendukung hormon reproduksi yang memengaruhi perkembangan dan perilaku sistem saraf pusat.
Sistem kardiovaskular membutuhkan hormon-hormon untuk mengatur produksi sel darah merah, yang dapat memengaruhi tekanan darah dengan meningkatkannya atau menurunkannya. Hormon-hormon juga dapat memiliki efek antiinflamasi dan memicu aktivitas sistem limfatik. Dengan kata lain, sistem endokrin pada dasarnya memiliki peran dalam mengatur berbagai sistem tubuh yang lain.
Sistem Integumen
Sistem integumen memainkan peran penting dalam melindungi tubuh dari serangan mikroba. Ini terutama dilakukan dengan membentuk lapisan tebal yang mampu menahan penetrasi, sehingga menjaga organ-organ internal kita dari bahaya eksternal.
Selain itu, kulit juga memiliki peran dalam mengatur suhu tubuh kita. Ini dapat dilakukan melalui mekanisme seperti keringat dan vasodilatasi untuk mendinginkan tubuh atau melalui menggigil dan piloereksi (merinding) untuk menjaga panas. Sistem ini juga terlibat dalam menjaga keseimbangan ion dalam darah kita.
Stimulasi sel mast dapat mengakibatkan perubahan dalam aliran darah dan permeabilitas kapiler, yang pada gilirannya dapat memengaruhi sirkulasi darah dalam tubuh serta pengaturannya. Selain itu, kulit juga berperan dalam sintesis vitamin D, yang penting untuk penyerapan kalsium dan fosfor yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang, perawatan, dan perbaikan.
Rambut di kulit berfungsi sebagai penjaga pintu masuk ke rongga hidung dan lubang lainnya, yang bertujuan untuk mencegah zat asing masuk lebih dalam ke dalam tubuh kita. Kulit juga membantu menjaga keseimbangan dengan mengeluarkan air dan zat terlarut lainnya, terutama melalui proses keratinisasi epidermis yang mengurangi kehilangan cairan melalui kulit.
Selain itu, kulit memberikan perlindungan mekanis terhadap berbagai bahaya lingkungan yang mungkin kita hadapi. Harus diingat bahwa kulit berperan sebagai lapisan pertahanan pertama dalam sistem kekebalan tubuh kita.
Sistem Rangka
Sebagai rangka struktural dalam tubuh manusia, sistem kerangka terutama terdiri dari lebih dari 206 tulang, bersama dengan tulang rawan, ligamen, dan berbagai jaringan ikat lainnya yang berperan dalam menstabilkan dan menghubungkan komponen-komponen tersebut.
Tulang-tulang ini bekerja bersama dengan sistem otot untuk membantu mempertahankan postur tubuh dan memfasilitasi gerakan. Banyak tulang dalam sistem kerangka juga berperan sebagai pengungkit, mengubah magnitude dan arah gaya yang dihasilkan oleh otot rangka.
Perlindungan adalah peran utama lainnya yang dimainkan oleh sistem kerangka. Ini karena banyak organ vital kita terlindungi di dalam rongga-rongga tulang, seperti tengkorak yang melindungi otak dan tulang belakang yang melindungi sumsum tulang belakang.
Selain itu, tulang-tulang juga membentuk struktur dasar bagi rongga tubuh lainnya, seperti dada dan panggul. Selama masa kekurangan mineral tertentu dalam tubuh, seperti kalsium atau magnesium, sistem kerangka berfungsi sebagai sumber cadangan mineral yang penting. Misalnya, jika kadar mineral-mineral ini rendah dalam darah dan tidak tersedia dalam makanan, tubuh akan mengambilnya dari tulang.
Sistem kerangka juga menyediakan kalsium yang diperlukan untuk proses kontraksi otot. Terakhir, sumsum tulang bertanggung jawab atas produksi dan penyimpanan sel-sel darah merah, limfosit, dan sel-sel lain yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Sistem Otot
Sistem otot adalah salah satu sistem yang paling serba guna dalam tubuh manusia. Dalam sistem otot terdapat jantung, yang berfungsi secara terus-menerus memompa darah ke seluruh tubuh.
Selain itu, sistem otot juga bertanggung jawab untuk berbagai tindakan yang terjadi tanpa disadari, seperti merinding, proses pencernaan, dan pernapasan, serta tindakan yang dilakukan dengan sengaja seperti berjalan atau mengangkat benda-benda. Otot-otot juga memiliki peran dalam melindungi organ-organ yang berada dalam rongga tubuh.
Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskular memiliki peran penting dalam menjaga sistem tubuh lainnya dengan cara mengangkut hormon-hormon, menyediakan nutrisi seperti oksigen dan EPO ke sumsum tulang, juga menghilangkan produk limbah serta memasok oksigen segar ke seluruh sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida.
Ketika sistem kardiovaskular atau sistem limfatik mengalami gangguan dalam fungsinya, maka homeostasis tubuh dapat terganggu. Kulit, tulang, otot, paru-paru, saluran pencernaan, serta sistem-sistem lain seperti saraf, endokrin, limfatik, kemih, dan reproduksi, semuanya bergantung pada sistem kardiovaskular sebagai jalur distribusi utama berbagai substansi dan zat yang dibutuhkan.
Sistem Limfatik
Sistem limfatik memiliki tiga peran utama yang penting. Pertama, sistem ini berperan dalam menjaga volume darah dan jaringan tubuh. Saat cairan berlebihan keluar dari kapiler karena tekanan, sistem limfatik bertugas untuk menyerap cairan tersebut dan mencegah terjadinya penumpukan yang dapat menyebabkan edema.
Kedua, sistem limfatik berperan dalam menyerap asam lemak dan trigliserida yang dihasilkan dari pencernaan lemak. Hal ini dilakukan agar komponen pencernaan tersebut tidak langsung masuk ke dalam aliran darah.
Ketiga, sistem limfatik juga berperan penting dalam menjaga pertahanan tubuh terhadap serangan mikroba dan respons imun tubuh. Sistem ini membantu dalam pemeliharaan seperti perbaikan tulang dan otot setelah mengalami cedera. Selain itu, sistem limfatik juga berkontribusi dalam menjaga pH asam urin untuk melawan infeksi pada sistem saluran kemih.
Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan bekerjasama dengan sistem kardiovaskular dalam menyediakan pasokan oksigen ke seluruh sistem tubuh untuk metabolisme sel. Selain itu, sistem pernapasan juga bertanggung jawab dalam mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.
Karena sebagian besar CO2 diangkut dalam plasma sebagai ion bikarbonat yang berfungsi sebagai buffer kimia, sistem pernapasan juga memiliki peran penting dalam menjaga tingkat pH darah yang optimal. Ini merupakan informasi yang sangat penting dalam konteks homeostasis.
Akibat dari hiperventilasi, kadar CO2 dalam darah dapat menurun, yang mengakibatkan peningkatan pH cairan tubuh. Jika pH darah naik di atas angka 7,45, ini disebut alkalosis respiratorik. Sebaliknya, jika terlalu banyak CO2 yang terdapat dalam darah sehingga menyebabkan pH turun di bawah 7,35, maka ini dapat mengakibatkan kondisi yang disebut asidosis respiratorik.
Sistem pernapasan juga berperan dalam membantu sistem limfatik dengan menangkap patogen dan melindungi jaringan yang lebih dalam dalam tubuh. Penting untuk dicatat bahwa ketika melakukan ekspansi rongga dada, ini dapat memberikan tekanan pada perut melalui kontraksi otot-otot pernapasan, yang bisa membantu dalam proses buang air besar.
Sistem Pencernaan
Tanpa pasokan energi dan nutrisi yang teratur dari sistem pencernaan, seluruh sistem tubuh akan segera mengalami gangguan. Sistem pencernaan bertugas menyerap zat organik, vitamin, ion, dan air yang diperlukan oleh seluruh tubuh untuk berfungsi dengan baik.
Selain itu, saluran pencernaan juga berperan dalam menyediakan lipid yang akan disimpan di lapisan subkutan.
Penting untuk memahami bahwa makanan melalui tiga proses utama dalam tubuh kita, yaitu pencernaan, penyerapan, dan eliminasi. Jika salah satu dari proses ini mengalami gangguan atau tidak berfungsi dengan baik, maka masalah kesehatan yang signifikan dapat muncul.
Proses pencernaan melibatkan berbagai mekanisme seperti pencernaan kimiawi, pergerakan makanan, penyerapan nutrisi, dan pengeluaran sisa-sisa makanan.
Oleh karena itu, untuk menjaga sistem pencernaan yang sehat dan efisien, penting bagi kita untuk memahami dan merawat komponen-komponen yang terlibat dalam proses ini. Ketika sistem pencernaan terganggu, kesehatan pencernaan kita dapat terpengaruh secara negatif.
Sistem Perkemihan
Limbah nitrogen yang bersifat beracun akan terakumulasii ketika protein dan asam nukleat dipecah dan digunakan untuk tujuan lain dalam tubuh. Sistem perkemihan bertugas mengeluarkan limbah ini dari tubuh kita.
Selain itu, sistem saluran kemih juga memiliki peran langsung dalam menjaga volume darah yang tepat, dan ini juga berdampak secara tidak langsung pada tekanan darah, serta dalam mengatur konsentrasi ion dalam darah.
Salah satu kontribusi penting lainnya adalah bahwa ginjal menghasilkan hormon yang disebut eritropoietin, yang memiliki fungsi untuk merangsang produksi sel darah merah.
Selain itu, ginjal juga memiliki peran yang signifikan dalam menjaga kadar air yang tepat dalam tubuh dan komposisi garam yang sesuai dalam cairan ekstraseluler. Ketika terjadi perubahan eksternal yang menyebabkan kehilangan cairan berlebihan, sistem ini memiliki mekanisme umpan balik yang akan bertindak untuk menghambat kehilangan cairan tersebut.
Sistem Reproduksi
Sistem Reproduksi memiliki sifat unik karena tidak banyak berperan dalam menjaga homeostasis organisme. Sebaliknya, fungsinya lebih berkaitan dengan pemeliharaan kelangsungan hidup spesies.
Meskipun begitu, hormon seks yang dihasilkan oleh sistem reproduksi memiliki efek pada berbagai sistem tubuh lainnya, dan ketidakseimbangan dalam hormon ini dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, seperti contohnya pada wanita yang telah menjalani pengangkatan ovarium pada usia dini yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami osteoporosis.
Referensi:
- Adrignola, et.al. 2010. Human Physiology – Homeostasis. Saylor Academy.
- J. Gordon Betts, et. al. 2013. Anatomy & Physiology. Houston, Texas: Rice University. OpenStax.
- Faris M, Ibrahim R & Salwa. 2021. Introduction to physiology and homeostasis. https://www.researchgate.net/publication/351324556