bR7izkJOiKy1QUHnlV5rpCDjiDlVyiP6q1XpDxAH
Bookmark

Prosedur Perawatan Kolostomi

Kolostomi adalah tindakan bedah yang melibatkan pengeluaran salah satu ujung usus besar (kolon) melalui dinding abdomen. Selama prosedur ini, salah satu ujung kolon diarahkan melalui sayatan pada dinding perut untuk membentuk stoma. 

Stoma adalah lubang di kulit tempat kantong dipasang untuk menampung feses. Individu yang menjalani kolostomi, baik sementara maupun jangka panjang dilengkapi dengan kantong yang melekat pada sisi tubuh mereka untuk mengumpulkan feses agar mudah dibuang.

Penting untuk dicatat bahwa kolostomi tidak selalu bersifat permanen, terutama pada anak-anak yang lahir dengan cacat bawaan. Kolostomi dapat disebabkan oleh salah satu dari beberapa prosedur yang bertujuan untuk memperbaiki masalah pada saluran pencernaan bagian bawah. 

Selain kolostomi, terdapat juga jenis prosedur ostomi lainnya seperti ileostomi yang melibatkan pengalihan bagian bawah usus kecil (ileum), dan urostomi yang melibatkan pengalihan saluran yang membawa urin keluar dari kandung kemih. 

Indikasi Prosedur Kolostomi

Indikasi prosedur kolostomi mengacu pada kondisi medis atau situasi di mana dokter memutuskan untuk melakukan kolostomi sebagai tindakan medis yang diperlukan. Proses ini melibatkan pembuatan stoma (lubang pada dinding perut) yang terhubung dengan usus besar untuk mengalihkan aliran tinja dari usus besar ke luar tubuh melalui stoma tersebut. 

Beberapa indikasi umum yang dapat memerlukan prosedur kolostomi meliputi:

  • Penyakit Crohn: Ini adalah penyakit inflamasi usus kronis yang dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada usus besar. Kolostomi mungkin diperlukan jika peradangan parah atau komplikasi muncul.
  • Kanker Kolorektal: Terkadang, pasien dengan kanker usus besar atau rektum mungkin memerlukan kolostomi sebagai bagian dari perawatan mereka. Ini dapat dilakukan untuk menghindari komplikasi setelah operasi pengangkatan kanker.
  • Cedera Abdominal: Dalam kasus cedera serius pada usus besar atau rektum akibat trauma atau kecelakaan, dokter dapat melakukan kolostomi untuk mengurangi tekanan pada area yang terluka dan memfasilitasi penyembuhan.
  • Divertikulitis: Divertikulitis adalah kondisi di mana kantung-kantung kecil di dinding usus besar meradang atau terinfeksi. Jika terjadi perforasi atau abses, kolostomi dapat diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
  • Obstruksi Usus Besar: Obstruksi usus besar adalah kondisi di mana aliran tinja terhambat atau terblokir. Kolostomi dapat digunakan untuk melewati area yang terhalang dan menghindari komplikasi serius.
  • Gangrenous Sigmoid Volvulus: Ini adalah kondisi di mana usus besar mengalami putaran dan pembekuan yang dapat mengancam nyawa. Kolostomi dapat digunakan untuk meredakan tekanan pada usus besar dan menghindari kerusakan lebih lanjut.
  • Penyakit Hirschsprung: Meskipun jarang, penyakit Hirschsprung dapat memengaruhi anak-anak dan menyebabkan masalah pergerakan usus. Kolostomi mungkin diperlukan sebagai tindakan sementara dalam pengobatan kondisi ini.

Keputusan untuk melakukan kolostomi selalu berdasarkan penilaian dokter terhadap kondisi individu pasien. Kolostomi biasanya digunakan sebagai solusi sementara atau permanen tergantung pada situasi medis dan respons pasien terhadap perawatan. Ini adalah tindakan bedah yang signifikan, dan pasien dan keluarganya perlu mendapatkan dukungan dan informasi yang diperlukan untuk mengatasi perubahan dalam gaya hidup yang mungkin timbul akibat kolostomi.

Tipe Kolostomi

Kolostomi berdasarkan Sifatnya

Tipe kolostomi berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu kolostomi sementara dan kolostomi permanen.

a. Kolostomi Sementara

Kolostomi sementara adalah jenis kolostomi yang dilakukan dimana stoma dibuat untuk mengalihkan aliran tinja dalam jangka waktu tertentu. Tipe ini sering digunakan untuk mengatasi kondisi medis akut atau sebagai tindakan persiapan sebelum prosedur bedah lainnya. 

b. Kolostomi Permanen

Kolostomi permanen berarti stoma yang dibuat dijadikan jalur tetap untuk aliran fese dan tidak dapat dibalikkan. Kolostomi permanen biasanya diperlukan dalam kasus-kasus di mana pengembalian aliran feses melalui usus besar tidak mungkin atau tidak aman. 

Salah satu tipe kolostomi permanen yang umum adalah kolostomi akhir, di mana ujung usus besar diarahkan melalui dinding abdomen untuk menciptakan jalur permanen untuk aliran feses.

Pemilihan antara kolostomi sementara dan permanen akan bergantung pada diagnosis medis, kondisi pasien, dan rencana perawatan yang direkomendasikan oleh tim medis. Dalam banyak kasus, kolostomi sementara digunakan sebagai langkah sementara untuk mengatasi masalah medis akut, sementara kolostomi permanen dapat menjadi pilihan dalam situasi yang lebih kompleks atau kronis.

Tipe Kolostomi Berdasarkan Lokasi

a. Kolostomi Sigmoid

Pada tipe kolostomi sigmoid, stoma ditempatkan di area kolon sigmoid yang berada di sisi kiri bawah perut. Jenis Ini adalah tipe kolostomi yang paling umum.

Kolostomi sigmoid sering dipilih karena sifat anatomi yang memungkinkan pemasangan stoma yang relatif mudah. Kolostomi sigmoid  biasanya digunakan untuk mengatasi kondisi medis seperti kanker kolorektal atau penyakit Crohn yang mempengaruhi bagian bawah usus besar.

b. Kolostomi Transversal

Pada tipe kolostomi transversal, stoma ditempatkan pada bagian kolon transfersal yang berada di bagian tengah perut. Prosedur ini adalah jenis kolostomi yang kurang umum dibandingkan dengan kolostomi sigmoid.

Kolostomi transversal mungkin dipilih dalam situasi-situasi tertentu, terutama ketika kondisi medis pasien memerlukan pemasangan stoma di lokasi yang berbeda.

c. Kolostomi Asenden

Pada tipe kolostomi asenden, stoma ditempatkan pada bagian kolon asenden, yang berada di bagian atas perut. Ini adalah jenis kolostomi yang jarang digunakan.

Kolostomi asenden mungkin dipilih jika kondisi medis pasien mengharuskan pemasangan stoma di lokasi ini seperti kanker usus besar di bagian atas dan kondisi obstruktif di bagian atas usus besar.

Resiko yang timbul pada Colostomi

Kolostomi adalah suatu jenis operasi yang bersifat invasif, dan  seperti halnya dalam setiap jenis operasi lainnya, terdapat potensi risiko yang perlu diperhatikan seperti reaksi alergi terhadap anestesi dan kemungkinan terjadinya pendarahan berlebihan.

Selain itu, operasi kolostomi juga dapat menimbulkan risiko-risiko lain seperti:

  • Potensi kerusakan pada organ-organ yang berdekatan.
  • Kemungkinan terbentuknya jaringan parut di dalam abdomen yang dapat mengakibatkan penyumbatan.
  • Terjadinya hernia parastomal yaitu ketika usus muncul melalui otot-otot di sekitar stoma yang dapat menyebabkan benjolan pada kulit.
  • Risiko penyumbatan stoma di mana penumpukan makanan dapat menghalangi pembukaan stoma dan menyebabkan masalah seperti mual, kembung, dan masalah dengan keluaran usus.
  • Kemungkinan teriritasi kulit di sekitar stoma.
  • Adanya kemungkinan terbentuknya stoma fistula yaitu lubang kecil yang dapat berkembang di sekitar stoma.
  • Retraksi stoma di mana stoma dapat tenggelam ke dalam kulit dan menyebabkan kebocoran pada kantong kolostomi.
  • Iskemia stomal, yaitu ketika suplai darah ke stoma terbatas yang mungkin memerlukan tindakan pembedahan tambahan.

Perawatan Kolostomi

1. Persiapan pasien

  • Memberikan penjelasan pada pasien tentang tujuaun tindakan, dll
  • Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
  • Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan  pasien (menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekatk tempat tidur (k/P), mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien.

2. Persiapan alat

  • Colostomi bag, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat
  • Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
  • Kapas kering atau tissue
  • 1 pasang sarung tangan bersih
  • Kantong untuk balutan kotor
  • Baju ruangan / clemek
  • Bethadine (bila perlu) bila mengalami  iritasi
  • Zink salep
  • Perlak dan alasnya
  • Plester dan gunting
  • Bila perlu obat desinfektan 
  • Bengkok
  • Set ganti balutan

3.  Persiapan klien

  • Memberitahu klien
  • Menyiapkan lingkungan klien
  • Mengatur posisi tidur klien

4. Prosedur kerja

  • Cuci tangan
  • Gunakan sarung tangan
  • Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
  • Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
  • Mengobservasi produksi stoma (warna, konsistensi, dll)
  • Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri menekan kulit pasien
  • Meletakkan colostomy bag kotor dalam bengkok
  • Melakukan observasi terhadap kulit stoma
  • Membersihkan colostomi dan kulit disekitar colostomi dengan kapas sublimate / kapas hangat (air hangat) / NaCl
  • Mengeringkan kulit sekitar colostomi dengan sangat hati-hati menggunakan kassa atau tissu
  • Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
  • Menyesuaikan lubang colostomi dengan stoma 
  • Menempelkan kantong colostomi dengan posisi vertikal/horizontal/miring sesuai kebutuhan pasien
  • Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
  • Merekatkan/memasang kolostomi bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
  • Merapikan klien dan lingkungannya
  • Memberskan alat-alat dan membuang kotoran
  • Melepas sarung tangan
  • Mencuci tangan
  • Membuat laporan


Referensi:

  • WOCN Society. (2020). Clinical Practice Guidelines. Wound, Ostomy and Continence Nurses Society™ (WOCN®). Link
  • Carmel, J.E., & Colwell, J.C. (Eds.). (2018). The Convexity Imperative: Expert Insights on Stomahesive® Convex Skin Barriers. Hollister Incorporated. Link
  • McGoldrick, M., & Wieland, D.M. (Eds.). (2017). Clinical Manual for the Ostomy Patient. W.B. Saunders.
  • Colwell, J.C., & Goldberg, M. (Eds.). (2019). The Textbook for Wound, Ostomy, and Continence Nursing. Wolters Kluwer.
  • Ostomy Canada Society. (2020). Guidelines for Best Practice in the Management of Intestinal Stomas. Link